Share

Dunia kita berbeda

Author: Adena Putri
last update Huling Na-update: 2022-05-21 10:59:33

Aisha berjalan ke arah lelaki yang telah ia pinang untuk jadi suaminya. Sebelumnya, Aisha berpamitan pada kedua orang tuanya dan meminta ridho untuk membekali rumah tangganya.

Arash menyeringai. Ia akan meluapkan sesuatu yang menghimpit dadanya setelah tiba di rumahnya.

"Ayo, Mas!" ucap Aisha sambil menengadah, lalu menyentuh tangan kasar Arash. 

Tanpa menjawab. Arash langsung berbalik badan dengan angkuhnya dan memasuki mobilnya yang sudah terparkir di halaman.

Kepergian Aisha jadi tragedi menyedihkan seluruh santri pesantren. Selama ini, ia bisa menjadi tangan kanan Hj Harun dalam mendidik santriah, mengurus dalam segala hal, mulai dari urusan dapur, piket santri bahkan kepengurusan hingga menjadi muraaby.

Namun, tak sedikit pula orang yang mencibir. Mereka banyak mengatakan bahwa Aisha mati rasa dan buta cinta sehingga akibat trauma di tinggal nikah oleh Gus Fahmi. Aisha berpindah haluan jadi memilih seorang preman.

Bukankah itu adalah sesuatu yang cukup unik!

Selama perjalanan, Arash melajukan mobil dengan kecepatan tinggi. Tak jarang ia menginjak pedal gas mendadak sehingga Aisha terbentur.

"Mas," Lirih Aisha. Ini untuk yang kesekian kalinya ia mengusap keningnya yang terbentur pada kursi kemudi.

"Jangan panggil  aku, Mas! Aku tak suka itu!" sahut Arash cepat. Ia terus mengemudikan mobil dengan mata menatap jalanan tajam karena penuh kemarahan. Peci yang tadi menempel di pucuk kepalanya ia lempar kasar pada Aisha yang duduk di belakang. 

"Kau suamiku, kita telah menikah..."

"Ya, aku suamimu. suami jadi-jadianmu." Potong Arash dengan geram. "Maka, jangan harap kau mendapat perlakuan lebih,"

Aisha hanya bisa mengucap istighfar. Ia harus sabar dan siap menghadapi semua kemungkinan yang akan terjadi.

Mobil melesat meninggalkan daerah dimana Aisha di besarkan. Menembus jalanan yang memang tidak terlalu ramai dan dipenuhi dengan pohon hijau nan rindang.

Brak!

Arash membuka pintu dengan cara di tendang. Aisha yang baru turun dari mobil hanya menunduk terkejut seraya menyeret koper.

"Selamat datang di rumahku, Nona. Tempat yang akan jadi neraka untukmu,!" Gumam Arash berbisik di telinga Aisha. Aisha yang hendak mengucapkan doa masuk rumah, mengerjapkan mata sejenak. Ia telah menyanggupi keputusannya, maka ia benar-benar harus siap dzahir dan bathinnya.

"Terima kasih, Mas! Semoga rumah ini akan menjadi syurga!" ucap Aisha membalikan perkataan lelaki yang penuh tato dan rambutnya gondrong.

Arash hanya tersenyum menyeringai. Ia akan buat perhitungan dengan wanita yang menggunakan penutup wajah itu. Bukan Arash namanya, jika ia harus kalah dan bertekuk lutut pada orang lain.

Aisha masuk dan menyimpan kopernya yang cukup besar itu di atas sofa empuk. Rumah yang ia masuki begitu bagus. Namun, begitu terlihat berantakan, dengan banyak botol berserakan serta gambar-gambar wanita bugil terpampang di dinding.

Aisha hanya menatap nanar pada gambar wanita bugil di dinding rumah yang bernuansa abu muda ini. Matanya terhenti saat melihat sebuah poster ketiga preman yang tengah memegang gitar, mereka adalah Arash dan kedua sahabatnya dengan sebuah tulisan "THE BULUX"

Saat Aisha hendak mendudukan bokongnya di atas kursi. Ia di seret paksa oleh Arash. Di hempaskan ke atas kursi sofa.

