Share

Akad

Author: Adena Putri
last update Last Updated: 2022-05-21 10:56:00

"Bagaimana, Nak? Apakah kau bersedia menerima lamaran saya, untuk putri saya?"

Dengan berat, Hj Karim mengucap kalimat itu karena terjerat atas ucapnya sendiri yang mengatakan bahwa akan merestui siapapun laki-laki yang dipilihkan Aisha.

Arash, hanya menunduk. Ia mengepalkan tangan dan mengertak giginya sehingga beradu akibat menahan amarah yang kian membuncah.

"Boss, jangan! Sepertinya wanita ninja itu bukan wanita baik-baik!" Bisik Tomo menghasut.

"Benar, bang. Siapa tahu, wanita teroris itu punya rencana licik," kali ini, Bean yang membisikkan hasutan.

"Tapi, gue tak mau kalah akan tantangan ini!" ucap Arash dengan geram. Membuat kedua anak  buahnya terdiam. Jika tadi diam karena terkejut dan masih setengah percaya. Kini, ia tahu. Bahwa dirinya yang telah dilamarnya.

"Baik, Pak!" Jawab Arash dengan tegas. Ia melirik sinis ke arah Aisha yang tengah mengusap wajah dengan kedua tangannya.

Helaan nafas panjang terdengar jelas oleh wanita yang bernama Rosyidah keluar dari mulut suaminya. Ia kini faham bahwa suaminya mengucapkan hal demikian tidaklah murni ketulusan.

Sedangkan, Aisha. Ia mengusap wajahnya lama dan terus mengucapkan bismillah untuk menghadapi kemungkinan apa yang akan terjadi setelah pernikahannya.

"Baiklah, Kalian boleh pulang. Kalian hanya kan datang esok untuk melangsungkan akad pernikahan,"

Hj Karim menatap kosong pada punggung ketiga preman yang pergi melenggang itu dengan hati terasa di palu godam.

Tapi, ia juga akan lebih merasa sakit, jika melihat putri semata wayangnya harus mengurung diri di kamar pasca di tinggal menikah oleh Gus Fahmi atas perjodohan orang tuanya.

🍁🍁🍁

"Sial!"

Arash melempar apapun yang ada di hadapannya. Bagaimanapun, selama ini. Ia tidak pernah menyukai seorang wanita. Apalagi sampai masalah pernikahan. Namun, lamaran dari wanita bercadar itu membuat ia tidak bisa menolak karena di anggap semua ini adalah tantangannya yang harus di kalahkan.

"Boss, Tenang, boss!"

"Bagaimana bisa tenang, hah? Kalian tahu gue benar-benar benci dengan keadaan ini. Wanita itu benar-benar bikin amarahku membuncah." Bentak Arash. 

Mereka tengah berada di sebuah ruangan yang mejanya dipenuhi dengan botol alkohol, sabu dan minuman lainnya. Siapapun yang masuk, akan langsung mencium menyengat bau alkohol yang pekat.

Arash memegang satu botol minuman. Ia sesekali menenggak, entah sudah ke berapa botol yang telah ia teguk. Namun, tak ada satupun yang membuat ia bisa merasa tenang.

"Tom,"

"Baik, boss!

"Bean,"

"Ada, boss!"

"Malam ini kita akan beraksi,"

"Lho, kemana bang?" tanya Bean segera bangkit.

"Kalian tahu, esok gue akan menikah. Dan gue akan cari uang untuk maharnya!" 

"Lho, bukannya uang boss banyak?" tanya Tomo. Namun, Arash tak menggubrisnya.

Arash, Alkohol baginya adalah candu, sekaligus obat penenang. Bahkan, ia merasa jika tak minum minuman beralkohol. Ia sama saja seperti tidak makan, Dan gairah hidupnya berkurang.

Kau tahu? Bagaimana pecandu rokok? Saat ia terlambat saja menyesap rokok, Maka ia akan merasa resah dan tak bergairah.

