Melodi mengelus dadanya. "Apa tadi ada yang melihatku?!"Cleon mengangkat kedua bahunya. "I don't know!"Melodi melihat lagi gambar yang terpasang di dinding. "Sialan! Kenapa mataku salah melihat?!""What?!"Melodi hanya sekilas melihat Cleon, berlalu pergi ke arah toilet wanita.Acara anniversary semakin meriah. Beberapa tamu sudah melantai ditempat yang telah khusus disediakan, berdansa diiringi alunan musik biola yang begitu syahdu."Kamu mau berdansa denganku?" tanya David pada Gloria."Dengan senang hati." Gloria menerima uluran tangan David.Lastri bersama kedua orangtuanya hanya duduk sambil menikmati beberapa kue-kue, pandangannya menyapu ke sekeliling mencari Melodi yang tidak muncul-muncul. "Kenapa Melodi lama sekali, bilangnya tadi mau ke mana?" tanya Mama."Ke toilet," jawab Lastri. "Tapi kenapa lama sekali?! Apa perlu aku susul?!""Tunggu sebentar lagi. Mungkin antri," jawab Mama.Sementara itu, Melodi yang berada di dalam toilet sedang kebingungan, berusaha membuka pint
Mobil Rolls Royce keluaran terbaru telah menunggu Cleon dengan sopir serta satu bodyguard nya sigap membuka pintu mobil."Kita ke mansion!" Cleon memberi perintah begitu duduk di dalam mobil sambil mendekap Melodi.Tanpa banyak bicara, sopir membawa mobil meluncur pergi meninggalkan gedung tempat berlangsungnya acara anniversary VP Corp. Cleon melihat wajah Melodi yang berada dalam dekapan dadanya. Ditepuknya perlahan pipi berlesung pipi jika sedang tersenyum berharap segera tersadar. "Melodi, Melodi!""Bos, coba pakai ini." Bodyguardnya memberikan botol minyak kayu putih. Satu detik tidak ada reaksi, dua detik, tiga detik, terlihat Melodi menggerakkan jari tangannya kemudian bergerak secara perlahan."Melodi! Melodi!" Cleon tidak hentinya memanggil nama gadis yang baru saja tersadar.Mata yang dihiasi bulu hitam lentik, perlahan mengerjap untuk menyesuaikan cahaya masuk ke retina. Sesaat tertegun, begitu kesadarannya terkumpul sempurna, iris matanya melihat wajah blasteran sedang m
"Iya, selain disebabkan oleh stres. Vertigo juga bisa kambuh karena gerakan kepala yang berlebihan, seperti memutar kepala," lanjut Dokter Frans. Kening Cleon terlihat mengernyit, menatap tajam wajah pucat yang sedang terbaring. Frans lalu teringat Cleon sedang mengadakan acara anniversary perusahaannya. "Loe ada di sini, lalu siapa yang ada di pesta VP Corp itu?!""Si David," jawab Cleon singkat.Tidak lama datang Mang Ujang membawa bungkusan plastik kecil. "Tuan, ini obatnya."Cleon segera bangun dari duduknya. "Buatkan bubur untuk Melodi!""Oh, jadi namanya Melodi?" tanya Frans. "Namanya cantik, secantik wajahnya dan juga muda."Cleon memutar bola matanya. "Dasar Dokter mata keranjang. Tidak bisa melihat cewek bening.""Wajarlah, gue tertarik lihat cewek bening. Kalau gue tertarik lihat Mang Ujang, baru itu tidak wajar!" Frans bangun dari duduknya melihat jam tangannya. "Gue cabut, ini sudah tengah malam.""Terus pasien loe ini bagaimana?" tanya Cleon bingung melihat Melodi."Bag
Tidak kalah dengan Cleon, tatapan Melodi pun bagai sinar laser menembus jantung, berkilat dan bercahaya.Ruas jari Cleon memucat di antara kepalan tangannya. "Andai kamu bukan seorang wanita, aku pastikan wajahmu sudah babak belur," ucap Cleon pelan, tapi begitu dalam penuh penekanan.Melodi maju satu langkah, tidak ada garis ketakutan dalam raut wajahnya. "Jangan melihat aku wanita atau laki-laki. Jika kamu memang mau menghajarku ...." Melodi begitu tajam menatap iris mata Cleon. "Hajar saja diriku! Sedikitpun, aku tidak takut padamu!"Terdengar gemeretak gigi Cleon menahan marah disertai rahang yang terlihat mengeras serta kepalan tangan yang siap untuk menghantam. Melihat situasi yang sudah tidak kondusif, Mang Ujang dengan cepat segera menenangkan Cleon. "Tuan, sudah Tuan! Kenapa jadi berantem begini?! Tidak baik seperti ini."Tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan Mang Ujang, Bi Darmi juga segera menenangkan Melodi. "Non, sudah Non! Aduh, kenapa jadi panjang begini?!"Satu