"Katakan, Hah? Apa yang sedang kau rencanakan dengan pernikahan ini?" tanya Arash dengan geram.

"Apa kau sudah hamil? Dan meminta aku untuk menikahimu agar anak  dalam perutmu memiliki seorang ayah?" Arash menekan dagu Aisha yang tertutup niqab. Ia menekan dengan kuat sehingga Aisha meringis kesakitan.

"Kau telah dengan sengaja menghina aku, Hah?"

Aisha menggeleng seraya terus meringis kesakitan dan berontak untuk melepaskan tangan kekar yang penuh tato itu dari dagunya. Namun, Arash malah semakin geram dan bengis.

" Ya, aku memang pendosa dan siapapun bisa memanfaatkan atas segala yang ada padaku untuk menutup aibnya dengan alasan aku pantas dengan posisi itu,"

"A-aku ti-tidak me-lakukan..."

"Diam, kamu?" Bentak Arash sehingga wanita yang tengah ia cengkram kuat itu terlonjak kaget dan panik. Arash semakin keras menekan dagu Aisha tanpa berprikemanusiaan. Wanita yang baru saja sah jadi istrinya itu hanya mencoba berontak dengan cara menarik tangan suaminya yang mencekam.

"Ingat, aku terpaksa menikahimu karena aku tak mau terlihat kalah atas tantangan ini!" ucap Arash dengan geram. Ia menarik cengkraman tangannya paksa dan menekan kepala Aisha sehingga terbentur pada kayu kursi sofa.

Lelaki yang beranting hitam di telinga serta berambut gondrong itu berdiri dan berdesis. Ia memasang tangan di pinggang dan meludah ke sembarang arah.

"Jadi, kau anggap pernikahan ini sebagai tantangan?" tanya Aisha dengan lantang. Ia bangkit dan membenarkan hijabnya. "Aku tak akan pernah menganggap pernikahan ini mainan Mas. Ini adalah amanah dan harus dijaga,"

Arash yang menyeringai. Ia menoleh pada Aisha yang berdiri di belakangnya. Mata wanita itu sudah berkaca-kaca. Namun, tak sedikitpun hati Arash tersentuh. Tebakannya bahwa Aisha melakukan semua ini karena ada rencana yang tengah wanita itu jalankan. Atau, setidaknya, Aisha telah hamil oleh orang lain. Dan ingin menyembunyikan status kehamilannya dengan menikahi Arash. Secara, Arash adalah orang yang dikenal tak ada sisi baiknya. Ia preman yang paling berpengaruh di desa itu. Selalu meminta pajak alias jatah pada para pedagang di pasar. Jika tak mau membayar, maka Arash buat pedagang itu babak belur, atau kalau tidak. Barang dagangannya di acak-acak dan membuat keributan. Pun, tak sedikit wanita yang dihisap madunya oleh Arash. Ia melakukan semua itu dengan kasar, bukan dengan iming-iming uang. Maka, itulah yang membuat Arash merasa bahwa Aisha melakukan ini. Karena, siapapun akan percaya jika Arash melakukan hal meskipun dirinya tidak mengakui di depan umum.

"Dan, perlu kamu ketahui. Aku tak pernah melakukan itu, bahkan untuk bersentuhan saja tidak," ucap Aisha nampak tegar. Ya, ia akan terus menunjukkan sikap tegar pada singa di hadapannya. 

"Hahaha, kita boleh status suami istri dalam kertas. Tapi, kita tidak akan pernah bersama dalam dunia nyata. Kita beda, aku seperti syetan dan kau malaikat," jawab Arash. Ia menunjuk wajah wanita anggun dengan geram dan tegas.

" Kita bagai langit dan bumi," lanjutnya.

"Bumi selalu merindukan langit, Mas. Merindukan cahaya rembulan ataupun merindukan mentari yang selalu memberikan kehangatan pada bumi," ucap Aisha. Ia terpukau atas ucapan Arash.

"Aku akan menganggap dirimu langit, Mas. yang akan selalu aku rindukan," lanjut Aisha sambil menunduk.