"Jangan banyak tanya! Ayo kita berangkat!" ucap Arash yang langsung melemparkan kain penutup kepala.

Ketiga preman itu mengendap-endap menyusup pada sebuah bangunan yang mewah. Bangunan yang sudah mereka incar sejak tempo hari. Hanya saja, aksi ini harus terjeda karena harus menghadap pada wanita di dalam bus itu.

"Boss! Ini sudah dapat perhiasannya!" Seru Tomo sambil memandang kalung berlian.

"Ambil!" Tegas Arash. Ia sendiri mengobrak-abrik pakaian yang terlipat rapi sehingga bibirnya menggunjingkan senyuman saat menemukan apa yang di carinya.

Matanya melebar saat melihat isi dompet dengan lembaran uang merah

yang cukup banyak. 

Sedangkan, Bean. Ia hanya berjaga-jaga di pintu gerbang untuk mengomando kapan harus keluar, dan bertahan takut kalau aksi mereka di lihat orang lain.

Brak!

Tomo tanpa sengaja menyenggol guci sehingga pecah dan menimbulkan suara. Jelas saja, pemilik rumah ini terbangun.

"Hey!

"Maling"

"Maling"

Wanita gendut yang tengah tertidur panik, ia berteriak histeris saat melihat dua orang yang menggunakan kain penutup kepala. Hanya mata dan mulutnya yang terlihat.

"Tolong!

"Tolong!

Tomo dengan sigap segera membungkam mulut wanita yang masih setengah sadar dengan tissue sehingga pemilik rumah yang telah di geladah ini lemah dan tak sadarkan diri kembali.

"Maaf, minta uangnya dikit."

"Tenang saja, dosisnya enggak tinggi kok, Mbak. Gak seperti ronde suami Mbak!" celetuk Tomo sebelum ia meninggalkan kamar yang telah di geladahnya.

Mereka menaiki pintu gerbang agar bisa segera kabur dari rumah yang telah mereka rampok. Lari tunggang langgang didalam kegelapan malam yang hanya mengandalkan cahaya lampu Mercure.

Huft!

"Hampir saja," ucap Tomo saat sudah tuba di markasnya.

"Kali ini, gue gak akan bagi rata uang hasil rampokan kita," ucap Arash sambil membuka dompet rampokannya.

"Gak apa-apa, boss. Yang penting boss bisa lancar menghadapi tantangan gadis ninja itu," sahut Tomo. Ia terengah-engah dan menekuk lutut dengan kedua tangannya dan punggung membungkuk.

"Ini!"

Arash melemparkan dua botol minuman sprite pada kedua anak buahnya. Lalu, ia kembali menghitung hasil rampokannya malam ini.

🍁🍁🍁

"Apa, jadi Putrimu akan menikah esok?"

"Iya, kang! Entahlah. Aku juga bingung, hanya saja aku sudah terikat dengan ucapanku yang akan merestui siapapun pilihan Aisha," jawab Hj Karim. Ia memijit kening karena sesungguhnya jika anak dari Adek pimpinan pondok pesantren ini menikahi laki-laki yang tidak sepadan merupakan sebuah tragedi. Bahkan di anggap mencoreng maru'ah pesantren.

"Aku harap, Semoga Kakanda akan berkenan meridhoi tempat ini untuk melangsungkan akad pernikahan mereka."

Hj Harun hanya menghela napas. Baginya, ini adalah berita yang cukup mengejutkan. Dimana ia pulang dari berziarah disuguhkan dengan berita bahwa putri adeknya akan menikah. Bukan prihal menikah yang di anggap masalah. Namun, prihal siapa yang jadi pasangan pernikahannya. Seorang pimpinan preman yang siapapun tak berani jika untuk sekedar berinteraksi. Tatapan matanya saja cukup membuat orang lain lari tunggang langgang ketakutan.

