Sebuah mobil berhenti di depan gerbang. Di dalamnya Kaisar dan Elena terkejut melihat banyak wartawan yang berdesakan memenuhi gerbang. Penjaga kemanan di depan rumah itu menjaga gerbang dengan baik hingga mereka tak bisa masuk. Tak lama kemudian gerbang terbuka, tiga mobil keluar beriringan dari dalam. Kaisar melihat di dalam mobil-mobil itu ada Paman Lionel, Paman Mason dan Bibi Lili beserta keluarganya. Mereka membawa barang-barang yang banyak seperti hendak meninggalkan rumah besar bak istana itu. Ketiga mobil itu melaju begitu saja tanpa memperdulikan kedatangan Kaisar dan Elena yang baru tiba di sana.“Kemana mereka?” tanya Elena dengan bingung.“Coba kau hubungi paman Lionel,” pinta Kaisar.Elena mengangguk lalu bergegas menghubungi nomor handphone Paman Lionel. Sambungan teleponnya tidak diangkat. Elena semakin heran. “Tidak diangkat.”Kaisar menatap supir lalu berkata padanya, “Masuk!”“Baik, Tuan Muda.”Mobil yang dinaiki Kaisar dan Elena memasuki gerbang setelah para wartaw
“Kita harus membicarakan rencana kita besok pagi,” ucap Kaisar pada Elena yang kini mereka sedang duduk di ruang tengah yang luas nan megah itu. Rumah yang sebentar lagi akan dituntut oleh pihak bank.“Aku serahkan semua rencana padamu,” ucap Elena yang terlihat pasrah.“Besok kita akan datang ke kantor dan kau harus menyerahkan kepemimpinan perusahaan padaku. Meski pun saat ini di surat wasiat tertulis perusahaan itu sudah menjadi milikku, tapi semuanya belum tahu tentang semua ini. Dengan begitu aku akan leluasa bergerak untuk menyelesaikan semuanya satu persatu.”Elena tampak tidak percaya dengan itu. Dia menahan senyum meremehkannya karena yang dia tahu Kaisar hanya seorang tentara biasa yang tidak pernah mengerti akan dunia bisnis.“Kenapa kau tidak meminta bantuan temanku saja,” sahut Elena. “Teman kuliahku yang lebih mengerti darimu tentang dunia bisnis. Dia memang bukan anak orang kaya. Dia tidak memiliki keburuntungan saja, tapi dia cerdas dan memang aku berniat merekrutnya u
“Elena, kau mendengar aku?” tanya Vander sekali lagi.Elena geram mendengarnya. “Jangan mengada-ada. Jika kau memang mau membantuku, harusnya kau tidak memberi syarat apapun padaku.”Vander kesal mendengarnya. “Jadi kau tidak bersedia? Apa kau mau hidup melarat setelah ini? Kau tidak tahu sebentar lagi perusahaan milik mendiang ayahmu akan bangkrut?”“Aku tidak peduli,” jawab Elena.“Aku tahu kau tidak mencintai lelaki itu, Elena. Aku tahu pernikahanmu hanya pura-pura saja,” sahut Vander.Elena kian terkejut mendengarnya. “Kau pikir aku dan Kaisar hanya berpura-pura?”“Ya,” sahut Kaisar. “Jangan menyembunyikan sesuatu dariku Elena…”Elena langsung mematikan handphone-nya. Dia penasaran dari mana Vander tahu kalau pernikahannya dengan Kaisar hanya untuk mencari tahu penyebab kematian ayahnya saja. Elena bangkit dari kasurnya, dia ingin menemui Kaisar dan membicarakan apa yang dikatakan Kaisar padanya, namun sesaat kemudian dia kembali duduk karena dia masih belum percaya sepenuhnya pad
Kaisar sudah tiba di sumber suara. Dia lega saat melihat seekor kucing sedang menjatuhkan sebuah buku dari rak. Kaisar pun meraih kucing itu lalu membawanya ke Elena.“Rupanya hanya seekor kucing,” ucap Kaisar pada Elena.Elena lega mendengarnya.“Sekarang silakan hubungi Manager yang bekerja di Abraham Group, katakan padanya bahwa besok kau akan datang dan kita akan mengadakan rapat untuk masalah yang dihadapi saat ini,” pinta Kaisar.Elena mengangguk lalu menghubungi Manager-nya di perusahaan.“Halo, Nona,” ucap Manager di seberang sana.“Besok aku akan ke kantor. Tolong undang semua petinggi untuk rapat penting denganku besok pagi,” pinta Elena.“Baik, Nona,” ucap Managernya.Elena menyimpan handphone-nya lalu memberitahu Kaisar bahwa dia sudah menghubungi Managernya. Kaisar pun mengajaknya keluar dari sana.***Pelayan perempuan itu menyepi di belakang dapur. Dia langsung meraih handphone dan menggunakannya saat merasa tidak ada satupun orang yang melihatnya di sana.“Halo,” ucap