"Ah, bulshit!" Arash mengumpat sambil melengos meninggalkan Aisha.

Bagi Arash, semua kata-kata bucin ibarat sebuah petir yang menyambar di Indra pendengarannya. Mengingat, bahwa ibunya dulu hanya mengandalkan kata rayuan maut pada ayahnya untuk mendapatkan uang. Yang tenyata, ia telah gunakan untuk bermain dengan lelaki lain. Dan itu adalah seorang pejabat dinegeri ini. Pasangan bejad itu telah membunuh ayahnya yang mengebrak mereka yang tengah terlena dan  tenggelam dalam lautan cinta yang sesat di atas ranjang.

Aisha menatap punggung suaminya dengan nanar. 

"Kau selalu ada dalam setiap istikharahku, Mas. Aku tidak tahu, apa yang telah ditakdirkan Tuhan untuk kita.  Aku hanya terus meminta di setiap doaku untuk di berikan kemaslahatan," gumam Aisha sambil mengusap sudut matanya.

Bersambung...

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • PREMAN DILAMAR SHALEHAH   Back to dunia kelam

    "Lihat ini!" Lelaki paruh baya nan gondrong dan dekil itu menunjukkan sebuah photo seorang perempuan. "Ini adalah target kita!"Arash mengerutkan kening saat melihat wajah ayu perempuan dalam photo tersebut."Dia adalah pengusaha kaya raya. " Terang Gatot menjelaskan seraya menatap jalanan yang ramai dengan kendaraan berlalu lalang. "Jika kau berhasil, maka kau akan dapat delapan digit angka rupiah, Arash.""Gue tak perlu karena uang," tolak Arash angkuh."Oh, gue lupa." Celetuk Gatot menepuk kening lalu menyeringai. "Dia anak seorang pejabat,""Apa?" Seketika mata Arash memanas, dan dadanya langsung seperti hendak menyemburkan timah panas. "Dia putri dari seorang pejabat?"Gatot hanya mengangguk, mengerti arti keterkejutan lelaki yang selama ini berguru padanya. "iya, Dia putri pejabat!"Arash meremas photo itu kuat-kuat. Bayanga

  • PREMAN DILAMAR SHALEHAH   Bahagia menuju awal cerita/ Ending

    Kendaraan roda empat mulai menepi di halaman rumah sakit PERMATA BUNDA. Buru-buru Arash berlari dan menanyakan keberadaan putranya dilobi."Dilantai satu ruangan Dahlia, Mas Ustadz!" Tunjuk sang wanita lembut. Namun, membuat sekujur tubuh Arash melemah. Putranya dirawat di lantai satu? Bukan ruangan istimewa, hanya ruangan kelas menengah ke bawah dan tentunya penanganan tidak seistimewa dilantai tiga dan seterusnya.Tanpa berfikir panjang, setelah mengucapkan kata terima kasih. Lelaki yang telah menjelma jadi ustadz itu berlari yang disusul oleh Tomo. Hingga, tubuhnya kembali lemas saat melihat anak berusia lima tahun terbaring lemah dengan darah yang masih bersimbah dan berbagai selang menempel di tubuhnya."Ini yang akan mendonorkan darahnya?" tanya sang dokter yang tengah bernegosiasi dengan ummi Rasyidah, menyambut kedatangan Arash. Cukup menyadarkan Aisha yang tengah termenung lemah dengan air mata yang terus berderai.

  • PREMAN DILAMAR SHALEHAH   Ketika Naluri anak lebih kuat

    "Ibu?"Arash memekik bersamaan dengan kaki menginjak rem sehingga menimbulkan suara berdecit karena ban yang beradu dengan aspal.Wanita yang dia duga adalah ibunya yang telah tega membakar ayahnya hidup-hidup beberapa puluh tahun yang lalu, tengah berlari dan terus tertawa. Sesekali, ia mengamuk dan memukul beberapa perawat yang terus mengejar."Tidak, itu tidak mungkin ibu. Ibu pasti tengah berbahagia dengan suaminya, atau bahkan mereka telah dikaruniai anak yang merupakan adik tiriku." Arash mengusap wajah dengan kasar untuk menetralkan pemandangannya. Sedangkan, perempuan yang berambut acak-acakan itu telah hilang dari pandangan bersamaan dengan kendaraan yang berlalu lalang.Lelaki yang menggunakan baju koko dan sarung bermotif batik itu menginjak pedal gas, melajukan roda duanya menuju rumahnya yang tanpa jendela. Ya, rumah yang hanya dihuni seorang diri tanpa kehadiran sang istri tak ubahnya seperti rumah tanpa

