Tengah malam itu rumah Anggun ricuh dengan kehadiran sosok misterius yang datang menggunakan topeng untuk mengambil seluruh isi brankas miliknya.
Karto pun nyaris menjadi sasaran pembunuhan sosok misterius yang akhirnya terbuka kedoknya. Mang Karta pun membuka dengan paksa topeng yang dikenakan untuk mengetahui siapa dalangnya dan ....
"Reno!" teriak Anggun yang syok mendapati mantan suaminya itu yang ingin menggasak harta miliknya.
"Kamu lagi. Belum puas kamu membuat saya nyaris kehilangan nyawa dan sekarang kamu mencelakai adik saya juga Neng Anggun? Saya habisi kamu sekalian," hardik Mang Karta yang coba memukul waja Reno tapi dihalangi Anggun.
"Saya selalu memastikan semua pintu dan jendela kamar terkunci dengan rapih. Siapa yang membantu masuk?!" pekik Anggun..
Reno hanya terdiam. Kali ini rencananya gagal total. Reno pun dibuat syok dengan kehadiran Mang Karta
Anggun tersudut ketika Nindya dan Pras mendesaknya untuk mengungkap fakta yang sebenarnya tentang Ghania. Nindya sebagai seorang ibu yakin jika Ghania adalah darah dagingnya. Begitupun dengan Pras, sebagai sahabat ia paham bagaimana karakter Anggun. Hatinya memang baik, tapi jika tersakiti, dia bisa membalasnya dengan perih."Anggun, aku mohon. Katakan yang sebenarnya. Gimana kalau kamu sebagai ibu kehilangan darah dagingnya?" pekik Nindya."Bahkan aku belum sempat memberikan ASI untuknya. Aku tahu, kamu wanita yang baik dan menyayangi Ghania. Tolong aku, Anggun ...." sambung Nindya terisak."Luthfi, tolonglah bujuk istrimu. Aku hanya berharap semua bisa diselesaikan dengan baik dan kita bisa bersahabat lagi seperti dulu," ungkap Pras yang terkadang merindukan sosok Anggun."Sebaiknya kita berdamai demi Ghania. Kamu sayang kan sama Ghania?" ucap Luthfi saat menarik
Anggun dan Luthfi seketika menoleh saat sebuah suara memanggilnya. Anggun pun terkesima saat melihat gadis cantik yang ada dihadapannya itu berlari menghampirinya dan memeluknya erat."Tante ....""Tante, makasih ya. Karena Tante, aku akhirnya bisa jalan dan lari lagi seperti dulu. Makasih ya, Tan," ucap Amanda terisak.Anggun pun bahagia. Airmatanya luruh seketika saat melihat Amanda kini sudah ada dihadapannya dan bisa kembali berjalan normal. Luthfi pun bahagia, istrinya itu sudah berdamai dengan masa lalunya."Tante senang banget, akhirnya kamu bisa berjalan lagi. Semangat ya, Sayang," ucap Anggun memeluk anak tirinya itu erat.Setelah melepas rindu, Anggun dan Halimah kembali berwajah sedih. Terlihat jelas kecemasan yang begitu besar melihat keadaan Clara yang masih pingsan dan dalam penanganan dokter secara intensif."Anggun, apa yang seben
Luthfi akhirnya menarik paksa Anggun masuk ke dalam mobil. Dengan berat hati, ia pun meninggalkan kediaman Pras yang nampak tidak ada penghuni itu.Anggun begitu syok. Dia tidak menyangka jika Nindya dan Pras membawa kabur Ghania. Ia pun khawatir jika Ghania ketakutan karena tidak terbiasa dengan kehadiran Nindya, sekalipun dialah ibu kandung Ghania.Sesampainya di rumah, Anggun pun mengamuk pada asisten rumah tangganya yang sudah dia wanti untuk menjaga Ghania dengan baik."Mulai besok, kamu angkat kaki dari rumah saya. Besok saya kasih kamu ongkos dan gaji kamu. Kamu pulang saja, saya nggak mau melihat wajah kamu lagi!" bentak Anggun pada asistennya itu.Asih hanya bisa menangis. Memohon belas kasihan sang majikan agar tidak memecatnya. Ia tahu kesalahannya, tapi pekerjaan ini sungguh ia butuhkan."Tolong, Bu. Jangan pecat saya. Saya minta maaf. Tapi, saya membutuh
Pras dalam sebuah dilema. Kini di depannya terbaring sahabat baiknya yang secara tidak langsung menjadi seperti ini karena ulahnya."Anggun, maafkan aku. Andai saja hari itu ...." batin Pras.Perdebatan dengan hatinya sendiri. Di satu sisi, Anggun adalah sahabatnya. Ia begitu menyayangi Ghania, anak kecil yang tidak berdosa dan tidak ingin lahir dari sebuah perselingkuhan.Namun, di sisi yang lain, menjadi tanggungjawabnya menjaga Nindya dan Sara yang kini sudah menjadi yatim piatu. Nindya begitu terpuruk saat kehilangan putri semata wayangnya dan saat semua terbuka, sebagai Ibu Nindya tidak rela jika Ghania lebih menyayangi Anggun daripada dirinya."Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan?"Saat sedang berperang melawan dilemanya, ponsel Pras berbunyi. Terlihat di layar jika Nindya memanggil. Pras masih enggan mengangkat panggilan
