PESONA DUDA RUPAWAN

PESONA DUDA RUPAWAN

Oleh:  Hanin Humayro  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat
63Bab
4.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Reynan jatuh cinta pada Fahira, wali kelas putrinya Aslena, putri Reynan pun menginginkan guru itu jadi mamanya Dia tak tahu kalau Fahira sudah punya tunangan Bayu salah paham ketika melihat Reynan bertamu ke rumah Fahira. Hubungan Bayu dan Fahira pun renggang Fahira memutuskan menjauhi Reynan

Lihat lebih banyak
PESONA DUDA RUPAWAN Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Najat Qarina Agustin
ini gak dilanjutkah mbak
2022-10-25 07:40:33
0
user avatar
Tati Marliah
Semangattt makk Hanin............
2022-09-15 15:02:44
1
63 Bab
MAU BAGAIMANA?
"Gak cocok lagi? Kapan mau nikahnya kalau nolak terus?” Reynan memberi kesempatan pada paru-paru untuk terisi lebih banyak udara. Bukan sekali ini ucapan sejenis itu terlontar dari wanita yang terlihat menekuk wajahnya. Pria berkacamata itu mengambil cappucino yang asapnya masih mengepul. Disesap perlahan, kehangatan langsung saja memenuhi kerongkongan. “Sudah lama Aslena kehilangan sosok ibu. Kasian anak sekecil itu harus hidup tanpa belaian mama. Pikirkan itu!”Wanita berparas hampir sama dengan pria di depannya masih belum puas mencecar putranya. Bukan satu dua gadis yang disodorkan. Semua tak dilirik sama sekali. Kenyang mendengar pembicaraan itu-itu saja, Pria jangkung itu bangkit. Kaki diayunkan menapaki satu per satu anak tangga, meninggalkan mama yang hatinya diliputi kejengkelan. Reynan berdiri di balkon kamar. Menempelkan telapak tangan pada besi hitam yang memagari lantai dua ini. Tatapannya jatuh pada rinai bening yang masih setia memandikan bumi. Ingatannya melayang m
Baca selengkapnya
PESONA
Reynan masuk ke dalam ruangan bercat krem yang dominan dihadiri mama muda dengan dandanan tidak sederhana. Make up glowing dengan perhiasan berkilau di telinga, leher, tangan juga jari-jari hampir merata di tubuh mereka.Pria berbulu halus sekitar dagu dan pipi itu melemparkan senyuman pada segenap hadirin yang tengah menatapnya tanpa kedipan. Hampir-hampir saja mulut dan mata mereka lebih lebar terbuka demi melihat sosok jangkung berjalan menuju bangku barisan kedua dari belakang.Suara keras dering ponsel milik salah satu dari mereka mengembalikan keterpesonaan para mama muda dalam ruangan ini. Selanjutnya mereka pura-pura sibuk dengan dandanan. Sebagian mainkan ponsel atau sekedar basa basi dengan teman sebelahnya. *Ibu Fahira, wali kelas satu A berjalan ke depan kelas, menyapukan pandangan ke seluruh ruang. Segaris senyuman terlukis di bibirnya sebelum mulai bicara. Setelah pembukaan singkat, guru cantik itu kembali ke meja di pojok kanan ruangan untuk mengumumkan urutan nilai s
Baca selengkapnya
GETAR HATI
Setelah guru muda itu hilang dari pandangan, keduanya kembali melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda. Di mobil, Reynan mengajak putrinya ngobrol ke sana ke mari. Sampai pria itu menanyakan perihal wali kelas yang tadi ditemui. “Bu Fahira itu baek, ya?”Hati-hati Reynan menanyakan terkait guru cantik itu. Dia tak mau putrinya memahami sesuatu hal di luar nalar usianya. “Baek banget. Pah!”Sekilas dilirik gadis mungil di jok depan sisi kiri, dimonitor mimik wajah itu. Tampak nyata binar di raut Aslena saat ditanya perihal guru kesayangannya. “Kamu suka?” tanya pria berkulit putih itu kembali. “Suka banget. Boleh gak aku maen ke rumah Bu Fahira?” Lagi, pria kalem itu menoleh ke arah sang putri. Jeda lampu merah membuatnya bisa lebih lama menatap gadis kecil itu. Binar yang terpancar itu mungkin sama seperti apa yang terbit di hatinya kini. “Boleh, tapi dianterin Papa, ya.”“Horeey!”Setelah lampu kuning menyala, Reynan melajukan mobil dengan senyum yang terus menghiasi bibirny
