HIIIAAAT!
Terdengar teriakan dari pendekar berpakaian hijau yang sedang menghadapi pendekar lainnya yang berpakaian serba biru.
"Kenapa kamu mengacau di Kamandaria?" tanya pendekar berpakaian biru, sambil berkelit menghindari pukulan pendekar berpakaian hijau ini.
"Aku ingin menguasai dunia persilatan! Tidak ada yang bisa menghalangiku!" seru pendekar berpakaian hijau.
"Aku sudah mengetahui reputasimu di dunia persilatan! Kenapa sekarang kamu ingin menjadi penguasa dunia persilatan? Ini tidak benar!" tegas pendekar berpakaian biru.
"Bicara memang mudah, Pendekar Naga Biru! Kamu sudah terkenal di Kamandaria! Apalagi kamu telah menjadi Raja Kamandaria dengan tiga permaisuri cantik! Siapa yang tidak iri padamu!" seru pendekar berpakaian hijau.
"Kamu masih muda, Pendekar Naga Suci! Perjalananmu masih panjang! Jangan sia-siakan reputasimu dengan mengacau di dunia persilatan, terutama di Kamandaria! Aku tidak akan membiarkannya!"
"Tidak perlu banyak bicara, Raja Candaka! Hadapi saja jurus-jurusku! Kalau kamu bisa menandinginya maka aku akan mundur!" tegas Pendekar Naga Suci.
"Kamu tahu hukumannya apabila melawan Raja Kamandaria?" tanya Candaka, pria berpakaian biru yang juga Raja Kamandaria.
"Aku sudah tahu resikonya, Candaka! Aku menantangmu sebagai Pendekar Naga Biru, bukan sebagai Raja Kamandaria!" seru Pendekar Naga Suci.
"Aku tidak meremehkanmu, Kameswara! Kamu salah satu pendekar terbaik yang dimiliki oleh Kamandaria! Bergabunglah dengan Aliansi Pendekar Naga untuk membela kebenaran!" ajak Candaka.
"Aku tidak ingin bergabung denganmu! Aku ingin menjadi pendekar nomor satu melampaauimu!" sahut Pendekar Naga Suci ini menolak ajakan Candaka.
"Apa yang kamu inginkan? Kalau kamu mau gelar pendekar nomor satu, akan aku berikan padamu! Aku tidak membutuhkannya!" tawar Candaka.
"Aku tidak butuh belas kasihanmu! Aku akan mengalahkanmu dengan seluruh kemampuanku! Aku juga Pendekar Naga, seharusnya aku berhak duduk di tahta kerajaan Kamandaria!" seru Pendekar Naga Suci ini, yang ternyata mengincar tahta Kerajaan Kamandaria.
Candaka sangat menyayangkan sikap Pendekar Naga Suci.
Tadinya dia percaya dengan perkataan Pendekar Naga Suci yang hanya menantangnya sebagai pendekar, tapi dengan perkataannya barusan yang mengincar tahta berarti pertarungan antar pendekar ini tidak murni lagi.
"Katamu tadi pertarungan kita hanya di dunia pendekar untuk membuktikan siapa yang terkuat dan menjadi nomor satu, tapi kenanpa kamu juga mengincar tahta kerajaan?" tanya Candaka.
"Kamu tidak pantas duduk di sana, Candaka! Kamu bukan Pendekar Naga Biru sejati karena kamu belum mempelajari keseluruhan Kitab Sembilan Naga Sakti! Wajar saja kalau aku juga hendak merebut tahta kerajaanmu karena kamu bukan Pendekar Naga Biru yang menjadi legenda di Benua Kamandaria ini!" sahut Pendekar Naga Suci.
Perkataan Pendekar Naga Suci begitu menusuk hati Candaka.
Pendekar Naga Biru ini sadar kalau dia bukanlah Pendekar Naga Biru yang sempurna, karena dia hanya mempelajari 4 Kitab Sembilan Naga Sakti saja dari Sembilan Kitab Naga Sakti yang ada, termasuk Kitab Naga Sakti kesembilan yaitu Kitab Naga Biru.
"Aku tidak pernah mengakui kalau aku adalah Pendekar Naga Biru. Rakyat Kamandaria yang mengakuinya. Jadi, tidak perlu mempelajari Kitab terakhir dari Kitab Sembilan Naga Sakti untuk menjadi Pendekar Naga Biru!" seru Candaka.
