Share

Marah

“Ana sialan. Berani-beraninya dia lakuin hal itu ke gue.”

Neta berteriak ke bayangannya sendiri di cermin wastafel toilet kampus setelah sebelumnya memastikan tidak ada orang yang akan mendengarnya mengumpat. Ia tak ingin ada yang akan menganggap cerita yang sedang beredar itu benar. Bagaimanapun juga, reputasi baik harus tetap dipelihara.

Bagi Neta, kelakuan Ana sudah kelewat batas. Setelah kemarin mengabaikan Neta seharian di kelas, bergeming tiap diajak bicara, jelas-jelas membuat Neta tidak berbeda dengan makhluk tak kasat mata, sekarang Ana malah berkoar-koar bahwa kelakuan Neta tempo hari yang melempar makalah ke mukanya dan bersikap tidak sopan di kelas Profesor Radi diakibatkan oleh stres yang berkepanjangan karena Lavi, orang yang rencananya akan menikahinya malah tewas terbunuh.

Dampak yang ditimbulkan oleh kabar itu sama sekali tidak menyenangkan buat Neta. Ke manapun Neta pergi, mahasiswa tidak akan repot-repot menyembunyikan keengganannya berada dalam r
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status