Share

PRINCE ARTHUR
PRINCE ARTHUR
Penulis: FAIKA PUTRI SALAHUDDIN

BAB 1 ADA HANTU DISEKOLAH

Suasana sekolah pada malam hari tampak sepi tak ada tanda-tanda kehidupan, hanya semilir angin malam yang sesekali bertiup menerbangkan sampah dedaunan yang jatuh gugur dengan hembusannya, cobalah berjalan masuk kedalam gedung, lalu mulailah melangkah untuk menyusuri setiap sudut ruangan, jika beruntung kau mungkin akan bertemu dengannya, dia ada disana, terkadang hanya berdiri mematung disisi tangga, atau duduk menyepi dan berdiam diri, dia adalah seorang pemuda yang telah hidup selama lebih dari tiga abad lamanya, dia tidak pernah berubah atau menua, ia terlihat seperti seorang Pemuda berusia enam belas tahun, dia seorang makhluk yang bertaring namun pandai menyembunyikan taringnya, dia telah berjanji bahwa tidak akan menggunakan itu untuk melukai seseorang, meski ia tampak seperti manusia, namun dia bukan manusia, pemuda itu adalah seorang Vampire.

Hari ini adalah merupakan tahun ajaran baru, Vampire tampan itu melipat baju seragam sekolah yang lama, sebab setiap memasuki tahun ajaran baru, pihak sekolah selalu mengubah tampilan seragam mereka dengan yang baru.

“Identitas baru, seragam baru, dan gaya rambut yang baru” John adalah seorang manusia yang sudah menjadi temannya selama empat puluh tahun lebih “Ngomong-omong, sekarang namamu Alex, dan hanya berlaku sampai beberapa tahun kedepan, sama seperti tahun-tahun sebelumnya, jadi nikmati saja, karena setelah itu aku akan memikirkan nama lain yang bisa kau gunakan, mulai dengan detik ini aku dan kau sudah harus terbiasa menyebutmu Alex dan segera mungkin melupakan sebutan Michael” “Kau tahu? Aku tidak pernah peduli dengan bantuanmu” Alex mengatakan itu sambil menyoroti kedua mata John dengan tatapan dingin “Aku tahu, aku tahu itu, kau bahkan sering mengatakan hal itu Michael, eh maksudku Alex, maaf aku belum terbiasa menyebutmu Alex, aku hanya ingin kita berteman, memastikan bahwa kita benar-benar bisa menjadi teman selayaknya teman” Alex telah membuat suasana menjadi kaku, untuk itulah John berusaha mengurangi kegugupannya, dengan cara tersenyum pada lawan bicaranya itu, Alex, setidaknya nama yang bisa digunakan untuk saat ini “Aku tidak pernah menginginkan seorang teman pun sepanjang hidupku” Alex menunjukkan reaksi yang berlawanan dari John “Tapi malam itu kau memilih untuk tidak membunuhku, tidak sedikit saja menyakiti, membuat aku tahu jawabanmu, itu cukup menjelaskan bahwa kita bisa berteman, layak menjadi teman”

1977

Empat puluh empat tahun yang lalu John kabur dari rumahnya, ia tidak pernah bisa mendapatkan sebuah kedamaian saat berada dirumah, dikarenakan pertengkaran orang tua disepanjang hari, perlakuan kasar sang Ayah kepadanya, semua itu telah membuat John terjebak dalam frustasi, ia merasa masih terlalu muda untuk terlibat dalam permasalahan ini.

“Tentu saja semua kesalahan ini  berawal darimu, kalau kau tidak mengencani gadis dibawah umur itu, dan tidak menghamburkan uang penghasilan yang tidak seberapa, kita tidak akan menjadi lebih menderita dari ini, hidup kita sudah banyak menderita Alfred!” Ruth berteriak tepat di wajah Alfred suaminya “Jangan asal menyalahkan, salahkan juga dirimu, kau tidak pernah menghargai aku sebagai lelaki yang memimpin rumah tangga ini, hanya karena aku seorang pekerja rendahan, dengan bayaran yang tidak tinggi!” mereka saling berteriak “Apapun yang ingin kau perbuat untuk melukaiku, setidaknya pikirkan tentang John, dia memerlukan uang itu untuk tetap sekolah, membeli keperluan yang harus dia miliki sama seperti teman-temannya yang lain!” Malam sudah sangat larut, namun pertengkaran antara suami istri itu tidak terelakkan, John benar-benar tidak tahan lagi, ia menutup rapat kedua telinganya, semakin lama ia merasa hidupnya teramat sangat kacau, betapapun ia hancur dan ingin menangis namun sebagai seorang anak lelaki Ibunya sering berkata, ‘Lelaki sebaiknya tidak menangis’ John menerapkan larangan menangis itu dalam segala kondisi “Aku adalah seorang lelaki, aku tidak boleh cengeng.” Dalam kekalutan, John memutuskan pergi ke sekolah, ia ingin mengirimkan dirinya dalam ketenangan, dari semua tekanan yang membuatnya kian terpuruk.