"Hahaha! Kamu sungguh Raja pengecut! Mengandalkan Rakyat Kamandaria sebagai alasanmu untuk merebut tahta dari Raja Naga Hitam! Apa kesalahan Naga Hitam sehingag kamu menurunkannya dari tahta kerajaan Kamandaria? Apa bedanya dia dengan dirimu? Kamu juga bukan Sang Terpilih Pendekar Naga Biru yang legendaris?" ejek Pendekar Naga Suci.
"Kamu sudah kelewatan, Kameswara! Aku mengampunimu karena mendengar reputasimu! Tapi, aku kecewa padamu! Reputasimu hanyalh omong kosong belaka! Kamu masih mengincar kejayaan untuk dirimu sendiri!" balas Candaka.
"Jangan banyak bicara lagi, Pendekar Naga Biru palsu!" seru Pendekar Naga Suci yang langsung melancarkan serangannya.
"Pedang Naga Suci!"
Pedang berukiran naga ini langsung berkelabat dengan kilau terangnya yang menyilaukan mata menusuk ke arah tubuh Candaka.
Serangan cepat yang dilancarkan oleh Pendekar Naga Suci ini sangat hebat karena mengandalkan pedang suci yang memiliki kekuatan magis.
Candaka sebisa mungkin menghinbdari tusukan dan tebasan pedang dari Kameswara, tapi serangan dari Pendekar Naga Suci ini sangat cepat dan bertubi-tubi membuatnya agak kesulitan mengimbanginya.
"Pedang Naga Menusuk Kalbu!"
Candaka yang kebertulan sedang membawa Pedang Naga Hijau langsung mengeluarkan jurus dari pedang naga hijau ini.
"Kitab Naga Hijau ... kebetulan sekali aku penasaran dengan jurus-jurusnya!' seru Pendekar Naga Suci.
Pedang Naga Hijau langsung dialiri listrik hijau yang membungkus keseluruhan pedang naga hijau ini.
Traaang!
Candaka menangkis serangan pedang dari Pendekar Naga Suci yang diarahkan padanya.
Getaran listrik dari pedang naga hijau langsung menjalar melalui pedang dan menyetrum tangan Kameswara dengan kencangnya.
Ouch!
Kameswara berteriak kesakitan saat tangannya tersengat listrik yang berkekuatan super.
Hampir saja tangannya terbakar habis kalau dia tidak memiliki tenaga dalam yang kuat untuk meredam kekuatan listrik naga hijau ini.
"Jurus yang hebat! Aku kagum dengan kehebatanmu, Candaka!" seru Kameswara.
Pendekar Naga Suci masih merasakan tangannya yang gemetaran tersengat listrik dari pedang naga hijau, padahal dia sudah berusaha meredamnya.
"Barisan Naga Terbang!"
Jurus yang mengandalkan serangan sinar pedang yang menyerupai naga-naga putih yang sedang terbang dengan kencangnya menuju ke arah lawan.
"Pedang Sejuta Naga Hijau!"
Candaka langsung mengubah jurusnya dengan serangan pedang jarak jauh untuk mengimbangi serangan jarak jauh dari Pendekar Naga Suci.
Pedang naga hijau digetarkan menjadi beberap bayangan pedang yang menyerupai naga-naga hijau kecil. Kekuatan magis dari pedang giok ini membuat naga-naga hijau ini bisa bergerak dengan sendirinya menyerang lawan.
Sebagian naga-naga hijau yang makin bertambah ini melindungi tubuh Candaka, dan sebagian lagi menyambut serangan naga-naga putih.
DUUUAAAR!
Bunyi ledakan keras terjadi tiap ada naga yang hancur, baik naga putih ataupun naga hijau.
Pertarungan kali ini berimbang.
Kadang naga hijau kecil dari Candaka hancur dan meledak, kadang juga naga putih dari Kameswara yang meledak.
"Aku tidak bisa berlama-lama menghadapimu, Kameswara! Ada yang harus kulakukan segera!" seru Candaka yang mulai mengerahkan jurus pamungkasnya untuk mengakhiri pertarungan ini.
"Jangan sombong, Candaka! Kemampuanmu belum mmapu untuk menghentikanku!" sahut Pendekar Naga Suci dengan sombongnya.
"Badai Pedang Naga Jingga!"
Pedang Naga Hijau di tangan Candaka langsung berganti dengan Pedang Naga Jingga.
Candaka telah mempelajari teknik baru Alam Hampa dari Zhian untuk secara otomatis berganti pedang saat bertarung tanpa membuka Alam Hampa terlebih dahulu.
