Home / Romansa / PRAMESWARI / Paramitha Alias Mytha

Share

Paramitha Alias Mytha

last update Last Updated: 2021-04-08 22:02:58

Prameswari sudah mengganti bath jas dengan baju tidur merah jambu bercorak bunga sepatu merah dan sekarang sedang duduk termenung di tepi tempat tidur. Rambutnya yang tergerai panjang sepinggang, terlihat berkilauan karena tertimpa cahaya lampu. Perlahan-lahan dia beringsut turun, menyalakan lampu tidur dan mematikan lampu kamar yang cahayanya terang benderang. Sejenak, dia menyingkap gorden jendela dan memandang ke luar. Oooh, hatinya kembali bergemuruh demi mengingat Meyka yang telah sampai hati membohonginya. Apa, apa maksud persahabatan baik mereka selama hampir tiga tahun ini? Oooh, Prameswari nggak kuasa lagi menahan desakan air matanya. 

Jebol, banjir bandang! 

Sebenarnya, Meyka juga sudah berjanji padanya untuk mencarikan pekerjaan di pabrik roti tempatnya bekerja. Katanya ada banyak lowongan di bagian administrasi. Kalau seperti ini kejadiannya, bagaimana? Beruntung ada Mbak Honey yang sudah berbaik hati menolongnya. Bukan hanya memberikan tumpangan rumah, tapi juga pekerjaan di kafenya. Awalnya, Mbak Honey meminta bantuannya untuk menggantikan Tiara yang sedang libur.  Eh, ternyata Mbak Honey suka dengan prestasi kerjanya. Akhirnya, dia dipekerjakan di sana. 

Gemetar, Prameswari naik ke tempat tidur, sambil menggenggam ponsel kesayangan. Ponsel yang dibeli dari hasil tabungannya selama sekolah di SMP. Bukannya menyusut, air  matanya justru semakin deras mengalir, menghujan deras. Benaknya kembali penuh dengan bayangan Ummi, Abah dan Ustadz Rayyan. Bayangan Abang pun menyelinap masuk dengan wajah galaknya yang penuh dengan kemarahan. 

Prameswari meringkuk, memeluk guling yang empuk dan harum. Dalam hati dia meminta ampunan kepada Allah, karena telah melawan Ummi dan Abah. Karena telah mengabaikan kata-kata Abang. Bukan hanya itu, dia mungkin juga telah menyakiti hati Ustadz Rayyan. Ah, Mas Eiden juga, mungkin. Dalam detik-detik yang berdetak begitu lambat, seolah-olah slow motion mode on dalam sebuah adegan film, Prameswari mengucapkan istighfar sebanyak-banyaknya.  

"Astaghfirullahaladhim, Astaghfirullahaladhim …?"

Srooot, srooottt! 

Sekarang, Prameswari membersit hidung dengan tissue yang sudah disiapkannya di samping bantal. Hatinya diamuk oleh penyesalan yang bergulung-gulung bersama kesedihan dan kemarahan. Dia menyesal, karena sudah nekat, kabur dari rumah. Sedihnya, karena terpaksa melepas jilbabnya setiap kali bekerja di kafe. Oh, ooohhh, penyebab kemarahan yang hingga kini membara di hatinya tak lain dan tak bukan karena kebohongan Meyka. 

"Sebenarnya kamu tuh siapa sih, Meyka?" bisiknya bertanya pada foto Meyka yang tersenyum manis di Gallery, "Okelah kamu bukan Meyka, tapi kenapa tega banget bohong sama aku? Apa salahku, Meyka, apa salahku?" 

Isak tangis Prameswari semakin menjadi, "Kenapa akun facebook kamu berubah jadi Malkan Prasetya? Siapa lagi itu? Sorry, aku lihat di messenger tadi. Nama akunmu sudah berubah. Jahat, kamu jahat, Meyka!" 

Srooot, srooottt! 

Lagi, Prameswari membersit hidungnya yang berlendir panas, "Sebenarnya, Mbak Honey mau ngelaporin kamu ke polisi, Meyka tapi aku nggak mau. Gimanapun aku inget gimana baiknya kamu sama aku sebelum ini, Meyka. Tapi sayang, kamu ternyata jahat! Aku sampai kabur dari rumah,  lho …!" 

