Share

RASA SAYANG

Author: Hanin Humayro
last update Huling Na-update: 2022-09-04 19:45:43

“Makasih, Ibu. Aku seneng banget!”

Fahira memeluk gadis kecil yang tengah menguarkan pendar bahagia. Di hatinya tumbuh sayang berlebih pada anak yang kehilangan seorang ibu cukup lama. Di sekolah pun Aslena sangat mencari perhatiannya.

“Aduh, maaf, hanya bisa menjamu ala kadarnya. Ayo silakan di minum, Sayang.”

Ibu Salma masuk kembali ke ruangan dengan nampan besar di tangannya. Duduk di samping Aslena, membelai lembut wajah dan rambut putri kecil itu. Selanjutnya mengecup kening yang tertutup anak rambutnya.

“Terima kasih, Ibu. Maaf merepotkan. Ini ada sedikit oleh-oleh dari Aslena.”

Reynan menyerahkan dua kantung belanjaan pada Bu Salma. Wanita bergamis dongker itu tak bisa menyembunyikan binar bahagia di matanya.

“Aduh, apa ini? Banyak sekali, Makasih, ya, Sayang.”

Wanita bertahi lalat di dagu itu kembali mencium Aslena yang tengah tersenyum senang. senangBu Salma segera masuk untuk menaruh buah tangan tersebut.

Seandainya tak dikejar tugas kantor, ingin rasanya Reynan berlama-lama di rumah Fahira. Apalah daya, bos besar sudah berteriak-teriak akibat keterlambatannya.

“Jangan nakal sama Bu Guru, ya. Nanti sore Papa jemput, Okey.” Reynan membungkukkan badan agar wajahnya sejajar dengan kepala mungil itu.

“Siap, Bos!”

Aslena bergaya seperti orang yang sedang memberi hormat. Keduanya tertawa. Sekali lagi Reynan memeluk dan mencium putrinya. Fahira menyaksikan itu dengan perasaan tak karuan. Dirinya serasa istri yang sedang mengantar suami bekerja.

Setelah pamit, Reynan berlalu meninggalkan Fahira yang terpaku memandang kepergiannya. Seperti ada tautan hati, pria itu menoleh hingga kedua pasang netra saling melemparkan sorotan penuh arti. Satu senyum yang dilayangkan duda ganteng itu sempat menerbitkan getaran di sekeping merah bernama hati.

“Ehem!”

Kalau saja mama tak berdeham tentu Fahira akan terus berada dalam keadaan membingungkan. Untung saja kesadaran akan posisinya saat ini segera datang. Adalah suatu kegilaan bermain hati dengan pria lain, sedangkan telah diletakkan cinta itu pada yang seharusnya.

***

Gadis cantik itu membawa Aslena ke ruang santai. Mengajaknya ngobrol dari hati ke hati di atas sofbed polkadot paduan biru langit dan hijau daun. Diambilkan beberapa boneka yang tersimpan rapi di lemari kaca sebelah kanan televisi.

Guru sekolah dasar itu memahami benar bahwa anak butuh kelembutan agar tumbuh kembang karakter mereka sehat. Untuk itulah Fahira tak sungkan menyelipkan pesan pendidikan pra balig pada orang tua murid peserta didiknya. Tujuh tahun bergelut dengan dunia anak membuatnya makin memahami bahwa manusia kecil yang di didik dengan kekerasan akan membentuk pribadi penakut sekaligus pembangkang kelak saat mereka dewasa.

Ibu Salma kadang ikut bergabung dengan mereka, larut dalam canda tawa. Sampai pada pembicaraan yang membuatnya terlonjak. Ia tak menyangka kalau Aslena telah kehilangan mama sejak lama. Ada denyut perih melihat gadis kecil itu meneteskan air mata. Didekap erat anak yang sedang sesenggukan.

Fahira pun tak kuasa menahan jatuhnya bulir bening di pipi. Nyeri nian mendapati anak sekecil itu sudah tak mendapat kasih sayang seorang ibu. Tiba-tiba rasa sayang itu semakin mendalam.

Untuk menghilangkan kesedihan Fahira mengajak Aslena main petak umpet.

“Kenaa!” Fahira menangkap tubuh mungil yang tengah bersembunyi di taman di depan beranda samping rumahnya. Ada beberapa pohon bonsai dan palem yang tak mungkin menutupi sempurna tubuh itu.