Pedang api ini langsung berputar-putar menghasilkan pusaran api yang mirip badai besar dengan banyak pedang api di dalamnya yang menerjang lawan dengan pusaran api yang kencang.
Semua objek mulai terhisap oleh pusaran api pedang ini, membuat Pendekar Naga Suci kewalahan menahan pedangnya dan dirinya yang mulai tertarik oleh energi pedang naga jingga.
Ratusan pedang api langsung menuju ke arah Pendekar Naga Suci yang masih kewalahan dengan daya hisap pusaran api ini.
"Pelindung Naga Suci!"
Pendekar Naga Suci terpaksa bertahan dari serangan Candaka, karena dia kesuliatn untuk mengeluarkan jurus tandingan yang bisa menghentikan jurus pedang naga jingga dari Candaka.
"Api Menyambar Naga!"
Khawatir dengan pelindungnay yang tidak bisa menahan serangan dari Candaka, Pendekar Naga Suci mengeluarkan serangan pedang yang bisa membentuk api besar yang menyerupai naga, yang diharapkannya bisa menjadi pelindung tambahan sekaligus menyerang balik Candaka.
Serangan Pendekar Naga Suci ini terbukti ampuh untuk meredam serangan Candaka yang sebenarnya sudah diambang kemenangan besar, saat Kameswara terdesak oleh serangannya.
"Pedang Naga Jingga Tanpa Jiwa!"
Pedang api langsung dilingkari naga berbentuk api. Jurus ini memanfaatkan hawa pembunuh di dalam pedang naga jingga yang akan terus mencari korban dengan kekuataan yang berkali-kali lipat.
Candaka langsung menyerang naga api yang besar ini dan dengan cepat dilenyapkannya dengan jurus ini.
"Naga Suci Membeku!"
Pendekar Naga Suci mulai melawan elemen api dengan elemen es yang diharapkannya bisa meredam serangan dari Candaka yang tiada ampun ini.
Pedang dari Pendekar Naga Suci langsung diselimuti lapisan es tajam yang seharusnya bisa memadamkan api apa saja hanya dengan menyentuhkan pedang ini.
Tapi tidak dengan pedang naga jingga.
Adu pedang yang terjadi tidak menghasilkan apa-apa.
"Simpan saja pedang esmu, Kameswara! Pedang apiku tidak bisa dipadamkan dengan elemen apapun!" seru Candaka.
Traaang!
Adu pedang kembali terjadi, tapi kali ini lapisan es di pedang Pendekar Naga Suci mulai mencair terkena panasnya pedang api dari pedang naga jingga.
Menyadari kalau untuk sekarang ini kemmapuannya masih belum mampu menandingi Candaka, maka Kameswara memutuskan untuk mundur terlebih dahulu.
WUUUSSSH!
Hanya dalam sekejab saja, Pendekar Naga Suci langsung pergi meninggalkan tempat pertarungan karena kewalahan menghadapi serangan bertubi-tubi dari Candaka.
"Aku akan kembali lagi, Raja Candaka!' serunya dari kejauhan.
"Selamat atas kelahiran putra mahkota kerajaan Kamandaria, Raja Candaka!" ujar bidan yang membantu kelahiran putra pertama dari raja Kamandaria ini."Sudah lahir?" tanya Candaka dengan raut wajah yang masih cemas bercampur bahagia."Sudah, Paduka Raja! Permaisuri juga dalam keadaan sehat-sehat saja!" Kerajaan Kamandaria tengah berbahagia.Permaisuri Zhian telah melahirkan putra pertama untuk Raja Candaka, sebagai putra mahkota penerus tahta Kerajaan Kamandaria.Putra mahkota itu bernama Mahesa Nagaswera.Raja Kamandaria, Candaka Nagaswera telah mengubah peraturan tentang tahta kerajaan Kamandaria.Tidak ada lagi Pendekar Naga Biru yang akan menduduki tahta kerajaan, untuk mencegah kejadian pertempuran yang mengakibatkan banyak korban baik di pihak pendekar maupun rakyat jelata.Pendekar Naga Biru selanjutnya hanya akan memimpin Aliansi Pendekar Naga yang didirikan Candaka untuk menegakkan kebenaran di Benua Kamandaria.Aliansi Pendekar Naga memegang peranan penting dalam pemerintahan
"Kamu yakin untuk mengadakan pesta, Kanda?" tanya Rinjani, yang agak mengkhawatirkan keselamatan Mahesa.“Tidak perlu khawatir, Rinjani! Semuanya aman dan terkendali!” sahut Candaka.Kelahiran putra mahkota merupan momen yang sangat penting bagi Kerajaan Kamandaria.Tentu saja Raja kamandaria tidak akan melewatkan perayaan untuk putra pertamanya ini walaupun masih banyak bahaya yang mengancam kerajaan.Candaka mengadakan pesta kelahiran putra pertamanya ini untuk mengenalkan Mahesa Nagaswera ke seluruh jagad persilatan dan seluruh negeri.Sejak munculnya Pendekar Naga Suci yang hendak menguasai jagad persilatan dan hendak merebut tahta kerajaan, mulai muncul pendekar-pendekar lainnya yang menantang Pendekar Naga Biru hanya sekedar untuk menjadi yang terkuat.Mereka tidak peduli kalau sekarang Pendekar Naga Biru sudah menjadi Raja Kamandaria.Tetap saja pendekar-pendekar ini berdatangan ke Kamandari auntuk menantang Pendekar Naga Biru."Aku juga tidak yakin keadaan akan aman, Candaka!"