Terakhir, sebelum menghapus semua foto Meyka dari Gallery, Prameswari berbisik lirih, "Meyka, sebenarnya foto siapa yang sudah kamu curi? Kamu edit kan, Meyka? Mbak Honey yang ngasih tahu aku. Siapapun kamu, aku hanya bisa doain, semoga kamu bahagia!"

Jlep, plaaasss! 

"Astaghfirullahaladhim," suara Prameswari terdengar rapuh dan bergetar, "Ya Allah, tolong jaga dan lindungi Wari dari segala bentuk keburukan dan kejahatan. Ampuni Wari, Ya Allah?" 

Usai berdoa seperti itu, Prameswari menyurukkan ponselnya yang sudah kosong dari foto Meyka di bawah bantal. Perasaannya sudah jauh lebih tenang sekarang, meskipun wajahnya terasa panas dan matanya juga pedih. Dalam hati dia meminta maaf pada Ummi, Abah dan Abang karena telah mengganti namanya menjadi Mytha. Bukan apa-apa, pikirnya. Itu hanya sebagai nama samaran. Meskipun Prameswari juga nggak tahu, mengapa dia harus menyamar, tapi menurut saja ketika Mbak Honey memberinya nama itu. Ah, sederhana saja pemikirannya. Bagaimanapun, Mbak Honey lah yang telah menolong dan menyelamatkannya. 

***

Sumringah, Mbak Honey menemui Prameswari di dapur. Di tangannya ada sekotak pakaian dalam untuk Prameswari yang baru saja dia beli di mall. Selain pakaian dalam, Mbak Honey juga membelikan bedak, lipstick dan body lotion. Melihat kedatangan Mbak Honey, Prameswari segera mematikan keran air dan Menyapa dengan sopan. 

"Mbak, sudah pulang?" 

Senyum tulus menyaput wajah Prameswari yang cantik alami, "Mau Wari ehhh saya buatkan minum, Mbak?" 

Prameswari memang belum terbiasa dengan nama samarannya. Begitulah kadang-kadang, masih  keliru menyebut Wari untuk dirinya sendiri. Itulah mengapa, Mbak Honey mengajarinya untuk menyebut saya, bukan Wari atau Mytha. 

"Nggak, makasih!" sahut Mbak Honey sambil tersenyum manis, "Mytha, ini Mbak belikan pakaian dalam untuk kamu. Ukurannya sudah sama persis dengan yang kamu catat tadi." terang Mbak Honey sabar dan tulus, "Oh ya, ini Mbak juga beliin bedak sama lipstick. Dipakai ya, kalau mau berangkat kerja?" 

Mendengar semua yang dikatakan Mbak Honey itu, Prameswari tersenyum dan mengangguk, "Makasih, Mbak Honey!" 

Mbak Honey mengangsurkan kotak bercorak bunga vinca ungu itu pada Prameswari, "Iya, sama-sama. Kalau kamu butuh apa-apa, bilang saja sama Mbak ya, Tha?"

Prameswari mengangguk, sedikit rikuh. Bagaimana nggak? Sejak tiga hari yang lalu, Mbak Honey lah yang menanggung semua kebutuhan hidupnya. Padahal, kalau dipikir-pikir, mereka kan baru bertemu dan belum saling mengenal sebelumnya? Kadang, hal itulah yang membuat Prameswari terhimpit di antara percaya dan nggak percaya. Sering dia membatin, 'Ada ya, orang sebaik Mbak Honey? Sudah cantik, baik ehhh tajir melintir, pula!' 

Karena semua kebaikan Mbak Honey itulah, sampai-sampai Prameswari berbisik dalam hatinya, 'Wari nggak akan pernah melupakan semua kebaikan Mbak Honey, Mbak … Sampai kapan pun!'

"Oke, kalau gitu Mbak berangkat ke kafe dulu ya, Tha?" kata Mbak Honey masih dengan sumringah yang sama, "Inget ya Tha, jangan ke luar rumah ya? Di dalem aja. Kalau ada tamu, udah biarin aja. Nggak usah dubukain pintu. Kalau memang ada perlu sama Mbak, biar mereka telepon Mbak. Kamu juga jangan capek-capek di rumah. Istirahat aja, ya?" 

