Share

Mahar surat Alfatihah

Penulis: Adena Putri
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-21 10:57:26

"Apa-apaan ini? Kau mau jebak saya? Sudah paksa saya untuk menikahi, kau malah menolak seenak jidat!" Bentak laki-laki yang wajahnya di penuhi tato. Hanya saja, kali ini ia menggunakan peci sebagai maru'ah, pun antingnya di copot. Siapa lagi, kalau bukan Arash_calon pengantin pria.

"Tenang!"

"Tenang!"

Pak penghulu mengangkat tangannya untuk menenangkan suasana yang tiba-tiba tegang. Para santri dan saksi saling berbisik dan ricuh. Sedangkan Rosyidah, ia menangis semakin menjadi-jadi. Namun, ia juga tidak bisa untuk menyalahkan Aisha karena keputusannya yang mengejutkan. Baginya, Aisha sedang terluka egonya sehingga matanya tertutup dan lebih memilih berandalan.

"Nak, Aisha. Apa alasan Ananda sehingga tidak Ridha atas mahar yang di berikan calon suamimu?" tanya pak penghulu lembut sambil menatap Aisha yang menunduk.

Sedangkan, semua yang hadir nampak ricuh dan mulai saling senggol. Apalagi, Ummu Inayah, istri Hj Harun. ia mengepalkan tangan menahan emosi yang hampir membuncah.

"Biarlah uang itu untuk nafkah saja. Pak. Saya hanya minta mahar dengan surat Alfatihah," ucap Aisha lantang. Membuat semua yang hadir spontan melongo tak percaya.

Sementara pak penghulu langsung tersenyum dan mengangguk. Membuat Arash semakin merasa terpojokkan. Dugaannya tentang Aisha menantang semakin kuat. Amarahnya semakin membuncah. Ingin sekali ia menendang dan melempar semua yang ada di hadapannya. Namun, akal sehatnya masih bekerja waras.

"Baiklah, Nak. Silakan kita mulai akadnya!"

Arash menjabat tangan Hj Karim dengan bergetar. Ia mengucapkan kembali ijab yang di komando oleh sang penghulu. Dengan lantang, Namun bukan lantang karena semangat. Justru karena ada segumpal emosi yang terselip disana.

"Sah!'

"Sah!" 

Kata itu terucap bersamaan dengan bulir bening yang lolos dari pelupuk mata seorang wanita yang menggunakan niqab. Rosyidah segera memeluk Aisha dengan penuh haru. 

Gadis yang selama ini ia didik dengan penuh kasih sayang, kini harus direlakan menjadi tanggung jawab laki-laki yang tidak sesuai dengan keinginan kriterianya. Dan, itu semua. Rosyidah sangka karena terluka atas khianat Gus Fahmi yang sebabkan.

Arash menghirup udara dengan kasar seusai mengikrarkan ijab qobul. Setelah ini, ia akan meluapkan semua amarah yang dia tahan-tahan.

"Bang!"

"Bang!"

Tomo dan Bean menepuk pundak Arash karena terus menatap tajam ke arah wanita yang tengah di dekap ibunya. Arash tidak peduli apapun itu. Ia hanya menyangka bahwa semua ini adalah tantangan yang sengaja dibuat oleh wanita yang telah melamarnya.

"Baiklah, Nak Arash. Sekarang kamu bacakan surat pembukaan itu sebagai persembahan mahar." Penghulu meminta Arash dan Aisha berdiri. Pun, yang hadir lebih menetralkan pendengaran untuk memastikan, karena mereka yakin, preman berandalan itu tak akan bisa membacakan surat ayat suci itu.

'Baiklah, kali ini gue akan mengalah. Lihat saja nanti, kau akan menyesal' Arash membatin bersamaan dengan berjalan mendekati Aisha dan memegang tangan wanita yang menggunakan kain penutup wajah.