Pesta kelahiran putra mahkota Mahesa Nagaswera dihadiri banyak sekali tamu undangan dari berbagai negeri. Raja Candaka ingin semua negeri mengenal putra mahkota yang akan menggantikannya kelak menjadi Raja di Kamandaria. "Kamu sudah kirim undangan ke Arkandaria, Zhian?" tanya Candaka. "Sudah, Candaka! Tapi, tidak ada jawaban apapun dari Kerajaan Arkandaria, terutama dari Zhu Fei! Aku cemas terhadap dirinya!" ujar Zhian. "Aku tahu! Nanti kalau Mahesa sudah bisa ditinggal, kita kunjungi Zhu Fei! Aku juga ingin Mengetahui keadaan dirinya sekarang!" kata Candaka menenangkan hati Zhian. Sampai hari perayaan, tidak tampak kedatangan Zhu Fei, seperti yang diharapkan oleh Zhian. Dewi Xian Ling yang hadir dalam perayaan, tanpa ragu membawa Nirvana Feaven Art Book. Tentu saja Candaka tidak akan melewatkan ramalan jitu dari Xian Ling yang sudah terbukti kebenarannya ini. "Selamat datang, Xian Ling!" sapa Raja Candaka dengan penuh hormat. "Hahaha ... kamu tidak perlu sesopan ini padaku, C
Salah satu ramalan Xian Ling mulai terbukti.Kaisar Xian Ming dari Benua Timur mulai menyerang Nusantara tanpa kekuatan penuh.Tujuan Kaisar Xian Ming ini adalah memancing keluarnya Pendekar Naga Biru dari Kamandaria menuju Nusantara.Armada Kerajaan Kamandaria sekarang adalah armada laut yang terkuat di Bumi Karimun, sejak Raja Candaka naik tahta.Kaisar Xian Ming masih ragu untuk berangkat ke Kamandaria dan menyerang langsung armada laut Kamandaria.Apalagi dia harus menempuh perjalanan laut melalui Samudra Nusantara yang memiliki Negeri di dasar Samudra yaitu Negeri Malaka yang rajanya adalah saudara angkat Pendekar Naga Biru.Kaisar Xian Ming tidak mau ambil resiko ditenggelamkan kapalnya oleh armada laut Negeri Malaka yang memiliki kapal tempur dengan peralatan canggih melebihi semua kapal tempur di Bumi Karimun.Tujuan akhir Kaisar Xian Ming adalah menguasai Kamandaria dan Arkandaria, setelah dia menguasai Nusantara.Nusantara memiliki raja yang tidak begitu peduli dengan pertah
“Kanda tidak jadi pergi ke Nusantara? Cakrabuana sudah menunggu Kanda di Aula Kerajaan!” tanya Rinjani yang heran dengan Candaka yang masih santai dan termenung di atas tempat tidur.“Aku tidak jadi berangkat ke Nusantara, Adinda Rin!” sahut Candaka.Tentu saja Rinjani terkejut dengan keputusan Candaka yang tiba-tiba ini.“Kenapa tidak jadi pergi ke Nusantara, Kanda? Bukannya sebelumnya Kanda yang menggebu-gebu ingin membantu Raja Nusantara melawan invasi dari Kaisar Xian Ming?” tanya Rinjani.“Ada hal penting yang harus aku lakukan terlebih dahulu! Xian Ling juga bilang kalau Raja Nusantara bukanlah raja yang bijaksana, yang memperhatikan rakyatnya ... jadi biarkan saja Xian Ming menguasai Nusantara terlebih dahulu! Aku lebih mementingkan Kerajaan Kamandaria terlebih dahulu!” tegas Candaka.Rinjani merasakan kalau bukan itu alasan utama Candaka untuk menunda keberangkatannya ke Nusantara. Ada sesuatu yang lebih penting yang sepertinya ingin dilakukan Candaka.“Apa yang menganggu piki