"Tenanglah, sebagai kakakmu. Aku ikut bertanggung jawab atas ini. Maka , akan saya izinkan kau menggunakan aula ini untuk akad pernikahan." ucap Hj Harun. Sebenarnya, kenapa putri adeknya tidak menunggu lamaran sahabatnya saja untuk menggantikan posisi Gus Fahmi yang menorehkan luka pada keluarga ini.

Hj Karim memang tinggal satu kompleks dalam lingkungan pesantren. Ustadz Harun yang memintanya untuk tinggal di lingkungannya, bahkan ia yang menyediakan tanah untuk rumah. agar Hj Karim mau membantunya menjadi dewan guru sekaligus partner untuk memajukan pesantren yang telah ia rintis.

"Terima kasih, Kakanda!"

"Sama-sama, tapi jangan dulu melaporkan pada ummi Inayah." jawab Hj Harun.

🍁🍁🍁

Suara gema shalawat yang diiringi dengan musik hadroh mengisi suasana pagi. Dimana hari ini akan di lakukan akad pernikahan oleh dua insan yang berbeda latar belakang.

Ummi Rosyidah hanya bisa menangis meratapi putrinya yang lebih memilih lelaki berandalan daripada lelaki yang setara dengannya.

"Aisha, apa kamu tidak bisa memilih dan memilah? Kenapa kamu tolak lamaran Gus Faruq yang akan menggantikan posisi Gus Fahmi yang meninggalkanmu?" tanya Ummi Rasyidah. Walaupun marah. Sebagai seorang ibu, Ia tetap merias Putrinya dengan cantik. Apalagi, kalau tidak. Maka, Hj Karim akan marah.

"Lagian, kalau kamu menikah dengan laki-laki yang bisa ngaji, faham agama, setara dengan kita. Maka, kamu pasti akan punya pesantren sendiri. Seperti uwakmu itu, apa kamu tidak tertarik?"

"Justru itu, justru itu yang Aisha tak suka dari Umma!" jawab Aisha. Kemudian ia beringsut duduk di atas ranjang yang sudah di taburi kelopak mawar yang bertebaran.

"Assalamualaikum, Teh Aisha. Pengantin prianya sudah datang. Acara ijab akan segera dimulai," ucap Dzulfa berteriak di balik pintu kamar pengantin menembus telinga Aisha yang tengah menenangkan diri.

"Terima kasih, Dzul!" Sahut Aisha dari dalam.

"Maafkan Aish Umma," lirih Aisha sebelum ia bangkit untuk melangsungkan acara sakralnya.

Ummi Rasyidah hanya menitikan air mata melihat putri semata wayangnya yang terasa pilihannya menyimpang.

"Kau baik-baik saja kan, Nak? Kau bukan karena patah hati atas kepergian Gus Fahmi kan?" Gumamnya.

Di aula, Sudah banyak santri yang duduk rapi turut menyaksikan. Begitu juga para saksi dan penghulu sudah duduk bersila.

Semua melongo saat melihat Aisha berjalan di gandeng oleh Dzulfa. Bukan ibundanya sendiri. Terlebih, Tomo dan Bean menatap dengan mulut terbuka  wanita yang menggunakan niqab terlihat begitu anggun. Mungkin, kalau ada nyamuk. Entah sudah berapa yang musnah di mulut keduanya.

Sementara Arash. Ia mengepalkan tangannya merasa di tantang. Ia akan meluapkan emosional tertahannya saat sudah menjalankan pernikahan.

Aisha duduk. Nampak terlihat lebih cerah meskipun hanya nampak matanya saja yang dipoles cela bagian kelopaknya.

"Bagaimana, sudah bisa di mulai?" tanya penghulu.

"Sudah!" Semua yang hadir menjawab dengan serempak. kecuali ummi Rasyidah, Ia malah menangis terisak. Hj Karim merangkulnya UN menguatkan.

"Baiklah, Ananda mempelai pria, apakah sudah siap maharnya?" tanya penghulu pada Arash.