“Waaa!” Aslena menjerit saking kaget dipeluk tiba-tiba oleh gurunya.

Selain bermain, Fahira pun mengajak Aslena menggambar, menulis, juga memasak. Riuh tawa di dapur tak dapat dihindari. Suara alat masak menambah ramai suasana.

Mama hanya menggeleng-gelengkan kepala. Entah mengapa begitu mudah ia jatuh hati pada gadis mungil berkulit putih itu.

Ia pun tak sungkan untuk ikut bergabung dalam acara masak memasak. Selanjutnya acara makan bersama dilakukan. Celotehan Aslena di meja makan, kembali mengundang tawa kedua wanita itu.

Kehangatan keluarga ini membuat Aslena betah berlama-lama di sini. Bahkan, jika boleh ia ingin menginap saja. Namun, segera ditepis keinginan itu sebab papa pasti takkan mengizinkan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • PESONA DUDA RUPAWAN   END

    "Aku sudah siap!”Aslena memeluk Fahira dari arah belakang. Seperti biasa ia akan menggoyang-goyangkan badannya hingga ikut bergerak tubuh orang yang dipeluknya.“Putri Mama cantik banget ini!" puji Fahira Wanita yang sudah sembuh total itu melepas pelukan Aslena, lalu membalikkan badan hingga mereka berhadapan. Dijawil hidung bangir itu perlahan. Detik berikutnya kening sang putri sudah disentuhnya. “Mamaku juga cantik kayak ratu!" balas Aslena. Bola mata mungil itu bergerak-gerak hingga kilauannya tampak begitu indah ia mengerjakan dua kelopak mata hingga gemas yang melihatnya “Ratunya papa, ya? Nah, ini tuan putrinya!” sela Reynan. Lelaki yang melihat aksi itu tak bisa tinggal diam. Ia ikut larut dalam keceriaan dengan memeluk keduanya. Lalu, dicium kening kedua belahan jiwanya. “Ayo. Sebentar lagi akad nikah Bapak Bayu dimulai. Nanti kita ketinggalan!" ajak Reynan pada keduanya. Reynan menuntun ratu dan putri kerajaan hatinya menuju mobil. Pagi ini, mereka akan menghadiri ak

  • PESONA DUDA RUPAWAN   JODOH

    Melinda memberanikan diri menantang sorot lembut di depannya. Namun, bertahan sekian detik saja, ia menunduk dengan rona merah menyemburat di pipinya.Wanita itu seperti kehilangan kemampuan bicara. Satu kata pun tak mampu lolos dari lidahnya. Saat ini seperti ada tali yang mengikat lisannya. Beberapa menit, Bayu harus menahan rasa yang tak nyaman sebab Melinda tak kunjung bicara. Dadanya mulai berdebar-debar sebab muncul ketakutan akan terempas kembali sebuah harapan. Pikirannya mulai dicengkram bayangan masa lalu, tentang Fahira, perjuangan cinta, kedatangan Reynan da akhir kisah menyakitkan. Apa cinta ini akan kembali pupus di tengah jalan?“Jika Mas Bayu serius, Insya Allah saya juga serius," jawab gadis itu sambil menahan rasa malu yang mendera. Setelah berhasil meredakan gemuruh di dada, Melinda dengan mantap menjawab lamaran Bayu. Tak ada keraguan pada hati gadis itu. Perkenalan satu bulan baginya cukup untuk memahami bahwa pria ini luar biasa.Tak ada alasan menolaknya dari

  • PESONA DUDA RUPAWAN   MOVE ON

    “Nakal, ya. Tak ingat sama Mama!" rajuk mama Bayu. Wanita awet muda itu memeluk putra yang baru saja pulang dari Malaysia. Bahagia campur haru menghiasi hatinya kini. Kesepian yang menggerogoti hari-hari akan sirna pasti.Bayu berjanji, selama libur kuliah akan tinggal di sini. Rencananya pun setelah tuntas akan kembali ke Indonesia. Ia sadar orang tuanya sangatlah kesepian. Muncul sesal karena selam ini hanya mementingkan kesedihan hatinya sendiri. Keduanya bicara banyak hal tanpa menyinggung soal wanita. Mama tak ingin momen bahagia ini rusak gara-gara obrolan yang Bayu enggan membahasnya.Di satu sudut hatinya masih sedih hingga kini menyaksikan putra kesayangan terpuruk karena cinta. Sebagai ibu ia tahu Bayu begitu dalam terluka.Bukan sesaat cinta yang Bayu perjuangkan. Tidak sedikit pengorbanan yang dicurahkan putranya. Oleh karena itu hatinya tetap dendam pada Fahira. Namun, ia menahan diri dari perkara buruk demi menjaga perasaan sang pemuda.“Mah, doakan ya. Semoga gadis ya