Baca selengkapnya
BAYANGAN
Fahira menghentikan aktifitas minum tehnya. Menoleh pada wanita yang tengah ingin diyakinkan lebih. “Malem ini, Ma.”Sebisa mungkin suaranya dibuat tenang. Minuman hangat itu diletakkan di atas nakas dekat ranjang. “Bener? Nanti gak jadi lagi.” Fahira tak merespon. Percuma menjelaskan pada mama bahwa Bayu itu super sibuk. Selain menjadi kepala sekolah, juga mengelola usaha bengkel mobil yang cukup besar. “Fa, bukan apa-apa. Diakan udah jadi tunangan kamu. Tiga bulan lagi kalian nikah. Harusnya lebih intens berkunjung agar lebih saling mengenal.” Mama mulai melontarkan argumennya. Diraih jari-jari lentik gadis berusia dua puluh tujuh tahun itu. “Di sekolah juga tiap hari ‘kan ketemu, Ma,” kilah Fa.“Apa di sana kalian bisa ngobrol lama? Pastinya enggaklah. Kamu sibuk, dia apalagi,” cecar Mama.Selanjutnya Fahira membiarkan mama bicara panjang lebar terkait banyak hal. Dia tahu kecerewetan wanita itu disebabkan kekhawatiran terulang kegagalan cintanya seperti di masa dulu.Dia pun
Baca selengkapnya
TAMU
“Aku udah siap!”Gadis kecil berpita ungu di kanan-kiri rambutnya berlari ke arah papa yang sedang duduk membaca koran. Pria bermata sendu itu meletakkan lembar bacaan di atas pahanya, lalu bertanya, “Ada yang ketinggalan, gak?”Gelengan kepala yang menggemaskan dihadiah kecupan lembut di pipi kemerahan berisi itu. Reynan meletakkan koran di atas meja kaca sebelum berkata. “Kita beli dulu makanan buat Ibu Guru, ya.” Dijawil hidung bangir itu, lalu bangkit dari sofa keemasan yang atasnya berbingkai lengkungan ukiran kayu jati. “Siap, Papaku yang baek!”Keduanya tertawa, saling menggenggam menuju tempat yang sama-sama ingin segera di kunjungi. Putri kecil itu duduk manis di samping papanya. Setelah tetpasang selfbelt mobil pun melaju. Sepanjang jalan raut wajah Aslena berbinar-binar. Keinginan untuk main ke rumah guru kesayangan tercapai juga. Kehilangan sosok mama sejak usia lima tahun membuatnya haus kasih sayang seorang ibu. Kebahagiaan juga kentara di sisi Reynan. Meski baru per
Baca selengkapnya
RASA SAYANG
“Makasih, Ibu. Aku seneng banget!” Fahira memeluk gadis kecil yang tengah menguarkan pendar bahagia. Di hatinya tumbuh sayang berlebih pada anak yang kehilangan seorang ibu cukup lama. Di sekolah pun Aslena sangat mencari perhatiannya. “Aduh, maaf, hanya bisa menjamu ala kadarnya. Ayo silakan di minum, Sayang.”Ibu Salma masuk kembali ke ruangan dengan nampan besar di tangannya. Duduk di samping Aslena, membelai lembut wajah dan rambut putri kecil itu. Selanjutnya mengecup kening yang tertutup anak rambutnya. “Terima kasih, Ibu. Maaf merepotkan. Ini ada sedikit oleh-oleh dari Aslena.”Reynan menyerahkan dua kantung belanjaan pada Bu Salma. Wanita bergamis dongker itu tak bisa menyembunyikan binar bahagia di matanya. “Aduh, apa ini? Banyak sekali, Makasih, ya, Sayang.”Wanita bertahi lalat di dagu itu kembali mencium Aslena yang tengah tersenyum senang. senangBu Salma segera masuk untuk menaruh buah tangan tersebut. Seandainya tak dikejar tugas kantor, ingin rasanya Reynan berlama
Baca selengkapnya
AYAM GORENG