"Sudah, Pak! Uang senilai satu juta rupiah dibayar tunai." Arash sengaja menekan kata satu juta untuk meremehkan bahwa wanita yang akan dinikahinya begitu rendah.

"Bagaimana ukhty Aisha. Apa kau Ridha dengan mahar yang akan diberikan oleh calon pengantin pria?"

Kali ini, penghulu bertanya pada mempelai wanita.

"Tidak!"

Jawaban Aisha cukup membuat semua yang hadir menohok.

Apalagi, Arash. Ia semakin merasa amarahnya sudah di ubun-ubun. Ataukah Aisha memang benar-benar menantang?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PREMAN DILAMAR SHALEHAH   Back to dunia kelam

    "Lihat ini!" Lelaki paruh baya nan gondrong dan dekil itu menunjukkan sebuah photo seorang perempuan. "Ini adalah target kita!"Arash mengerutkan kening saat melihat wajah ayu perempuan dalam photo tersebut."Dia adalah pengusaha kaya raya. " Terang Gatot menjelaskan seraya menatap jalanan yang ramai dengan kendaraan berlalu lalang. "Jika kau berhasil, maka kau akan dapat delapan digit angka rupiah, Arash.""Gue tak perlu karena uang," tolak Arash angkuh."Oh, gue lupa." Celetuk Gatot menepuk kening lalu menyeringai. "Dia anak seorang pejabat,""Apa?" Seketika mata Arash memanas, dan dadanya langsung seperti hendak menyemburkan timah panas. "Dia putri dari seorang pejabat?"Gatot hanya mengangguk, mengerti arti keterkejutan lelaki yang selama ini berguru padanya. "iya, Dia putri pejabat!"Arash meremas photo itu kuat-kuat. Bayanga

  • PREMAN DILAMAR SHALEHAH   Bahagia menuju awal cerita/ Ending

    Kendaraan roda empat mulai menepi di halaman rumah sakit PERMATA BUNDA. Buru-buru Arash berlari dan menanyakan keberadaan putranya dilobi."Dilantai satu ruangan Dahlia, Mas Ustadz!" Tunjuk sang wanita lembut. Namun, membuat sekujur tubuh Arash melemah. Putranya dirawat di lantai satu? Bukan ruangan istimewa, hanya ruangan kelas menengah ke bawah dan tentunya penanganan tidak seistimewa dilantai tiga dan seterusnya.Tanpa berfikir panjang, setelah mengucapkan kata terima kasih. Lelaki yang telah menjelma jadi ustadz itu berlari yang disusul oleh Tomo. Hingga, tubuhnya kembali lemas saat melihat anak berusia lima tahun terbaring lemah dengan darah yang masih bersimbah dan berbagai selang menempel di tubuhnya."Ini yang akan mendonorkan darahnya?" tanya sang dokter yang tengah bernegosiasi dengan ummi Rasyidah, menyambut kedatangan Arash. Cukup menyadarkan Aisha yang tengah termenung lemah dengan air mata yang terus berderai.

  • PREMAN DILAMAR SHALEHAH   Ketika Naluri anak lebih kuat

    "Ibu?"Arash memekik bersamaan dengan kaki menginjak rem sehingga menimbulkan suara berdecit karena ban yang beradu dengan aspal.Wanita yang dia duga adalah ibunya yang telah tega membakar ayahnya hidup-hidup beberapa puluh tahun yang lalu, tengah berlari dan terus tertawa. Sesekali, ia mengamuk dan memukul beberapa perawat yang terus mengejar."Tidak, itu tidak mungkin ibu. Ibu pasti tengah berbahagia dengan suaminya, atau bahkan mereka telah dikaruniai anak yang merupakan adik tiriku." Arash mengusap wajah dengan kasar untuk menetralkan pemandangannya. Sedangkan, perempuan yang berambut acak-acakan itu telah hilang dari pandangan bersamaan dengan kendaraan yang berlalu lalang.Lelaki yang menggunakan baju koko dan sarung bermotif batik itu menginjak pedal gas, melajukan roda duanya menuju rumahnya yang tanpa jendela. Ya, rumah yang hanya dihuni seorang diri tanpa kehadiran sang istri tak ubahnya seperti rumah tanpa