  • PESONA DUDA RUPAWAN   BAYU KINI

    “Satu-satunya cara move on dari seorang wanita adalah mencari penggantinya. Ayolah kawan, dunia itu luas. Bunga tak hanya setaman!” ucap seseorang yang berada di samping Bayu. Lelaki bergaya rambut ala oppa korea itu mengacungkan dua tangannya ke atas. Detik kemudiam diturunkan, lalu menepuk pundak temannya.Bayu menepis tangan itu, beranjak dari sofa apartemennya. Ia melangkah menuju jendela, menyibak tirainya. Pandangan diarahkan keluar sana hingga ia menyaksikan kepadatan arus kendaraan. Barisan mobil harus rela berbaris karena kemacetanbelum terurai. Bukan pemandangan itu kemudian yang menjerat pikirannya. Namun kilasan masa lalulah yang membuat tatapannya kosong.Kembali, wajah itu berkelebat dalam benak, lalu segala tentangnya hingga sesak itu kembali menerpa.Sedalam itukah perasaannya? Hingga setahun bergulir pun tetap tak pernah Fahira pergi dari jiwa.Dihela udara Jakarta yang baru saja disinggahinya kembali. Setahun sudah meninggalkan kenangan manis sekaligus menyakitkan.

  • PESONA DUDA RUPAWAN   PERKEMBANGAN

    “Fa, kasih aku ponakan kembar. Biar ada penerus berantem!” canda Farhan sebelum menutup ruangan. Tawa keras Farhan membuat Fahira mengerucutkan bibir. Ingin rasanya mengejar kembarannya itu untuk mendaratkan dua jari di pinggangnya.“Sepertinya semua orang memberi kesempatan pada kita," ucap Reynan setelah hanya mereka berdua yang ada di ruangan. “Kesempatan apa?” tanya Fahira keheranan.Reynan membisikkan sesuatu ke telinga Fahira. Kontan saja wanita berpipi putih itu menepuk lengan lelakinya.“Mas, apa sih?”Reynan tak dapat menahan tawa kali ini. Segera saja ia mendorong kursi roda untuk pergi ke ruang sebelah.Saat masuk, aroma masakan sudah tercium di seantero ruangan. Sepertinya kedua ibu mereka sedang kolaborasi di dapur.Ayah memyambut Reynan dan Fahira, sedangkan Farhan dan Aslena tak tampak di sini. Mereka sedang jalan-jalan mungkin.Fahira tak betah jika tak ikut membantu di dapur. Karena itu ia memaksa pada suaminya untuk diizinkan bergabung dengan dua ibu di sana.“Eh,

  • PESONA DUDA RUPAWAN   ADA ADIK?

    Reynan mendudukkan Fahira di kursi roda. Lantas menghadapkannya pada cermin. Disisir rambut yang masih basah itu. Sesekali dihidu wanginya.Fahira memakai cream wajah, compact powder serta lip gloss merah muda. Merias diri untuk menyenangkan suami akan mengundang pahala besar pikirnya.Kini fisiknya sudah dimiliki seorang pria. Tak bisa lagi seenaknya sendiri. Apakah mau kusam atau cerah.Dipandangani dari belakang cermin membuatnya grogi. Hampir-hampir bedaknya jatuh.“Cantik,” rayu Reynan pada wanita yang kini wajahnya merona. Rayuan itu sukses menjadikannya merinding. Ah, lelaki ini benar-benar mengancam kestabilan detakan jantung.Setelah Fahira selesai berdandan, Reynan memutarkan kursi roda hingga wajah mereka berhadapan. Lelaki itu berjongkok, disentuh pipi halus itu, lalu jarak pun terhapus.Sekian detik dinikmati kembali sentuhan bibir yang kerap diulang. Sepertinya Fahira mulai terbiasa dengan aktivitas yang membawanya terbang menembus awan.“Aslena pasti sudah merindukan m

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status