Biyuuuh, air mata haru meleleh hangat di pipi Prameswari yang chubby namun sedikit pucat, "Makasih ya, Mbak?  Mbak Honey baik banget sama Wa---"

"Mytha, bukan Wari. Hehe …!" Mbak Honey menyela sambil mencuil pucuk hidung Prameswari yang bangir, "Paramitha. Dipanggilnya Mytha. Hehe." 

Ya, yaaahhh, Mytha! 

"Iya, Mbak." malu-malu, Prameswari menyahut penjelasan Mbak Honey. 

Sebenarnya dia ingin bertanya, mengapa harus menggunakan nama samaran di sini tapi nggak jadi. Dia berpikir, mungkin lebih baik dijalani dulu saja. Toh, Mbak Honey baik sekali, orangnya. Nggak mungkin kan, dia mau menjerumuskan atau menyesatkannya? Buktinya?  Mbak Honey juga memberinya kebebasan untuk beribadah. Kecuali sedang bekerja di kafe, Mbak Honey nggak melarang Prameswari untuk memakai jilbab, kok. Itu pun nggak setiap hari. Hanya Selasa dan Sabtu, kalau kafe sedang ramai pengunjung. Kalau nggak, yaaa, tinggal di rumah. 

Terpaksa, dengan berat hati, Prameswari melepaskan jilbabnya setiap kali bekerja di kafe. Bagaimana lagi? Hanya itu satu-satunya jalan untuk bertahan hidup di kota yang sama sekali nggak dikenalnya. Kota besar yang asing bernama Yogyakarta. Yogyakarta Hadiningrat, yang dijanjikan Meyka sebagai kota untuk mewujudkan segala harapan, cita-cita dan impian. Meyka juga berjanji, dia akan membuat Mas Eiden mau menyusulnya ke Yogyakarta untuk mewujudkan pernikahan mereka.

Ah, Meyka!  

Siapakah dia sebenarnya, mengapa tega membohongi Prameswari? 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PRAMESWARI    Demi Allah, Cinta dan si Buah Hati

    "Neng Wari, sekarang kamu sudah sah menjadi istri Ustadz Rayyan." Abah memegangi kedua pundak Prameswari. "Abah bermaksiat kepadamu, jadilah istri yang shalihah ya, Neng Wari? Taatilah suamimu, jangan kecewakan hatinya. Semoga Allah menjadikan kalian keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah dan barakah."Tak urung jua, air mata Abah merembes hangat. Menetes-netes deras, selayaknya gerimis sehingga Prameswari tersentuh keharuan yang begitu mendalam. Tak terasa, tangisnya pun merebak. Membuncah tumpah ruah dalam pelukan kasih sayang Abah."Neng Wari, sudah Neng." ucap Abah lirih, sembari melepaskan pelukannya, "Abah yakin, ini yang terbaik dari Allah untuk kamu. Insya Allah Ustadz Rayyan hamba yang shalih dan amanah, Neng. Kamu tak perlu khawatir. Ada Allah yang akan selalu menjaga dan melindungi kamu. Ingat ya Neng, kalau kamu

  • PRAMESWARI    Ustadz Lapuk is Back

    "Wa Wari!" Audry memanggil dengan suara parau, "Tunggu, Wari?"Prameswari menghentikan langkah, memutar setengah badan menghadap Audry. "Ya, Audry?"Prameswari berusaha menggambar senyum untuk sahabat baik sekaligus Ummi barunya itu, menghalau rasa sesak yang memaksa masuk ke dalam rongga dada. Ini bukan kesalahan Audry, bukan. Siapa yang punya kuasa untuk mengusik kehendak Allah? Berat seperti apa pun, Prameswari mengharuskan diri untuk bisa menerima Audry sebagai umminya. Toh, selama ini mereka sudah bersahabat baik, bukan? Tak ada hal yang perlu disangsikan lagi. Satu lagi, Ummi sudah tenang dan bahagia di alam sana. Tak ada kaitan apa-apa lagi dengan kehidupan dunia."Wa Wari sudah makan?" tanya Audry penuh perhatian, "Maaf ya, tadi aku eh Ummi diajak Abah ke