Sesampainya didepan pintu gerbang sekolah “Tempat ini sangat gelap dimalam hari, bahkan langit pun tidak menaburkan bintang-bintang penghias malam, aku ragu untuk tinggal didalam sana, apakah sebaiknya aku berbalik dan pulang? Atau mencari tempat yang ramai?” dalam kebimbangan berpendapat tiba-tiba saja hujan turun, pada mulanya John merasa takut untuk masuk kedalam sekolah karena suasana sekolah begitu gelap dan mencekam, namun rupanya hujan semakin deras mengguyur, mau tak mau John pun memasuki gedung sekolah. Sebagian tubuhnya menjadi basah “Oh sial, tubuhku terkena air hujan, aku harus cepat-cepat mengganti baju, atau aku akan menggigil kedinginan” dalam kegelapan John berjalan menuju ke lemari loker miliknya, untuk mendapatkan baju ganti yang kering, John selalu meninggalkan kaos olahraga yang bersih disana, “Beruntunglah, aku menyembunyikan kunci duplikat loker ini dibawah kolong, sehingga aku bisa membukanya dengan mudah kapanpun aku mau” John segera meraih kaos miliknya, kemudian cepat-cepat mengganti baju diruangan yang sama, kali ini Hujan diluar disertai gelegar petir “Ini tidak baik, aku terjebak ditempat ini, kurasa sekarang aku ingin pulang saja dari pada disini” John merasa tubuhnya semakin dingin “Apa yang sebaiknya dilakukan disaat begini? Ibu, aku merindukanmu” suhu udara semakin dingin, mengingatkan John bahwa ruang perawatansekolah memiliki ranjang yang cukup empuk untuk merebahkan diri, juga selimut yang bisa membuatnya bertahan sampai esok hari, tak membuang waktu John akhirnya memutuskan menuju ruang perawatan, sesampainya dipintu ruang Perawatan, John berniat masuk kedalamnya, namun ternyata pintu tersebut dikunci rapat “Sial, apakah mereka perlu melakukan hal semacam ini? Kupikir mereka tidak menyimpan benda berharga didalamnya, lagi pula tidak seorang pencuri pun akan tertarik dengan obat-obatan yang mereka simpan, Astaga, aku sungguh merasa sangat kedinginan dan tidak diuntungkan dalam situasi seperti ini, Aaarrgghhh” semakin lama dingin kian menguasai seluruh tubuh John, pemuda itu pun beringsut menuju kursi panjang yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini, sepertinya ia akan benar-benar membeku jika terus membiarkan keadaannya seperti itu, segera saja John memeluk seluruh tubuhnya erat-erat. Disaat yang tidak terduga “Aaahhh, begini lebih baik, meskipun tidak sebaik yang kuharapkan, aku masih bisa merasakan dingin disekujur tubuh” John menyatukan kedua telapak tangannya, dan menggosokkan telapak tangannya terus menerus, tentu saja itu dilakukan untuk membuahkan rasa hangat, disela-sela gemericik hujan tiba-tiba ia mendengar sebuah benturan, John bahkan bisa melihat sekelebat gerakan yang sangat cepat dari jendela kaca yang tak jauh dari tempat ia berada. “Astaga, apakah itu?” John bergemetar ketakutan “Apa mungkin sekolah ini berhantu?” John meringkuk tak berdaya, ia sempat berfikir untuk pasrah, tetap diam disana dan menunggu nasib buruk menghampiri, namun karena suara aneh itu semakin membuatnya kalangkabut, maka John pun memutuskan “Sebaiknya aku kembali pulang, ya, keluar dari tempat ini, persetan dengan hujan diluar, aku akan menghadapinya. mula-mula aku hanya harus menjauhi keributan, agar aku bisa lolos dari makhluk yang berkecepatan itu” pemuda itu lari terbirit-birit menuju pintu belakang gedung sekolah, sialnya, mengambil arah yang berlawanan ternyata bukanlah gagasan yang bagus, langkah-langkah John mendadak terhentikan, John menjatuhkan tubuhnya keatas lantai, ketika ia dapat melihat dari balik pintu kaca sosok manusia tengah menguliti seekor serigala, manusia bertaring dengan wajah sedikit bersinar, ia tampak begitu pucat, sosok itu menggerogoti daging serigala yang ada ditangannya mentah-mentah, John tak mampu bersuara, betapapun ia sangat ingin kehilangan kesadarannya disaat seperti itu, namun ia bahkan tetap  sadar dan terus dapat menyaksikan keadaan yang begitu mengerikan sedang berlangsung didepan mata. Kemudian yang tidak kalah mengejutkan lagi, makhluk bertaring itu menyadari keberadaannya “Tidak ... tidak, aku tidak akan mengatakan tentang hal ini kepada siapapun, aku ... aku janji, aku masih ingin tetap hidup aku ingin mengeluarkan orang tuaku dari kemiskinan, tolong jangan bunuh aku, tolonglah.” Dengan secepat kilat makhluk itu menuju John “Ampuni aku, aku mohon” John berlutut meminta ampun, sesekali ia mencoba memperhatikan sesosok makhluk bertaring yang tepat berada dihadapannya, lambat laun John mulai menyadari jika makhluk bertaring itu adalah “Jason? (nama yang dipakai Alex kala itu)” Jason adalah teman sekolahnya, dia merupakan seorang pendiam yang nyaris tidak memiliki teman, Jason selalu menyendiri, jujur saja kejadian malam ini telah membuat John benar-benar terkejut, bila selama ini ternyata Jason bukanlah manusia “Maafkan aku, maafkan aku jika aku tanpa sengaja membuat kesalahan padamu, kita tidak saling mengenal, aku yakin aku tidak memiliki kesalahan tapi apapun itu ampuni aku, tolong jangan bunuh aku, aku sungguh-sungguh tidak akan mengatakan tentang apa yang kulihat ini, aku berjanji atas nama Ibu yang teramat kucintai” Jason tak berkata-kata, ia hanya menatap dengan tajam ke arah John, lalu pergi meninggalkannya begitu saja, keputusan Jason kala itu telah membuat John bernafas lega “Syukurlah.”