Audzubillahi minassyaithoonirrajiim

Suara Arash membacakan surat yang menjadi induk Al-quran dengan lantang. Ya, walaupun ia harus membuka kitab suci yang di sodorkan, karena sedikit terlupa.

Semua terlena dengan suara Arash yang memang merdu. Tapi tidak dengan Inayah. Ia semakin sesak menahan amarah merasa secara tidak langsung di coreng maru'ah pesantrennya.

Pun, Tomo dan Bean panik. Ia tak menyangka bahwa pimpinan mereka benar-benar melakukan sesuatu yang mereka anggap ini tantangan. Apalagi, Mahar dengan surat Alfatihah. Bukankah itu lebih menantang bagi seorang preman yang jalan ke mesjid saja seolah gelap dan lupa.

Clak!

Satu tetes bening meluncur dari mata teduh Aisha. Ia menunduk saat ubun-ubun di sentuh oleh Arash dan diciumnya. Tepat, air mata itu jatuh mengenai ibu jari kaki Arash.

🍁🍁🍁

"Mohon maaf, bukan saya tak menginginkan engkau ada di pesantren kami, Ananda. Hanya  saja, saya mengikuti keinginan istri saya untuk menjaga  maru'ah pesantren. Kami..."

"Tidak apa-apa, Kakanda. Kami faham, mohon maaf jika atas pernikahan putri kami nama baik pesantren ini jadi tercoreng karena me dengan preman." ucap Hj Karim dengan penuh kepasrahan.

"Sekali lagi, mohon maaf dari kami. Kalian, bisa datang ke pesantren kami kapan saja, pintu kami selalu terbuka," ucap Hj Harun dengan suara yang begitu serak dan patah-patah.

"Ayo kita pergi, Bi!" ucap Rosyidah yang sejak tadi menahan tangis menyeret suaminya. Logika memang menyalahkan Aisha karena pilihannya bukan kriteria keluarga besar ini. Pun, siapapun itu termasuk manusia awam pun akan terlalu sayang jika menikah dengan preman yang sudah terkenal dengan kebengisannya. Namun, hatinya mengatakan dan  hanya berprasangka bahwa Aisha memang trauma cinta sehingga ia lebih memilih lelaki beradalan akibat patah hati dari laki-laki yang ia anggap terbaik.

"Aisha, ayo kita pergi dari sini!" Seret Rosyidah cepat saat Aisha hendak mengganti pakaiannya ke kamar mandi. 

"Ada apa, Umma?"

"Kita tidak pantas berada di rumah ini!" ucap Rosyidah. Ia cepat mengambil semua pakaian dan memasukannya ke dalam koper. Sedangkan, Arash. Ia malah menyesap rokok dengan gayanya yang angkuh di depan rumah.

Mata Rasyidah berkaca-kaca saat kakinya melangkah meninggalkan rumah yang berdempetan dengan rumah Hj Harun_Kakak suaminya.

Ia kini faham. Bahwa status sosial lebih penting untuk Hj Harun dari pada status dengan hubungan keluarga.

Meskipun dengan penuh penyesalan. Namun, Hj Harun tak gegabah.  kepergian keluarga Rasyidah di sembunyikan dari para santri. Ia bahkan di antar hingga keluar gerbang dengan menggunakan mobil mewahnya.

Rumor yang di edarkan, bahwa Hj Karim akan mengembara setelah sang putrinya menikah, dan otomatis selesai menimba ilmu di pesantren Hj Harun. Mengamalkan ilmu di pulau lain.

🍁🍁🍁

Hj Karim pulang kembali ke rumah almarhum orang tuanya. Rumahnya masih utuh. Sehingga, tidak terlalu hina untuk dihuni.

"Aisha putriku. Ayah akan mendukung siapapun pilihan kamu.  Hanya satu yang ayah minta. Jadilah wanita shalihah yang dicontohkan oleh istri-istri Rasulullah!" ucap Hj Karim mengusap ujung kepala Aisha.

"Baik Ayah!" Aisha mengangguk. Sedangkan Arash berdiri di belakangnya tetap bersikap angkuh dan masih dikuasai gelora amarah.

