Kota Bailey, bulan lalu...Rehan yang harus menghindari Martha, setelah menyadari bahwa wanita itu berusaha menggodanya di hotel Maxwell Kota Bailey, saat mereka melakukan perjalanan bisnis untuk bertemu Lauren Warren. Maka ia mencari penginapan terdekat dan hanya mendapatkan sebuah motel. Saat itu, ia tidak terlalu memperhatikan nama motel tempatnya berada, karena perasaannya yang sedang kacau. Namun, begitu ia bertemu seseorang di Hotel Allison tempat ulang tahun ke-28 Lucy berlangsung, ia menyadari sesuatu.Darwin yang mengajak Nayra untuk berdansa adalah pria yang sempat berpapasan dengannya di motel dengan nama yang sama, Darwin Motel. Rehan pun menyadari bahwa Darwin adalah pemilik motel tersebut. Namun, bukan itu yang membuat Rehan merasa aneh, melainkan obrolan Darwin di telepon saat mereka berpapasan di motel.“Brengsek! Kau yakin akan menjebak wanita itu?! Hahaha! Bagaimana caranya?!” Itulah yang sempat Rehan dengar dan sebelumnya tidak terlalu ia pedulikan, sampai ia melih
“CEPAT CARI KEVIN SEKARANG JUGA!” teriak Rehan pada anak buahnya, begitu ia mendengar teriakan Darwin saat diinterogasi polisi, beberapa kilometer dari hotel tempatnya berada.Rehan langsung memutus teleponnya dengan napas tersengal. Amarah yang sebelumnya sempat mereda karena kebersamaannya dengan Nayra saat ini, kini kembali membuatnya gerah. Dengan wajah geramnya dan gertakkan di giginya, Rehan melonggarkan kerah bajunya untuk mengalirkan darah yang tertekan karena amarahnya yang kembali menguasainya.Namun, begitu ia berbalik untuk kembali ke kamar Nayra agar ia mendapatkan ketenangannya lagi, wanita yang hendak ia temui sudah berdiri di depannya dengan lemah.“Rehan..” lirih Nayra, yang matanya setengah terbuka.Rehan tersentak. Apa ia mendengar percakapannya barusan?Belum sempat ia mendapat jawaban, Nayra hendak menghampiri Rehan dengan tubuhnya yang masih lemah, membuat Rehan berjalan cepat untuk menopang tubuh lemah itu. Kepala Nayra langsung terjatuh di dada terbuka Rehan,
“Beristirahatlah..” ujar Brian, membuyarkan lamunan Nayra di depan pintu rumah keluarga Roland yang baru saja ditutup Ibu Ann.Kepala Pembantu rumah tersebut, segera membawa barang-barang Nayra berupa koper berukuran 22 inchi dan tas tangan ke kamar Nayra, diikuti si pemilik barang.“Kami sudah menyiapkan banyak makanan kesukaan Nona, apa Nona ingin memakannya langsung sekarang atau beristirahat lebih dulu?” tanya Ibu Ann, setelah meletakkan barang-barang Nayra di kamar.Nayra tersenyum kecil. Makanan memang selalu menjadi penghiburan Nayra saat lelah, terutama jika ditambah pengalaman buruknya beberapa hari lalu itu.“Aku akan memakannya sekarang!” seru Nayra, membuat Ibu Ann seketika tersenyum lebar, mendengar makanan yang sudah ia siapkan akan segera disantap oleh orang yang ia inginkan menyantapnya.Meskipun sudah menempuh perjalanan jauh selama 5 jam dari Kota Bailey ke Kota Lexington, tapi Nayra ingin menghargai usaha para pembantu di rumah itu untuk menyambutnya kepulangannya,
Di dalam kamar Brian, tanpa mengetahui keberadaan Rehan di kamar Nayra dan apa yang terjadi di sana, Brian menelepon anak buahnya yang memberitahunya tentang penculikan Nayra oleh Darwin beberapa hari lalu.“Kau sudah tahu bagaimana Darwin bisa menculik Nayra?” tanya Brian yang langsung dijawab anak buahnya.“Sudah Tuan. Menurut polisi, Nona Nayra mengatakan kalau ia mendapat telepon dari nomor tidak dikenal, tapi suaranya adalah suara Tuan,” jawabnya, mengejutkan Brian.“Apa maksudmu? Aku tidak pernah menelepon Nay..” Brian terhenti. Kepalanya memiring, seolah mengingat sesuatu.“Kevin..” desis Brian dengan geram, menyadari bahwa Kevin ada di balik penculikan Darwin pada Nayra.***Bulan lalu...“Aku akan membuat sampel untuk suara karakter game kita, bisakah aku merekam suaramu untuk membuat sampelnya?” tanya Kevin, setelah mereka selesai rapat untuk penyusunan asset dan level design proyek pembuatan game realitas virtual, kerjasama Roland Group dan Allison Tech.Saat itu hanya ada