Semalaman John tidak bisa tidur, ia tidak bisa melupakan apa yang sudah dilihatnya tadi, John menjadi benar-benar tidak sabar untuk segera bertemu dengan hari esok.

Keesokan paginya

“Maaf, Bu, pagi ini kita tidak bisa makan bersama” “Memangnya mau kemana? Ibu sudah menyiapkanmu Roti cokelat kegemaranmu” “Aku akan membawa itu, dan menyantapnya selama perjalanan” “John” “Aku mencintai Ibu” berkata John sambil berlarian meninggalkan Ibunya begitu saja.

Selama jam pelajaran John, merasakan gelisah, ia tidak sedikit pun merasa tenang, John harus bertemu dengan Jason, mereka harus bicara layaknya dua orang lelaki dewasa.

Sepulang sekolah John mencari-cari sosok Jason, namun ia tidak menemukan keberadaan Jason dihampir seluruh penjuru sekolah “Kurasa aku akan sulit mendapatkannya, dia tidak terkenal, dan senang menyendiri” John tidak putus asa, ia terus berusaha menemukan Jason, sampai akhirnya tanpa sengaja John melihat Jason sedang membaca buku didalam perpustakaan “Disini rupanya, tentu saja dia tidak akan pernah membuat aku menemukannya jika ia menyenangi ruangan yang hanya dipenuhi buku-buku membosankan, karena aku sungguh tidak tertarik dengan perpustakaan, tempat yang nyaris selalu kuhindari selama bertahun-tahun lamanya.”

Tanpa meminta persetujuan Jason, John duduk bergabung tepat disisi Jason, Jason sempat menoleh ke arah John “Kau rupanya?” “Iya, aku merasa sangat senang, bahwa pada akhirnya aku bisa menemukan keberadaanmu, kau tahu aku mencari-carimu sejak tadi” “Aku tahu” “Kau tahu? Bagaimana kau tahu?” “Lalu? apa kesimpulanmu tentang yang kau lihat semalam” “Oh, itu cukup hebat, tentu saja aku berhasil membuat kesimpulanku setelah aku berhasil menenangkan diriku dari dera keterkejutan berlebih atas apa yang kulihat tentangmu” “Kau tahu aku berbeda denganmu, jadi jangan dekati aku, hiduplah dengan tenang, lupakan apa yang terjadi semalam, aku tidak akan melukaimu, biarkan aku hidup dengan jalanku dan kau akan tetap hidup sebanyak yang kau mau, aku tidak akan pernah menyentuhmu, aku berjanji” “Tentu saja kawan, pertama aku akan membiarkanmu hidup sesuka yang hatimu, kedua aku tidak akan mengatakan kejadian semalam pada siapapun, aku bersumpah, hanya saja aku memilih untuk tidak menjauhimu, biarkan aku menjadi temanmu” “Aku tidak menerima penawaran dalam bentuk apapun.” Secara tidak langsung Jason dan John menjadi teman, meski Jason tak pernah menganggap John sebagai temannya, Sejak saat itu John menjadi tahu bahwa selama ini Jason tinggal disekolah, Jason bukanlah nama yang sebenarnya, karena namanya terus berubah-ubah kapanpun ia mau.  

  

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status