Tak terasa waktu menanjak menuju sore. Aslena mulai merajuk meminta sesuatu yang membuat Fariha kebingungan. “Harus izin Papa dulu kalau mau makan di luar. Kita pesen online aja pizzanya.” Fahira mencari kata agar Aslena menghentikan keinginannya jalan-jalan ke mall untuk makan pizza. Ditawarkan beberapa alternatif, tetapi putri kecil itu tetap kukuh dengan keinginannya. “Papa pasti ngizinin. Aku udah lama pengen makan pizza di luar, tapi Papa selalu gak bisa nemenin. Pulangnya malem aja.”Kembali, gadis kecil itu muram. Luluh juga hati Fahira melihat kemuraman di wajah putih itu.“Yaudah kita telpon Papa dulu, ya?” bujuk Fahira. “Iya, kah? Asiiik!” seru Aslena. Refleks Aslena merangkul Fahira, menciumi kedua pipinya. Gadis itu tersenyum, dibalas ciuman itu dengan gemas. Hari ini dia serasa menjadi seorang ibu sesungguhnya.Fahira menghirup udara dalam-dalam sebelum menelpon papa Aslena. Satu tangan mengelus dada untuk menghilangkan detak-detak yang entah apa namanya. Setelah pan
Baca selengkapnya
LEBIH CEPAT
Reynan memanfaatkan momen ini untuk berlama-lama bersama nona cantik. Meski risih, Fahira tak bisa juga mengusir pria itu dari sisinya. Bahkan sampai ke market pun terus diikuti. Gadis itu makin tak enak ketika seluruh belanjaannya dibayarkan dengan alasan sebagai tanda terima kasih.Lepas belanja, sebelum Fahira mengucapkan kata pamit, Aslena mendahului bicara.“Pah, aku mau maen itu!”Aslena menarik tangan Reynan ke tempat permainan anak. Mau tidak mau Fahira mengikutinya.“Sejak tantenya menikah, Aslena sering kesepian. Saya terlalu sibuk di kantor, “ ucap Reynan memecahkan kebisuan. Fahira menoleh pada pria yang sedang menatap lurus ke depan. Kali ini, binar itu meredup.Selama menunggu Aslena bermain, Reynan dan Fahira duduk di tempat yang disediakan untuk pengunjung. Mereka berbagi bangku panjang yang teebuat dari besi. Sesekali melambaikan tangan pada putri kecil itu.“Dulu Aslena sering bertanya kapan mama pulang? Pertanyaan itu lebih menyakitkan dari apapun karena saya tak pe
Baca selengkapnya
JANGAN TERGODA
“Fa, berjanjilah, apapun yang terjadi kau akan tetap di sisiku. Aku gak bisa bayangin hidup tanpa kamu.”Bayu kembali masuk ke lorong bening manik hitam itu, menyelam hingga ke dasarnya. Mencoba menanamkan ulang keyakinan pada gadis yang entah mengapa seakan gamang.“Apa Mas ragu padaku?”Pertanyaan itu meluncur sebagai pembelaan diri atas tuduhan yang tepat menghantam ke ulu hatinya. Ia pun langsung meradang.“Maksudku bukan begitu. Maaf kalau membuatmu tersinggung.”Bayu tergagap di hadapan pertanyaan gadis pujaannya. Tak menyangka Fahira jadi sensitif begini. Ia tak mengerti di mana letak kesalahan pernyataan tersebut.“Kalau Mas meragukan aku, baiknya tak usah diteruskan.”Suara Fa naik satu level dari biasa. Kelelahan raga juga rasa didakwa mencuatkan sisi emosi jiwa.“Fa, jangan bicara begitu. Aku benar-benar minta maaf. I love you soul and body.”Fahira menundukkan kepala, jari meremas kuat gamis biru dongkernya. Perkataan bayu telak menikam hati yang memang sedang dilanda kege
Baca selengkapnya
SIAPA, TUH?
Aslena menghadapkan badan pada Papa, mengerjapkan mata yang membuat Reynan makin gemas saja. "Hahaha! Bintangnya lucu, kayak-"Pria itu menahan bibir agar tak menyebut nama seseorang yang dilamunkan sedari tadi. Ia tak ingin putrinya bingung akan perasaan orang dewasa. "Lucu kayak putri Papa, muach!"Pipi putih itu sekali lagi mendapat kecupan. Mata Aslena tiba-tiba membesar, ia teringat sesuatu tentang ibu gurunya. "Bu Guru Fa juga lucu. Rambutnya dikucir ke atas, hihihi!"Jantung itu tiba-tiba menghentak, lalu darah ikut berdesir. Sekilas ditepis bayangan liar yang lancang bertandang. "Sssst! Jangan kasih tahu rambut dan badan Bu Guru ke Papa. Itu aurat."Reynan menyimpan telunjuk ke bibir gadis mungil itu. Aslena memiringkan wajah, menggoyangkannya sebagai tanda tak mengerti."Bu Guru bukan mahrom. Jadi Papa gak boleh lihat, gak boleh tahu rambut dan badannya."Meski tak paham, gadis cilik itu manggut-manggut. Hanya saja ia belum puas, lalu bertanya lagi. "Kok, Papa boleh liat
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status