"Kalau kamu mau menunggu Gus Faruq. Mungkin, kita tak akan terusir seperti ini, Aish!" Sergah Umma Rasyidah sambil menata barang bawaannya. Mendengar hal itu, fikiran Arash yang menduga-duga bahwa Aisha hanya menantangnya agar ia bisa takluk, semakin menjadi-jadi. Jadi? Memang benar-benar niat Aisha melamarnya ada sesuatu. Ya, dari awal, memang itu yang ada di di fikiran Arash. 

Bukan hanya ini yang membuat Arash kuat akan keyakinannya. Bukan hanya satu kali, Aisha menyelamatkan orang yang tengah ia meminta paksa uang pada setiap orang yang lewat. Pun, jika sedang memaksa merebut uang para penjual di pasar. Jika kebetulan wanita berjilbab itu memergoki. Maka, alhasil aksinya untuk mendapatkan uang paksa akan gagal.

"Umma, Gus baik. Jika Aisha ingin menjadi istrinya. Bukan sebagai pelampiasan rasa sakit. Tapi Aisha ingin atas nama cinta." ucap Aisha dengan tegas. Membuat Umma Rasyidah semakin merasa pilu dan sesuatu yang seolah mencabik ulu hatinya semakin menusuk.

Arash!

Bahkan, saat dua wanita itu membahas lelaki yang kelak akan dijodohkan dengan Aisha. Tak sedikitpun membuat hatinya terusik untuk ingin lebih tahu. Dugaannya bahwa ia kena tantangan wanita bercadar itu semakin kuat dan terlalu dalam menancap.

"Ekhem!"

Arash berdeham sehingga dua wanita yang tengah memeluk itu menoleh bersamaan. Sedangkan, Hj Karim pun yang tengah memeriksa semua sudut ruangan berhenti melangkah.

"Mohon izin, Aisha akan saya bawa ke rumah saya," ucap Arash menyampaikan tujuannya.

"Tapi, Aisha masih harus disini. Kami belum rela untuk...."

"Sebrandalan saya. Saya pernah mendengar penerangan bahwa istri yang sudah menikah. Wajib taat pada suaminya, sekalipun ada pilihan antara orang tua dan suami. Maka, dahulukan suami!"

Ucapan Arash yang memotong cukup membuat Umma Rasyidah dan Hj Karim tertegun. Meskipun hati diliput rasa takut dan khawatir. Namun, Ia juga tak bisa melawan pada  keterangan yang sudah qat'i.

"Doakan Aisha saja Umma. Semoga Aisha kuat menghadapi apa yang akan terjadi setelah ini," ucap Aisha menjawab untuk menguatkan.

"Tapi putriku..."

"Ini semua Aisha yang memutuskan Umma. Maka, biarkan Aisha yang menghadapinya sendirian." Aisha mengusap bahu wanita yang telah melahirkannya. Lalu melangarake arah ranjang mengambil semua barang miliknya.

Rosyidah mendekati suaminya. Ia gugup bahkan hanya bisa meremas jemarinya. Sesekali matanya melirik ke arah Aisha, juga beralih ke arah suaminya dengan tatapan penuh tanya dan persetujuan.

"Sabarlah, Ummi. Bagaimana pun, kita tidak bisa mencegah keputusan Aisha." Hj Karim mengusap bahu Rasyidah." Kita doakan semoga Aisha selalu berada dalam lindungannya. Abi yakin, kalau Aisha tidak akan memutuskan sesuatu tanpa sebab,"

Rosyidah hanya menangis dalam dekapan suaminya. Mau tidak mau, ia harus merelakan putrinya untuk satu atap dengan orang yang terlihat begitu bengis dan kejam.

