Share

CHAPTER 2 BULIMIA

“Ikuti saya Nona, sarapan pagi anda sudah siap” Alicia kerap melewatkan jam makan, tubuhnya begitu kurus dan sering sakit-sakitan, berawal dari hal tersebut yang akhirnya mendorong Ayah Alicia mengerahkan semua pelayan setia-nya untuk mendisiplinkan jam makan Putri tunggalnya tersebut. “Anda harus menghabiskan semua makanan ini Nona, seperti biasanya ini perintah” Pinta Debora kepala pelayan dirumah Alicia dengan nada tegas, memastikan bila Putri kesayangan tuan-nya itu tidak akan menolak, meskipun merasa dalam tekanan, namun Alicia tetap menjalani kemauan Ayahnya melalui Debora bahwa ia harus makan meskipun hal tersebut sulit dilakukan.

Debora membantu Alicia mengisi piringnya dengan beberapa jenis makanan bergizi, mereka mengatur pola makannya dengan baik sementara tatapan mata Alicia kosong, ia tidak bernafsu sama sekali, seolah kehilangan indera perasa-nya secara tiba-tiba, Alicia tidak bisa menikmati makanan se-lezat apapun yang dihidangkan untuknya, Alicia mulai menyendok makanan kedalam mulut, ia mengunyah setiap makanan yang terasa hambar hingga suapan terakhir “Good” ucap Debora sambil tersenyum puas, lantas meminta anak buahnya membereskan semua makanan yang tersaji diatas meja makan “Aku akan kembali ke kamar” “Mari saya antar” “Jangan lakukan itu” kali ini Alicia menunjukkan sikap penolakannya secara dingin, yang mana hal tersebut telah membuat Debora merasa tidak sopan “Baiklah Nona, selamat menikmati akhir pekan.”

Begitu Alicia berada didalam kamarnya, ia segera mengunci pintu kamar rapat-rapat, hanya untuk memastikan bahwa tidak akan ada seorangpun yang dapat masuk, tak lama setelah itu Alicia menuju kedalam kamar mandi, dan memuntahkan seluruh makanan dari dalam perut mengusahakan tanpa bersisa, tidak heran bila tubuh Alicia tidak pernah berisi. Selama setahun lamanya Alicia selalu melakukan itu, tapi tidak seorangpun tahu tentang apa yang dilakukan Alicia dibelakang mereka.

Gadis itu dan semua hatinya telah lama mati, tidak ada kebahagiaan yang tersisa didalam hidupnya, ia menjalani kekosongan dan hampa, tak ada yang bisa mengobati luka yang sedang diderita, Alicia merasa bahwa kini ia hanya bernafas, hidupnya sama sekali tidak berguna.

Alicia cenderung tidak peduli dengan penampilannya, tapi Ayahnya peduli terhadap semua tentang Alicia, lelaki yang telah membawa Alicia ke dunia itu secara khusus memesan jasa hairstylist yang akan menata rambut Alicia bahkan seorang Make up Artist untuk menyempurnkan pesona diri Alicia “Anda sangat cantik rupawan Nona, terlebih jika Anda memunculkan sedikit senyum keramahan bagi orang-orang sekitar” kata wanita penata rambut itu, "Benarkah?" tanya Alicia bernada datar "Tidak diragukan lagi" "Aku tidak peduli" berkata Alicia tak ramah, sejujurnya Alicia tidak suka dihadapkan dengan orang-orang baru di dalam hidupnya, sementara Henry (Ayah Alicia) terus menerus melibatkan orang-orang baru untuk membantu mengurus kebutuhan hidup Alicia, ini mungkin bagian dari rasa bersalah Henry atas apa yang telah terjadi, ia harus mengakui bahwa dirinya tidak bisa dekat dengan Alicia sepanjang waktu, dia adalah seorang pengusaha yang sangat sibuk, mengelola beberapa bidang bisnis yang tidak bisa digantikan oleh siapapun juga, karena kesibukannya itulah Ayah Alicia merasa beban kehilangan istri yang teramat sangat ia cintai menjadi sedikit berkurang walau sampai kapanpun ia tidak akan pernah lupa.

Alicia dipersiapkan untuk selalu tampil memukau, dan ia tidak pernah gagal menjadi pusat perhatian, Alicia tidak mempunyai tujuan dengan itu, ia terbilang pendiam, tak suka membaur kepada siapapun dan cenderung acuh tak acuh dengan siapa saja, seakan tak mempermasalahkan sikap dingin Alicia, Para kaum Adam tetap mengagumi kecantikan yang ia miliki.

Meski banyak lelaki dengan hasrat untuk memiliki (Alicia) akan tetapi tak ada seorang pun yang bisa mendekati Alicia, karena Alicia menggunakan tiga orang Bodyguard yang sengaja ia pekerjakan untuk menghindarkan gangguan para pemuda iseng (sebenarnya pengawalan itu merupakan gagasan yang datang dari sang Ayah, ia memerlukan pelindung bagi Putri semata wayangnya).