“Nayra, boleh aku pinjam ponselmu? Baterai ponselku habis, sedangkan aku harus menghubungi sekretarisku untuk menyiapkan beberapa berkas..” tanya Lucy, saat ia dan Nayra sedang beristirahat di kantin studio game Allison Tech. Sementara Brian masih mengobrol dengan beberapa direkturnya di ruangan lain.“Tentu!” Nayra memberikan ponselnya tanpa ragu. Setelah beberapa saat, Lucy mengembalikan lagi ponselnya.“Cukup kirim pesan saja? Tidak telepon?” tanya Nayra, memastikan karena ia hanya melihat Lucy mengirim pesan pada sekretarisnya itu.“A-ah.. ya! Dia selalu on kok..” ujarnya, begitu menyerahkan ponsel Nayra pada pemiliknya.Nayra mengangguk kecil.Beberapa menit setelahnya, saat mereka masih berdua di kantin itu, Lucy kembali bicara.“Ah! Mmm.. Aku lupa.. ada yang mau aku diskusikan denganmu!” “Diskusikan apa?” Nayra memiringkan kepala.Lucy belum menjawab dan hanya menggoyang-goyangkan kakinya yang duduk di samping Nayra, sampai beberapa orang memasuki kantin itu.“Bisa kita mengo
“CEPAT BILANG! KENAPA PONSEL NAYRA ADA DI SINI?! DI MANA NAYRA SEBENARNYA?!” cecar Brian lagi, setelah menyadari ada sesuatu yang tidak beres terjadi pada wanita yang dicintainya itu.Lucy yang menjadi pelaku di baliknya, tertunduk dalam dengan seluruh tubuh bergetar, menyesali perbuatan kekanak-kanakkannya pada Nayra, karena masih tidak diterima bahwa wanita itu yang mendapatkan hati Brian. Padahal tanpa Lucy tahu, Brian sebenarnya sempat goyah hatinya pada Lucy setelah melihat wanita itu menangis di depannya ketika ia ditolak. Tapi, Lucy menghancurkan kesempatannya sendiri untuk benar-benar mendapatkan hati Brian, karena kecemburuan sesaatnya yang membuat Nayra dalam bahaya.“Ma-maafkan aku.. Brian..” Air mata Lucy kembali menitik dalam tundukkan penyesalannya. “Na-Nay..ra.. masih.. di.. sana..” Lucy tersedu, berusaha menjelaskan apa yang terjadi, meskipun ia gagal.“Di mana?!” Suara Brian masih keras, walau sekarang sudah lebih terkendali, karena kondisi Nayra lebih penting di ba
Keheningan aneh meliputi seluruh hamparan tanah dan langit yang gelap, tempat gudang kecil di mana kelima orang itu berdiri tegang.Berkencan bertiga? Seketika, pertanyaan itu memenuhi kepala keempat orang yang kebingungan, begitu Rehan selesai mengatakannya secara santai.“Apa yang kau coba lakukan?!” Brian mendorong tubuhnya pada Rehan dengan mata memerah, setelah terus menahan semua kemarahan pada apa yang terjadi malam itu.“Tidak ada di antara kita yang akan menyerah, ‘kan? Jadi biar Nayra yang nantinya memutuskan, siapa yang akhirnya akan ia pilih di antara kita, setelah ia mencoba berkencan dengan kita berdua, sekaligus!” jelas Rehan, sambil mengangkat wajahnya yang setinggi Brian, seolah ia cukup percaya diri untuk memenangkan hati Nayra pada akhirnya nanti.Brian mendengus, muak dengan kepercayaan diri yang begitu tinggi dari sepupu asli yang lebih mirip musuh bebuyutan itu. “OKE!” Kali ini Brian yang menunjukkan kepercayaan diri, melalui suaranya yang keras, hingga bisa did
Beberapa hari kemudian...Setelah lepas dari jerat perjanjian kencan dengan Rehan dua bulan lalu selama 30 hari, kini Nayra harus terjerat dalam perjanjian kencan lain selama 60 hari ke depan, bersama dua orang sekaligus!Astaga!“Taman bermain atau kebun binatang?” tanya Rehan melalui pesan, beberapa hari sebelum kencannya dengan Nayra hari ini.Nayra sudah menyadari maksud dari pertanyaan mendadak itu. Rehan juga meminta Nayra memilih di antara dua pilihan, yang akhirnya pilihan Nayra diwujudkan dalam simulasi kencan mereka dua bulan lalu. Rehan benar-benar tipe perencana yang apik, berbanding terbalik dengan Brian yang cenderung santai dan mengalir mengikuti suasana.Dengan jawaban Nayra, ia dan Rehan pun tiba di taman bermain yang dipilih wanita itu.Seperti aturan yang sudah dibuat oleh Nayra setelah ia, Rehan dan Brian memutuskan untuk melakukan ‘kencan ganda’ bertiga, mereka akan berkencan secara terpisah dengan jadwal masing-masing dalam waktu 60 hari. Nayra juga menegaskan