  • PREMAN DILAMAR SHALEHAH   Antara Mas Ustadz dan pelunasan hutang

    "Oh, Ya Mas. Bagaimana masalah hutang yang harus dilunasi Aisha? Apakah kau mau memberikan kebijakan?" Pertanyaan Rumanah cukup membuat Faruq terkesiap. Bersamaan itu, Arash yang berada tidak jauh itu seketika menoleh."Untuk hal ini, Mas akan bicara sama Aby untuk menutup itu." Jelas Faruq setelah beberapa menit ia terdiam, seraya menikmati setiap sentuhan kain hangat diwajahnya. "Bukankah dulu ayah mendonaturkan? Bukan menghutangkan?""Tolong beritahu saya dimana ayahmu?" Pinta Arash yang memotong tiba-tiba membuat Rumanah dan Faruq terkesiap, dan menghentikan aksinya  kemudian menoleh ke arah sumber suara."Mas Ustadz?" Pekik suami istri itu bersamaan."Enggak kok, itu itu hanya...""Aisha tengah merawat putraku. Dan aku tak ingin terbebani dengan donatur yang dianggap hutang itu," potong Arash cepat nan tegas."Saya, saya akan meminta...""Hutang tetaplah hutang, Mas. Jika Aisha tiada da

  • PREMAN DILAMAR SHALEHAH   Kilas Balik

    ____"Untuk anak istrimu, kau tenang saja! saya yang akan menanggungnya," lanjutnya seraya menatap Gerry yang mengerikan dengan darah tetus mengucur seta baju robek-robek yang warnya telah memerah dengan tangan diikat. Melihat orang yang hampir lima tahun ia percaya dalam keadaan tragis dan berlumuran darah, hatinya iba. Namun, keadilan harus tetap di tegalan."Tapi...""Penjara pun saya akan meminta untuk tidak lama, hanya sebagai pelajaran dan semua orang yakin bahwa hukuman tetap berlaku sekalipun kau orang terdekat saya!"Gerry hanya mengangguk pilu dan penuh kepasrahan. Diberikan kelonggaran serta hukuman sedikit bijak, ini sudah membuatnya cukup. Ia ikhlas jika memang harus terdekam di penjara. Asalkan anak dan istrinya baik-baik saja.Semua ini, tak lepas atas campur tangan Arash. Karena, terkadang ketika seseorang pernah mengalami hal itu, maka ia akan lebih bijak untuk menangani hal demikian.

  • PREMAN DILAMAR SHALEHAH   Terungkap

    "Ummi, apapun yang dilakukan Arash. Aisha tetap belum siap membuka hati ini, rasa sakit atas perlakuannya waktu itu, bertekad membuat keputusan bertanda tangan darah membuat hati Aisha ini seolah terkunci, Ummi!"Ummi Rasyidah menarik napas kasar, Ia faham akan perasaan putrinya pasti akan sangat perih dan tak berperi. Harga diri serta kehormatan seolah dipandang sebelah mata. Tapi, Tak sepenuhnya ini salah Arash, karena nyatanya. saat itu ia meminta Arash untuk tidak menyentuh Aisha padahal wanita berniqab sedang menempati posisi sebagai istrinya. Dan, dengan kehadiran Rayyan disini. Wanita yang telah lama menyandang gelar janda ini yakin. bahwa saat itu juga Arash telah benar-benar mencintai Aisha. Meskipun keputusan yang bertanda tangan darah itu telah menjadi garis takdir Aisha."Maafkan ummi, Aish!" Lirihnya tak kuasa. Ia merangkul putrinya dengan erat. Harta dan keluarga satu-satunya yang dia miliki.🍁🍁🍁Ger

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status