  • PRAMESWARI    Ummi Baru Untuk Prameswari

    "Syukurlah, suhu tubuh kamu sudah mulai normal, Yuka!" Prameswari memberi tahu sahabat dekatnya itu sembari menggambar senyum simpul gembira, "Kami khawatir banget tahu, semalam?" sebagai pemanis rasa syukur, Prameswari mencubit kecil pinggang Yuka. Gadis berdarah Jepang - Indonesia itu pun meringis kesakitan, namun tawa lirihnya terdengar melegakan."Duh, makasih ya Wari?" ungkap Yuka dengan mata berkaca-kaca merah, "Audry juga. Eh ke mana dia, Wari? Oooh, ehem ehem baru siap-siap ya? Nanti malam kan, ada yang mau datang. Hihihi … Wari, kita harus cepet-cepet nyari kado spesial nih, buat si Calon Pengantin?"Audry pura-pura marah dan menjerit menja dari balik gorden pembatas kamar, "Iiihhh, Yuka!"Bukan Yuka namanya kalau tidak malah tertawa cekikik

  • PRAMESWARI    Memaafkan Karena Allah

    "Ning Wari?" tak ada lagi keberanian yang tersisa dalam diri Evan, meskipun hanya untuk sekadar mengangkat wajah. Hanya bisa menunduk malu oleh karena perbuatan jahatnya pada Prameswari dulu.Sebenarnya Prameswari sempat ragu untuk menyapa Evan, tetapi akhirnya terucap juga dari mulutnya yang kering dan pahit. "Evan!"Resmilah sudah, itu adalah sapaan pertama Prameswari untuk Meyka palsu setelah pertemuan singkat mereka di Al-Hidayah beberapa bulan yang lalu. Pertemuan singkat yang mampu mengungkap segala tindak kejahatan Evan. Lebih tepatnya setelah Abang menjebloskannya ke dalam penjara."Apa kabar kamu, Evan?" Prameswari bertanya sambil menarik pandangan turun ke lantai ruang pengunjung nara pidana. Tercekat lagi kerongkongannya sehingga hanya itu yang m

  • PRAMESWARI    Jodoh Yang Mendekat

    Dari tempatnya berdiri, tak jauh dari rak buku di belakang Prameswari, Ustadz Rayyan menatap malu-malu. Dia hanya mengambil hak pandangan pertamanya, lalu menunduk lagi setelah itu. Membaca baris-baris kalimat yang tertulis dengan apik dan rapi di buku motivasi yang ingin dibelinya nanti.Tak pernah menyangka sebelumnya, kalau di sore yang gerimis ini, akan bertemu dengan Prameswari, sungguh. Jangankan berharap, sedangkan untuk sedikit memikirkan pun Ustadz Rayyan tak memiliki cukup keberanian. Sampai detik ini, semenjak tragedi perjodohan yang ditawarkan Abah dulu, sebisa mungkin dia melupakannya.Pasrah. Menyerahkan urusan itu pada Allah. Terlebih setelah menyadari kalau Prameswari mengalami sesuatu yang bernama amnesia atau hilang ingatan. Dia selalu berjuang untuk mengutuhkan tawakal dalam dada. Percaya sepenuhnya, kalaulah

  • PRAMESWARI    Kecewa dan Terluka Lagi

    "Wari!" Yuka memanggil dari balik gorden yang membatasi kamar mereka, "Kamu sudah tidur belum, Wari?"Sebenarnya Wari sudah mengantuk tapi karena Yuka memanggil, dia kembali duduk di tepi tempat tidur. Memandang ke arah tempat tidur Yuka sambil memeluk selimut yang masih terlihat rapi."Ada apa, Yuka?" Prameswari bertanya dengan memelankan suara, takut mengganggu Audry. Di antara mereka bertiga, Audry-lah yang memiliki jam tidur paling awal."Aku boleh ke kamarmu, sebentar?" Yuka balik bertanya membuat Prameswari tersenyum geli."Boleh," sahut Prameswari dengan dahi berkerut. Selama mereka menuntut ilmu di AISYAH baru kali ini Yuka seperti ini. Biasanya, menunggu pagi dulu baru menemui Prameswari. Kecual

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status