Orang jahat terlahir dari orang baik yang tersakiti. Mungkin itu yang jadi perspektif Aisha. Saat ia tersakiti dengan orang terlihat baik, maka jalan ninjanya berbalik sehingga lebih menginginkan dan memilih berandalan sekalian. Hanya itu yang membuat Rosyidah semakin merasa terpukul. Orang tua mana yang akan tega membiarkan putrinya dalam jurang penderitaan.

Sedangkan Arash. Ia tersenyum sinis dan melipat tangan di dada. Ia akan lebih leluasa meluapkan amarahnya jika berada di markasnya.

"Sebenarnya, apa yang tengah direncanakan hey wanita aneh? Lihat jasa, loe jual, gue beli! loe obral, gue borong!" Gumamnya sinis sebelum Aisha berjalan ke arahnya.

Bersambung...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PREMAN DILAMAR SHALEHAH   Back to dunia kelam

    "Lihat ini!" Lelaki paruh baya nan gondrong dan dekil itu menunjukkan sebuah photo seorang perempuan. "Ini adalah target kita!"Arash mengerutkan kening saat melihat wajah ayu perempuan dalam photo tersebut."Dia adalah pengusaha kaya raya. " Terang Gatot menjelaskan seraya menatap jalanan yang ramai dengan kendaraan berlalu lalang. "Jika kau berhasil, maka kau akan dapat delapan digit angka rupiah, Arash.""Gue tak perlu karena uang," tolak Arash angkuh."Oh, gue lupa." Celetuk Gatot menepuk kening lalu menyeringai. "Dia anak seorang pejabat,""Apa?" Seketika mata Arash memanas, dan dadanya langsung seperti hendak menyemburkan timah panas. "Dia putri dari seorang pejabat?"Gatot hanya mengangguk, mengerti arti keterkejutan lelaki yang selama ini berguru padanya. "iya, Dia putri pejabat!"Arash meremas photo itu kuat-kuat. Bayanga

  • PREMAN DILAMAR SHALEHAH   Bahagia menuju awal cerita/ Ending

    Kendaraan roda empat mulai menepi di halaman rumah sakit PERMATA BUNDA. Buru-buru Arash berlari dan menanyakan keberadaan putranya dilobi."Dilantai satu ruangan Dahlia, Mas Ustadz!" Tunjuk sang wanita lembut. Namun, membuat sekujur tubuh Arash melemah. Putranya dirawat di lantai satu? Bukan ruangan istimewa, hanya ruangan kelas menengah ke bawah dan tentunya penanganan tidak seistimewa dilantai tiga dan seterusnya.Tanpa berfikir panjang, setelah mengucapkan kata terima kasih. Lelaki yang telah menjelma jadi ustadz itu berlari yang disusul oleh Tomo. Hingga, tubuhnya kembali lemas saat melihat anak berusia lima tahun terbaring lemah dengan darah yang masih bersimbah dan berbagai selang menempel di tubuhnya."Ini yang akan mendonorkan darahnya?" tanya sang dokter yang tengah bernegosiasi dengan ummi Rasyidah, menyambut kedatangan Arash. Cukup menyadarkan Aisha yang tengah termenung lemah dengan air mata yang terus berderai.

  • PREMAN DILAMAR SHALEHAH   Ketika Naluri anak lebih kuat

    "Ibu?"Arash memekik bersamaan dengan kaki menginjak rem sehingga menimbulkan suara berdecit karena ban yang beradu dengan aspal.Wanita yang dia duga adalah ibunya yang telah tega membakar ayahnya hidup-hidup beberapa puluh tahun yang lalu, tengah berlari dan terus tertawa. Sesekali, ia mengamuk dan memukul beberapa perawat yang terus mengejar."Tidak, itu tidak mungkin ibu. Ibu pasti tengah berbahagia dengan suaminya, atau bahkan mereka telah dikaruniai anak yang merupakan adik tiriku." Arash mengusap wajah dengan kasar untuk menetralkan pemandangannya. Sedangkan, perempuan yang berambut acak-acakan itu telah hilang dari pandangan bersamaan dengan kendaraan yang berlalu lalang.Lelaki yang menggunakan baju koko dan sarung bermotif batik itu menginjak pedal gas, melajukan roda duanya menuju rumahnya yang tanpa jendela. Ya, rumah yang hanya dihuni seorang diri tanpa kehadiran sang istri tak ubahnya seperti rumah tanpa