Selain cantik Alicia dikenal karena ia mampu menonjolkan sisi kecerdasan yang luar biasa, tak ada seorangpun yang berani meragukan kehebatannya dalam semua bidang mata pelajaran. “Alicia, kami satu kelompok denganmu” dua orang gadis datang pada Alicia “Apa kau mengenal kami?” Alicia menggeleng, padahal mereka belajar dikelas yang sama, tapi Alicia tidak pernah memperhatikan mereka berdua “Sudah kuduga, kalau begitu perkenalkan namaku Tamara” ia mengulurkan tangannya “Aku Jessica” Alicia mungkin tidak terbiasa berjabat tangan dengan semua orang, namun kali ini ia putuskan untuk membalas permintaan berjabat tangan itu, Alicia hanya ingin menggunakan sedikit perasaannya untuk tidak mengecewakan orang lain, sekali ini saja (walau yang sesungguhnya ia merasa enggan dan itu sungguh tidak diperlukan) “Woah, tangannya sangat lembut, dia benar-benar seorang Putri dari negeri dongeng” Jessica cukup terkejut “Benar dia memang layak disebut sebagai Putri” Tamara menimpali “Kami sangat mengagumimu, kau merupakan panutan kami” Alicia tidak merespon sikap antusias dua gadis yang kini bernaung dalam satu kelompok tugas dengannya itu, bagi Alicia tak perlu ada yang dibanggakan darinya, biasa saja.

Alicia dan Alex, mereka berdua adalah dua orang dengan kepribadian yang nyaris sama, bedanya jika Alicia adalah seorang manusia (berhati Vampire), sementara Alex merupakan Vampire, Alex adalah mayat hidup yang tidak mengenal kata iba, ia hidup dengan mengandalkan logika, sama seperti Alicia yang tidak memerlukan siapapun untuk berteman kepadanya, begitu pula selama bertahun-tahun tidak sedikit saja Alex merasa kesepian, ia justru nyaman menyendiri, bagaimana pun juga, dia adalah seorang pemangsa darah menjadikan hal itu sebagai alasan terbesar untuk tetap sendirian sepanjang waktu, semakin keras aroma darah tercium olehnya, maka hasrat untuk memangsa manusia menguat, dia bisa saja membunuh seseorang demi pemenuhan insting pemangsa sebagai seorang Vampire, namun Alex berusaha menguasai logikanya, kemungkinan besar, Alex merupakan seorang Vampire yang baik.

Terdengar bel pulang dibunyikan “Sepertinya kita harus mengakhiri keseruan belajar hari ini” Ibu Helena membereskan semua buku-buku mengajarnya dan berkata “Anak-anak sampai bertemu lagi pekan depan, semoga hari kalian menyenangkan dan sampai jumpa” teman-teman Alicia satu persatu menghambur keluar, tidak sabar untuk segera pulang kerumah mereka masing-masing menyongsong kebebasan untuk berkreasi, ketika semua orang tampak bahagia bahwa mereka akhirnya terbebas dari kegiatan belajar yang dianggap membosankan, namun tidak dengan Alicia yang selalu merasa hidupnya diliputi kemalangan, ia tetap diam didalam kelas merenungi segalanya yang telah terjadi seorang diri “Nona, sudah saatnya pulang” seorang pengawal mengingatkan Alicia “Biarkan aku sendiri, kalian boleh pergi” “Tapi Nona?” “Ayahku tidak akan pernah tahu tentang apa yang kukerjakan dalam keseharian, dia tidak pernah ada dirumah terlalu sibuk, kecuali kalian berniat membeberkannya, silakan saja kalian berhak mengadukannya, bukankah kalian dibayar salah satunya memang untuk itu?” mendengar kata yang terlontar dari Alicia, pengawal bayaran sang Ayah tidak dapat berbuat banyak, disisi lain mereka berusaha memahami keadaan hati Alicia yang memang selalu tampak tidak baik-baik saja, bukan rahasia lagi jika Alicia sering tampil menunjukkan tanda-tanda kebimbangan, amarah, lelah, kekacauan yang berasal dari diri sendiri, semua orang-orang itu (pekerja Alicia) tak ada yang bisa mereka lakukan selain hanya menonton Alicia bahkan mengikuti setiap kemauannya yang tidak berarah, mereka tahu bahwa batin Alicia sedang menderita dan tak ada yang mampu memberinya pertolongan "Nona?" Alicia dengan cepat mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam tas "Pergilah menjauhiku, pergilah untuk bersenang-senang, datang dan jemput aku bila kalian semua telah selesai dengan itu" ia mengangguk berundur dari Alicia dan bergegas menemui teman-temannya diluar.