Pagi yang cerah, secerah hatinya Lastri yang bergegas pergi ke rumah Melodi. Buku serta tas gendong yang ada di tangannya begitu sangat merepotkan, tapi tidak menghalangi tubuhnya untuk terus bergerak. Langkah kakinya, setapak demi setapak menapaki trotoar yang sebagian sisinya sudah banyak berlubang.Pintu pagar yang catnya sudah sebagian terkelupas sehingga memperlihatkan besi yang sudah berkarat, perlahan Lastri buka. "Melodi! Melodi Celena!"Tidak berapa lama, pintu rumah terbuka. Melodi ke luar sudah rapi. "Tumben loe ke sini?!""Memangnya, gue nggak boleh ke sini?!" jawab Lastri."Bukan nggak boleh, tapi aneh saja!" Melodi kembali masuk ke dalam rumahnya diikuti Lastri dari belakang."Neng Lastri," sapa Bu Dewi dari dalam rumah membawa beberapa kantung plastik putih dengan ukuran besar."Selamat pagi, Bu?" sapa Lastri sopan, langsung mengangguk pelan sebagai tanda salam. "Itu apa Bu?"Ibu menaruh kantung plastik di atas meja. "Kue kering pesanan toko yang di seberang jalan. Nant
Rio melihat Melodi diam terpaku. "Woi! Kok jadi bengong!""Jangan kebanyakan bengong! Nanti setan dengan senang hati masuk ke tubuh loe!" Lastri menepuk tangan Melodi."Nggak ada yang bengong!" jawab Melodi pura-pura.Rio melihat jam tangannya. "Sebentar lagi jam masuk. Gue cabut dulu ya!"Lastri mengernyitkan alisnya. "Kok cabut? Loe mau kabur?!""Yoi! Bye, see u again!" Rio segera pergi dengan terburu-buru.Lastri geleng-geleng kepala melihat punggung Rio semakin menjauh. "Dasar orang aneh! Sudah di dalam kelas, malah kabur!"Tidak lama datang guru pengajar, suasana yang riuh sekarang berganti menjadi hening. Semua murid mengikuti mata pelajaran yang sedang diterangkan guru mereka di depan.Waktu terus berjalan, satu per satu pelajaran telah terlewati. Jam pelajaran di hari itupun selesailah sudah. Semua murid bersuka cita menyambut suara bel yang meraung-raung menandakan jam pulang."Melodi," panggil Lastri sambil memasukkan semua bukunya ke dalam tas."Loe mau numpang pulang lagi?
Lastri dengan cepat segera turun dari atas sepeda motor. Napasnya hampir tercekik saking kagetnya dengan apa yang barusan terjadi. "Ya Tuhan. Ampuni dosaku," ucap Lastri di antara napasnya yang tersengal.Tidak jauh berbeda dengan Lastri, Melodi juga merasakan hal yang sama. Jantungnya berdetak sangat cepat disertai tangan yang gemetar luar biasa. "Ya Tuhan. Apa yang barusan terjadi?!"Lastri membuka helmnya, keringat langsung memenuhi seluruh keningnya. "Loe gila atau apa?! Bawa motor hampir membuat nyawa kita melayang! Gue masih pengen hidup!"Melodi turun dari sepeda motornya. "Gue juga kaget! Loe pikir gue pengen mati?" Melodi membuka helmnya. "Gila! Mobil siapa tadi hampir menabrak kita?!"Lastri langsung melihat sekelilingnya, tidak nampak ada orang, hanya terlihat mobil Fortuner hitam terparkir tidak jauh dari mereka. "Untung sepi!"Pintu mobil Fortuner terbuka, ke luar seseorang yang wajahnya sudah tidak asing lagi, langsung mendatangi Melodi dan Lastri. "Kalian tidak apa-apa?
Beberapa detik Cleon tertegun. Pandangannya tidak teralihkan dari wanita yang dulu pernah mengisi hari-harinya dengan penuh kegembiraan. Sampai saat di mana, dunianya yang indah berubah menjadi neraka. Pengkhianatan, ya pengkhianatan! Kembali terukir dipelupuk matanya, bagaimana Clara bercumbu rayu dengan temannya sendiri, Brian!Cleon langsung masuk ke dalam mobilnya, ketika Clara selesai menelepon dan membalikkan tubuhnya. Tanpa menunggu lama, bahkan seatbelt pun lupa dipasang, Cleon langsung menjalankan mobilnya pergi meninggalkan Clara yang masih berdiri."Sialan! Fuck! Brengsek!" Umpatan demi umpatan ke luar dari bibir Cleon, tangannya dengan kesal memukul setir untuk meluapkan segala amarahnya. Jalan raya begitu padat dengan kendaraan, tidak dihiraukan Cleon, mobil yang dilajukannya dengan mudah mendahului kendaraan lain sehingga banyak umpatan yang terlontar untuk dirinya. Cleon menuju ke apartemen David, sahabat sekaligus tangan kanannya yang selalu siap mendengarkan segala k