  • PREMAN DILAMAR SHALEHAH   Antara Mas Ustadz dan pelunasan hutang

    "Oh, Ya Mas. Bagaimana masalah hutang yang harus dilunasi Aisha? Apakah kau mau memberikan kebijakan?" Pertanyaan Rumanah cukup membuat Faruq terkesiap. Bersamaan itu, Arash yang berada tidak jauh itu seketika menoleh."Untuk hal ini, Mas akan bicara sama Aby untuk menutup itu." Jelas Faruq setelah beberapa menit ia terdiam, seraya menikmati setiap sentuhan kain hangat diwajahnya. "Bukankah dulu ayah mendonaturkan? Bukan menghutangkan?""Tolong beritahu saya dimana ayahmu?" Pinta Arash yang memotong tiba-tiba membuat Rumanah dan Faruq terkesiap, dan menghentikan aksinya  kemudian menoleh ke arah sumber suara."Mas Ustadz?" Pekik suami istri itu bersamaan."Enggak kok, itu itu hanya...""Aisha tengah merawat putraku. Dan aku tak ingin terbebani dengan donatur yang dianggap hutang itu," potong Arash cepat nan tegas."Saya, saya akan meminta...""Hutang tetaplah hutang, Mas. Jika Aisha tiada da

  • PREMAN DILAMAR SHALEHAH   Kilas Balik

    ____"Untuk anak istrimu, kau tenang saja! saya yang akan menanggungnya," lanjutnya seraya menatap Gerry yang mengerikan dengan darah tetus mengucur seta baju robek-robek yang warnya telah memerah dengan tangan diikat. Melihat orang yang hampir lima tahun ia percaya dalam keadaan tragis dan berlumuran darah, hatinya iba. Namun, keadilan harus tetap di tegalan."Tapi...""Penjara pun saya akan meminta untuk tidak lama, hanya sebagai pelajaran dan semua orang yakin bahwa hukuman tetap berlaku sekalipun kau orang terdekat saya!"Gerry hanya mengangguk pilu dan penuh kepasrahan. Diberikan kelonggaran serta hukuman sedikit bijak, ini sudah membuatnya cukup. Ia ikhlas jika memang harus terdekam di penjara. Asalkan anak dan istrinya baik-baik saja.Semua ini, tak lepas atas campur tangan Arash. Karena, terkadang ketika seseorang pernah mengalami hal itu, maka ia akan lebih bijak untuk menangani hal demikian.

  • PREMAN DILAMAR SHALEHAH   Terungkap

    "Ummi, apapun yang dilakukan Arash. Aisha tetap belum siap membuka hati ini, rasa sakit atas perlakuannya waktu itu, bertekad membuat keputusan bertanda tangan darah membuat hati Aisha ini seolah terkunci, Ummi!"Ummi Rasyidah menarik napas kasar, Ia faham akan perasaan putrinya pasti akan sangat perih dan tak berperi. Harga diri serta kehormatan seolah dipandang sebelah mata. Tapi, Tak sepenuhnya ini salah Arash, karena nyatanya. saat itu ia meminta Arash untuk tidak menyentuh Aisha padahal wanita berniqab sedang menempati posisi sebagai istrinya. Dan, dengan kehadiran Rayyan disini. Wanita yang telah lama menyandang gelar janda ini yakin. bahwa saat itu juga Arash telah benar-benar mencintai Aisha. Meskipun keputusan yang bertanda tangan darah itu telah menjadi garis takdir Aisha."Maafkan ummi, Aish!" Lirihnya tak kuasa. Ia merangkul putrinya dengan erat. Harta dan keluarga satu-satunya yang dia miliki.🍁🍁🍁Ger

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status