“Sekali lagi saya katakan, jika ada yang mau mengundurkan diri, silakan keluar dari ruangan ini!” tegas Kaisar.Semua masih terdiam. Elena tampak menunggu apa yang akan dibicarakan Kaisar saat dia memberi sambutan nanti.Seketika seseorang mengangkat tangannya. Dia adalah Pak Marco, bagian keuangan di Abraham Group. “Boleh saya bicara?”Semua menatap Pak Marco dengan tegang.“Silakan jika ada yang ingin disampaikan,” jawab Kaisar.“Tuan Abraham selama ini tidak sembarang menunjuk siapa pun dengan mudah untuk menjadi bagian penting di perusahaan. Tuan Abraham selalu mengadakan rapat direksi dan keputusan diambil bukan sepihak, tapi harus dari kesepakatan bagian direksi. Saya bukan bermaksud untuk meragukan kemampuan Tuan Muda untuk menggantikan Elena sebagai pewaris perusahaan ini, tapi kami butuh rasa percaya bahwa seseorang yang ditunjuk menjadi pemimpin kami di sini memang yang terbaik dan dapat kami percaya,” ucap Pak Marco dengan lantang dan tanpa merasa takut sama sekali.“Setuju
“Sepertinya ada yang kau rahasiakan padaku,” ucap Elena saat dia dan Kaisar sudah tiba di ruangan kerja mendiang Abraham selama ini. Ruangan itu tampak luas. Selain meja kerja yang besar, terdapat sofa untuk menyambut tamu. Ruangan itu terdapat dinding kaca yang menghamparkan pemandangan gedung-gedung tinggi di kota New Taraka.Kaisar menyimpan keterkejutannya mendengar itu.“Katakan padaku, rahasia apa yang kau simpan padaku?” desak Elena. Bagaimana pun dia tidak percaya Kaisar memiliki uang sebanyak itu untuk menyelamatkan perusahaan ayahnya. Bukan karena dia tidak suka melihat Kaisar telah menyelamatkan Abraham Group dari keterpurukan, tapi karena dia tidak mengerti kenapa Kaisar dengan mudah menyelesaikan semuanya.“Aku tidak menyimpan apa-apa darimu,” ucap Kaisar.“Mengenai uang yang kau miliki, apa itu dari paman angkatmu juga?” tanya Elena.“Aku belum bisa menceritakannya sekarang,” jawab Kaisar. “Tapi yang jelas suatu saat kau akan tahu dari mana aku mendapatkannya.”“Jelaskan
“Iya,” sahut Lionel. “Apartemen yang kita tempati ini hanya sementara. Apartemen ini dibayarkan oleh Vander. Jika kita gagal membuat Elena menikah dengan Vander, dia pasti akan mengusir kita dari sini.”Bastian tampak berpikir lalu menatap wajah ayahnya dengan lekat. “Jangan dulu pindah ke sana,” pinta Bastian.“Memangnya kau punya rencana? Kau belum bisa apa-apa! Kau sudah lulus kuliah tapi ketika aku berhasil membujuk Kakak Abraham agar kau diterima bekerja di Abraham Group, kalu malah mengecewakannya hingga dia memecatmu dengan tidak hormat.”Bastian menahan kesal mendengar itu. “Itu karena suatu musibah. Saat itu ayah tidak membiarkan aku bekerja sesuai dengan kemampuanku. Ayah malah mengendalikan aku dari jauh hingga aku kehilangan otakku.”Lionel terdiam mendengarnya.“Jangan dulu keluar dari apartemen ini. Aku punya cara untuk menaklukkan anak pungut sialan itu!” Bastian keluar dari sana dengan menahan geramnya.Lionel membiarkan anaknya pergi dari hadapannya sambil mengatur na
Kaisar menutup berkas yang berisi data-data karyawannya itu. Dia baru saja mendengarkan penjelasan dari sekretaris pribadinya mengenai sifat dan watak satu persatu para petinggi di Abraham Group darinya. Sekaligus informasi-informasi lain dari mereka. Tapi semua penjelasan dari sekretarisnya tidak ada satu pun yang membuatnya curiga, jika diantara mereka ada pengkhianat yang bekerjasama dengan paman Mason di luar sana. Dia ingin mencari petunjuk atas kematian ayah angkatnya itu dari mereka, jika salah satu dari karyawannya ada yang dicurigainya. Tak lama kemudian, handphone-nya berbunyi. Telepon dari pimpinan bagian mata-matanya. Melihat itu dia meminta sekretarisnya untuk keluar sebentar. Sekretarisnya pun akhirnya keluar.Saat sekretarisnya sudah menghilang dari ruangan itu, Kaisar langsung menggunakan handphone-nya.“Halo,” ucap Kaisar pada pimpinan mata-mata.“Kami sama sekali tidak mendapatkan petunjuk jika kematian Tuan Abraham benar-benar karena unsur kesengajaan, Jenderal,” la