  • PREMAN DILAMAR SHALEHAH   Antara Mas Ustadz dan pelunasan hutang

    "Oh, Ya Mas. Bagaimana masalah hutang yang harus dilunasi Aisha? Apakah kau mau memberikan kebijakan?" Pertanyaan Rumanah cukup membuat Faruq terkesiap. Bersamaan itu, Arash yang berada tidak jauh itu seketika menoleh."Untuk hal ini, Mas akan bicara sama Aby untuk menutup itu." Jelas Faruq setelah beberapa menit ia terdiam, seraya menikmati setiap sentuhan kain hangat diwajahnya. "Bukankah dulu ayah mendonaturkan? Bukan menghutangkan?""Tolong beritahu saya dimana ayahmu?" Pinta Arash yang memotong tiba-tiba membuat Rumanah dan Faruq terkesiap, dan menghentikan aksinya  kemudian menoleh ke arah sumber suara."Mas Ustadz?" Pekik suami istri itu bersamaan."Enggak kok, itu itu hanya...""Aisha tengah merawat putraku. Dan aku tak ingin terbebani dengan donatur yang dianggap hutang itu," potong Arash cepat nan tegas."Saya, saya akan meminta...""Hutang tetaplah hutang, Mas. Jika Aisha tiada da

  • PREMAN DILAMAR SHALEHAH   Kilas Balik

    ____"Untuk anak istrimu, kau tenang saja! saya yang akan menanggungnya," lanjutnya seraya menatap Gerry yang mengerikan dengan darah tetus mengucur seta baju robek-robek yang warnya telah memerah dengan tangan diikat. Melihat orang yang hampir lima tahun ia percaya dalam keadaan tragis dan berlumuran darah, hatinya iba. Namun, keadilan harus tetap di tegalan."Tapi...""Penjara pun saya akan meminta untuk tidak lama, hanya sebagai pelajaran dan semua orang yakin bahwa hukuman tetap berlaku sekalipun kau orang terdekat saya!"Gerry hanya mengangguk pilu dan penuh kepasrahan. Diberikan kelonggaran serta hukuman sedikit bijak, ini sudah membuatnya cukup. Ia ikhlas jika memang harus terdekam di penjara. Asalkan anak dan istrinya baik-baik saja.Semua ini, tak lepas atas campur tangan Arash. Karena, terkadang ketika seseorang pernah mengalami hal itu, maka ia akan lebih bijak untuk menangani hal demikian.

  • PREMAN DILAMAR SHALEHAH   Terungkap

    "Ummi, apapun yang dilakukan Arash. Aisha tetap belum siap membuka hati ini, rasa sakit atas perlakuannya waktu itu, bertekad membuat keputusan bertanda tangan darah membuat hati Aisha ini seolah terkunci, Ummi!"Ummi Rasyidah menarik napas kasar, Ia faham akan perasaan putrinya pasti akan sangat perih dan tak berperi. Harga diri serta kehormatan seolah dipandang sebelah mata. Tapi, Tak sepenuhnya ini salah Arash, karena nyatanya. saat itu ia meminta Arash untuk tidak menyentuh Aisha padahal wanita berniqab sedang menempati posisi sebagai istrinya. Dan, dengan kehadiran Rayyan disini. Wanita yang telah lama menyandang gelar janda ini yakin. bahwa saat itu juga Arash telah benar-benar mencintai Aisha. Meskipun keputusan yang bertanda tangan darah itu telah menjadi garis takdir Aisha."Maafkan ummi, Aish!" Lirihnya tak kuasa. Ia merangkul putrinya dengan erat. Harta dan keluarga satu-satunya yang dia miliki.🍁🍁🍁Ger

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status