Share

PEWARIS UNTUK SUAMI KAKAKKU
PEWARIS UNTUK SUAMI KAKAKKU
Author: blue eyes

1. Tawaran Satu Miliar

"Lahirkan pewaris untuk suamiku, Rihanna, dan aku akan memberikanmu satu miliar."

Rihanna melotot. Tubuhnya langsung kaku mendengar penuturan Agnes, sang kakak.

"Pe-pewaris? Ma-maksudnya bagaimana, Kak?"

Agnes bersedekap menatap adik tirinya itu dengan tampang malas. Dia paling tidak suka mengulang kalimat yang sudah sangat jelas ia ucapkan.

"Aku harus menjelaskannya dengan bahasa apa lagi agar kau paham, huh? Aku memintamu mengandung dan melahirkan anakku dan Aaron. Kau tau sendiri tubuh indahku ini tidak boleh sampai rusak, apalagi untuk melahirkan seorang anak yang akan sangat merugikanku."

Agnes Anita Rodgers adalah selebriti sekaligus influencer terkenal yang namanya sedang naik daun di Indonesia. Sebagai asisten pribadinya, Rihanna Halim tahu betul kenapa kakak tirinya itu selalu mengabaikan perintah kedua orang tua Aaron agar segera memiliki anak, tapi Rihanna tak pernah menyangka Agnes akan mengambil jalan konyol seperti ini. Ini terlalu gila!

"Kenapa? Kau tak mau?" tanya Agnes sebal, menyadari ekspresi keberatan di wajah sayu Rihanna.

Di sofa seberang meja, Rihanna menggelengkan kepala sambil memperbaiki duduknya. "Bu-bukan begitu. Aku hanya kaget, Kak. Kau sungguh memintaku melahirkan anakmu? Tapi, bagaimana caranya?"

"Tentu saja kau harus berhubungan badan dengan suamiku. Memangnya ada cara lain yang lebih mudah selain itu?"

Rihanna melotot lagi. Gila! Bagaimana bisa Agnes berkata setenang itu tentang suaminya sendiri?!

Oh, baiklah. Rihanna hampir lupa bahwa hubungan Agnes dan Aaron bahkan hampir tak bisa disebut sebagai 'suami-istri'. Dua orang itu tidak pernah saling mencintai meskipun telah menikah dua tahun lamanya.

Aaron lebih mencintai pekerjaannya sebagai CEO The Road's Group dan Agnes lebih mencintai pekerjaannya sebagai selebriti terkenal. Rihanna menjadi saksi nyata betapa kacaunya hubungan pernikahan mereka.

"Tapi, apa harus sampai seperti ini, Kak? Kau ... kau tidak masalah jika wanita lain tidur dengan suamimu?" tanya Rihanna, masih merasa ragu dengan permintaan sang kakak. Di sisi lain, hatinya juga berbisik yakin menginginkan satu miliar yang ditawarkan oleh Agnes.

Agnes mendengkus. "Itu tergantung dirimu, Rihanna Sayang. Kau sendiri tidak masalah jika kondisi adikmu, Jesse, semakin memburuk karena tidak segera mendapatkan transplantasi jantung? Kau bilang, kau kemari untuk meminjam uang, 'kan?"

Benar. Alasan Rihanna datang ke kediaman Agnes adalah untuk mengharapkan kemurahan hati kakaknya itu agar mau meminjamkannya uang. Uang yang tidak sedikit tentunya. Sebab Jesse, adik kandungnya, membutuhkan operasi transplantasi jantung sesegara mungkin setelah hampir enam bulan menunggu tanpa kepastian.

Rihanna menunduk sambil memainkan jemarinya yang bertautan di atas pangkuan. Jemarinya yang terasa bergetar ketakutan memikirkan kondisi adiknya jika ia gagal mendapatkan uang.

Agnes tersenyum miring menyadari ekspresi Rihanna yang mulai goyah pada tawarannya.

"Jadi, bagaimana, Rihanna? Deal?"

***

Aaron W. Rodgers baru saja tiba di mansion-nya pukul 9:40 malam. Dia tampak lelah setelah kembali dari Singapura untuk urusan bisnis selama seminggu di sana.

Pria blasteran Inggris itu rasanya ingin segera masuk ke kamar, berendam air panas, dan tidur lelap sampai besok pagi.

"Selamat datang, Tuan Aaron."

Sarah, kepala maid, datang menyambut Aaron di ruang tamu. Dia datang menyodorkan segelas wine di atas baki yang memang akan selalu ia sajikan tiap kali sang tuan pulang ke mansion.

Aaron mengambilnya dan langsung meneguk sampai habis.

"Apakah Agnes sudah pulang, Bu?" tanyanya kemudian.