Nindya yang sudah kehilangan anaknya untuk kedua kalinya pun mengikuti saran sang adik yang mengajaknya menyusul ke Jakarta. Pras dalam sebuah dilema. Kini di depannya terbaring sahabat baiknya yang secara tidak langsung menjadi seperti ini karena ulahnya."Anggun, maafkan aku. Andai saja hari itu ...." batin Pras.Perdebatan dengan hatinya sendiri. Di satu sisi, Anggun adalah sahabatnya. Ia begitu menyayangi Ghania, anak kecil yang tidak berdosa dan tidak ingin lahir dari sebuah perselingkuhan.Namun, di sisi yang lain, menjadi tanggungjawabnya menjaga Nindya dan Sara yang kini sudah menjadi yatim piatu. Nindya begitu terpuruk saat kehilangan putri semata wayangnya dan saat semua terbuka, sebagai Ibu Nindya tidak rela jika Ghania lebih menyayangi Anggun daripada dirinya."Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan?"Saat sedang berperang melawan dilemanya, ponsel Pras berbunyi. Terlihat di layar jika Nindy
Nindya akhirnya mengalah. Demi kebahagiaan Ghania, ia rela melepas sang putri bersama Anggun. Nindya lebih tidak rela jika Ghania membencinya karena dipisahkan dari Anggun.Hari itu, Nindya memutuskan mengikuti saran Pras untuk menemui Anggun di rumahnya. Setelah kondisinya pulih, Anggun sudah diperbolehkan pulang."Mas, gimana kalau Ang—""Anggun marah? Tidak. Kamu tenang saja, Nin. Semua sudah Mas bicarakan dengan Anggun dan Luthfi. Anggun hanya ingin Ghania bahagia, sama seperti kamu yang ingin Ghania bahagia," pungkas Pras. Nindya pun mengangguk.Hati Nindya kini lebih yakin melangkah ke rumah Anggun. Malam itu, bersama Pras dan Sara, Nindya pergi menuju rumah Anggun.Jalanan malam itu cukup lengang. Seolah Allah memudahkan orang baik yang ingin berdamai dan mencari ketenangan hidup. Mobil Pras pun kini berada di dekat rumah Anggun. Nindya pun meminta Pras berhenti. Nindya ragu dan malu harus be
Kabar tentang kematian Clara, putri bungsu Reno dari Halimah sampai juga di telinga Reno yang masih harus menjalani hukumannya di dalam hotel prodeo.Anggun menghubungi seorang kerabatnya untuk membantu agar Reno bisa melihat pemakaman sang putri. Untuk yang terakhir kalinya, ia memeluk gadis mungilnya itu.Pagi itu, ditemani seorang kerabat, Luthfi dan Pras mendatangi Reno di penjara. Setelah melalui proses perdebatan alot, Reno akhirnya diijinkan pergi ke pemakaman Clara dengan beberapa syarat yang harus dipenuhi."Terimakasih atas bantuannya, Pak," ucap Luthfi pada seorang aparat."Sama-sama."Ditemani 2 anggota, Reno masuk ke dalam mobil polisi mengikuti mobil Pras dan Luthfi yang langsung menuju pemakaman, karena Anggun dibantu beberapa kerabat sudah mempersiapkan semuanya.Sesampainya di pemakaman, Reno berjalan lemah. Tubuhnya seolah tak menapak. Ada begitu banyak penyesalan. Be
Flashback"Maafkan aku Syafa, mulai malam ini ku jatuhi kamu talak 1. Maafkan aku, aku tidak ingin dianggap anak yang durhaka sama Mamiku. Aku akan selalu menyayangi kamu.Jaga diri kamu dan anak-anak kita ya."Rangga pun melangkah pergi. Meninggalkan Syafa begitu saja di tengah derasnya hujan malam itu. Di sebuah taman yang letaknya tidak jauh dari rumah sederhana yang diberikan Rangga."Mas, aku nggak mau bercerai, Mas. Mas Rangga ...." jerit rintihan Syafa pun tidak menghentikan langkah Rangga.Rangga pun berat. Hatinya begitu menyayangi Syafa, apalagi ia sedang mengandung buah cintanya. Namun, Rangga juga tidak punya pilihan lain.Di dalam mobilnya, Rangga menangis histeris. Ingin berontak, tapi ia juga tidak punya pilihan lain. Saat mengetahui Syafa masih mengejarnya, Rangga pun langsung menyalakan mobil dan membawa mobilnya dengan sangat laju, tanpa memperdulikan Syafa sedikitpun."Mas Rangga ..