“Jaga baik-baik Candaka ya, Rinjani!” pesan Zhian saat Dewi Racun ini bersama Candaka pamit kepada Zhian. “Pastilah, Zhian! Kanda kan suamiku juga!” ujar Rinjani sambil tersenyum.“Kalau bukan demi Mahesa, aku pasti melarangmu dan Candaka ke tempat mengerikan itu! Kenapa Naga Ungu memilih tempat yang seperti itu untuk menyerahkan Kitab Naga Ungu! Apa yang sebenarnya diinginkan naga ini?” ucap Zhian.“Mungkin Naga Ungu hendak menguji Kanda Candaka, karena sudah lama Kanda tidak mendapatkan mimpi lagi mengenai Kitab Sembilan Naga Sakti!” kata Rinjani.Ucapan Rinjani ada benarnya, mengingat Candaka sudah lama sekali tidak mendapatkan mimpi mengenai Kitab Naga ataupun kejadian seputar naga di sekitar dirinya.“Mungkin juga, tapi memilih daerah yang paling berbahaya di Kamandaria sangat mengusik hatiku! Biasanya aku yang memandu Candaka dalam mimpi untuk menemukan tujuannya, tapi sekarang kondisiku lagi melemah!” kata Zhian dengan wajah yang agak menyesal.“Kak Zhian istirahat saja! Janga
“Menyeramkan sekali desa ini, Kanda!” seru Rinjani begitu mereka tiba di Desa Mitos.Masih tampak kondisi menyeramkan desa yang hampir merenggut nyawa Candaka dan Kumalasari ini.Desa Mitos benar-benar hanya menjadi mitos belaka, karena kawanan Aswang yang menghuni desa ini telah dibasmi oleh Zhu Fei bersama Bai Ling alias Gayatri di masa lalu.“Benar, Adinda! Desa Mitos ini telah memakan banyak korban pelintas jalan yang terjebak oleh keramah tamahan penduduk desa ini yang merupakan jelmaan aswang, makhluk yang cukup mengerikan!” jelas Candaka.“Kanda tahu dari mana?” tanya Rinjani.“Aku dan Mala hampir menjadi korban dari kawanan Aswang ini saat aku mengantar Mala kembali ke Kota Naga Emas! Beruntung kami bisa lolos dari kawanan makhluk mengerikan ini! Tapi kini Aswang sudah lenyap, seharusnya desa ini dibersihkan saja agar tidak mengerikan kelihatannya!” ujar Candaka.“Seru sekali ya cerita Kanda! Seandainya kita bertemu lebih awal ya, Kanda!” seru Rinjani.“Aku rasa kawanan Aswang
“Baiklah, kamu boleh ikut denganku! Tapi ada syaratnya ... kamu tidak boleh menjadi naga tanpa perintahku!” tegas Candaka.“Aku bisa menerima persyaratan itu!” ucap Xarvis yang langsung menjadi peri naga kembali.“Kamu juga tidak boleh ikut campur pembicaraanku dengan istriku, kalau tidak diminta! Kamu bisa melakukannya?” tanya Candaka.“Jangan begitu ketat terhadapnya, Kanda!” tegur Rinjani. “Aku tidak ingin orang tahu keberadaannya saat ini, karena berbahaya untuk dirinya!” kata Candaka memberikan alasannya."Aku memiliki kantong ajaib ini, Candaka! Kamu bisa membawaku kemana-mana dengan kantong ini karena di dalam kantong ajaib ini juga berisi alam kehidupan yang tidak jauh beda dengan alam kehidupan yang asli," kata peri naga ini sambil menyerahkan kantong kain kecil berwarna kecoklatan kepada candaka."Kantong kecil ini bisa menampung banyak makhluk hidup?" tanya Candaka yang takjub melihatnya."Di Dunia Atas, kantong seperti ini sudah umum dipakai oleh para Immortal ataupun Dew