Sarah mengangguk. "Nyonya sudah menunggu di kamar Anda, Tuan."

"Huh? Di kamarku?" Aaron mengangkat sebelah alis heran. "Untuk apa dia di kamarku?"

Pria itu tampak heran karena dia dan Agnes sebelumnya hampir tak pernah tidur sekamar, sebab mereka punya kamar privasi masing-masing sejak menikah. Namun, alih-alih menjawab, Sarah justru membungkuk sopan lalu mundur menjauhi Aaron.

Aaron akhirnya pergi ke kamarnya untuk mengecek sendiri keberadaan Agnes. Namun, saat tangannya hendak menggapai gagang pintu, Aaron tiba-tiba tertegun. Dia merasakan tubuhnya mendadak panas-dingin tanpa sebab.

"Shit!" umpatnya seraya melepas cepat jas hitam dari tubuh untuk mengurangi rasa panas itu.

Lalu, Aaron pun masuk.

Seseorang di dalam kamar tersentak kaget merasakan bunyi pintu, tapi dia tak kuasa bergerak dari ranjang. Hanya detak jantungnyalah yang berisik menanti-nanti kedatangan Aaron.

"Ya Tuhan ..., sungguhkah ini keputusan yang tepat?" Rihanna, wanita itu, berbisik pilu pada dirinya sendiri.

Di dalam kegelapan kamar, dia menggigit bibir bawah kasar sambil menahan hatinya yang menciut takut.

"Agnes? Kaukah itu?" Suara Aaron akhirnya terdengar. Dia mendekat melihat bayangan punggung wanita ber-lingerie merah di atas ranjang.

Akan tetapi, pria itu lalu meringis. Tubuhnya lagi-lagi bereaksi aneh dan tak terkendali. Jantungnya berdebar kencang, napasnya memberat, kepalanya pening, dan pandangannya berkabut. Kakinya sampai tak kuasa berjalan menuju sakelar lampu dan hanya mampu menggapai sisi kanan ranjang.

Semua lampu dalam keadaan mati pada saat itu, menyisakan kegelapan pekat yang membuat kedua mata Aaron cuma terarah pada punggung polos wanita di sisi kiri ranjang. Wanita yang ia kira istrinya.

"Kenapa kau tidur di sini, Agnes?" Sambil melepas kemeja dan celana dengan gerakan terburu-buru, Aaron bertanya serak. "Aku tau ini terdengar konyol. Tapi, apa kau butuh sentuhanku malam ini?"

Rihanna menelan ludah gugup, sementara Aaron terengah merasakan lonjakan gairah dalam tubuhnya. Keringat membanjiri seluruh tubuh polos pria itu yang telah bertelanjang dada.

"Agnes? Kau belum tidur, 'kan?" tanya Aaron sekali lagi, kali ini sambil berbaring dan memeluk si wanita dari belakang.

Rihanna tidak menjawab, melainkan hanya menggeleng pelan. Dia tidak boleh bersuara dan ketahuan, itu yang Agnes katakan sebelum 'melempar'-nya ke sini tadi. Padahal, Rihanna rasanya ingin berteriak kencang merasakan sentuhan intens di sekujur tubuhnya sekarang. Dia tak pernah menyangka akan disentuh seperti ini oleh kakak iparnya sendiri!

"Sepertinya Bu Sarah memasukkan sesuatu ke dalam wine-ku. Tubuhku mendadak menginginkanmu, Agnes." Aaron bergumam.

Kepalanya menunduk, mengecup lembut pundak, leher, dan punggung Rihanna dari belakang, tanpa tahu bahwa itu bukanlah Agnes istrinya.

Rihanna hanya bisa pasrah menahan bibir agar tak mendesah di bawah kendali Aaron. Dia juga berusaha keras agar tak berteriak saat Aaron kini menindihnya.

"Harusnya aku berendam saja untuk menghilangkan rasa sesak di tubuh bawahku sekarang. Tapi kupikir bercinta denganmu bukanlah ide yang buruk. Kita sudah lama tidak melakukannya, 'kan?"

Rihanna tahu dia pada akhirnya sudah tak punya kesempatan lagi untuk mundur, karena Aaron pun mulai bergerak agresif mencumbunya semakin dalam dan intens.

Seketika, semua kejadian selama dua hari terakhir melintas cepat di kepala Rihanna. Tentang kontrak perjanjiannya dengan Agnes yang sudah dia tanda tangani, tentang uang satu miliar yang sudah dia terima, dan tentang keputusan nekatnya masuk ke kamar ini.

Jadi, satu-satunya hal yang bisa Rihanna lakukan sekarang adalah pasrah tanpa kata ketika Aaron mulai memasukinya dengan paksa.

***

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status