“Lalu bagaimana sekarang?” “Kita bisa mencari tempat untuk bersantai, kurasa Nona Alicia sangat ingin menyendiri, ia butuh ruangan lain selain didalam kamarnya, kita akan kembali dan menjemput dia, lewat dari pukul tujuh malam nanti, ini adalah permintaannya bukan salah kita” “Baiklah, aku suka pekerjaan yang terkesan seperti permainan namun kita mendapatkan bayaran, hahaha” para Bodyguard itu pun bergegas meninggalkan Alicia agar Alicia merasa lebih leluasa meratapi kemalangan hidupnya sendirian, mereka memutuskan untuk mencari tempat bersantai yang nyaman, dan akan kembali saat Alicia menelfon mereka untuk membawanya pulang.

Sinar mentari mulai meredup, bola api raksasa itu hendak beranjak pulang, tampak mega merah mengekor-ekor pada langit yang menghampar luas tak berbatas, perlahan dunia yang terang benderang menjadi gelap gulita, sedangkan Alicia masih disana duduk berdiam menyendiri dalam ruang kelas yang kini telah menjadi gelap gulita, ia tidak tahu pasti dengan apa yang ada didalam benaknya? Namun menjadi seperti itu mungkin adalah hal yang paling bisa ia terima dan ia hanya ingin melakukannya tanpa alasan yang jelas.

Alex merasa tengah mencium aroma darah manusia, namun itu sama sekali bukan aroma darah dari tubuh John. semakin mengendus aroma darah yang dimaksud Alex merasakan sesak didalam dada, kedua taringnya bermunculan, aroma darah yang sungguh berbeda dari manusia kebanyakan. 

Lama-lama keadaan terasa membosankan, mendorong Alicia untuk beranjak dari tempatnya. Ia berjalan gontai melewati lorong sekolah, Alex bergegas menyembunyikan dirinya dibalik tembok, kedua mata mengawasi Alicia, terlihat begitu tajam dan kejam, meski semua kuku tangannya telah memanjang akan tetapi sama sekali tak akan ia pergunakan untuk menerkam, Alex harus lebih kuat lagi menahan diri.

Tatapan mata seorang gadis penyendiri, kosong dan dingin, bahkan sekujur hatinya membeku, dan bisa saja sewaktu-waktu diremukkan dengan hanya sekali benturan yang teramat sangat keras, untuk itulah ia harus senantiasa terjaga.

Malam semakin larut, sudah saatnya pulang. berjalan dalam kegelapan dalam keadaan sepi dan sunyi Alicia dapat mendengar langkah-langkah kakinya. "Dimana kalian, aku ingin pulang" Alicia menghubungi pengawalnya "Kami akan segera datang Nona."

Baru saja ia menutup panggilan, tak lama satu panggilan baru masuk "Deborah?" meski enggan menerima panggilan dari Deborah namun ia harus melakukannya "Nona... Anda sudah sangat terlambat pulang bahkan melewatkan jam makan malam Anda" "Lantas? kau memperhadapkannya pada Ayah?" "Tentu saja tidak Nona, tapi saya hampir saja mengatakannya pada Tuan Henry, beruntunglah Anthony menghubungi saya sebelum saya menelfon Tuan Henry" mendengar pengakuan itu Alicia merasa sedikit lega, Ayahnya tidak boleh tahu bahwa Alicia kerap melanggar peraturan yang telah diterapkan oleh sang Ayah, maka sebaiknya Alicia mengatur sebuah kesepakatan dengan Deborah diluar dari sepengetahuan Ayahnya

“Debora?” “Saya Nona?” “Berapa Ayahku membayar untukmu?” “Itu?” “Asal kau tidak bermulut besar, tidak mencampuri urusanku, selain kau akan menerima uang dari Ayah, aku bahkan sanggup memberimu bayaran lebih” “Nona?” “Aku butuh ketenangan, aku ingin sendiri, jadi kunyatakan saat ini, aku membelimu atas nama kebebasan” godaan tentang uang memang selalu menggiurkan dan dugaan Alicia yang tidak pernah meleset, hampir semua orang sanggup menjadi seorang pengkhianat karenanya (uang).

"Kita bisa membicarakan hal ini sesampainya anda dirumah Nona" kemudian Alicia menutup telefon dari Deborah, Alicia mengambil alih jalan hidupnya, sejak ia dapat membeli kesetiaan Debora pada sang Ayah dan Debora menyepakatinya, Alicia tidak pernah lagi pulang kerumah tepat waktu, gadis itu selalu menikmati kesendiriannya dengan perasaan tentram, terkadang dengan cara itulah Alicia dapat tersenyum megah, menjauhkan diri dari peraturan-peraturan rumah yang dianggpnya memuakkan, bahkan tak ada keramaian yang hanya membuat hatinya terasa gelisah.

Keesokan harinya Alicia mulai mengulangi kesalahan yang sama dengan berani "Pergi, aku ingin disini, jangan datang sampai aku menginginkannya" "Dimengerti Nona" lantas Alicia menghamburkan uang sehingga para pengawal itu memungutinya, uang tidak memperkenalkan harga diri bagi siapapun jua.

Hanya duduk merana seorang diri, Alicia merasa mengenal diri sendiri dengan baik "Aku? inikah yang kau pinta? terasa menyenangkan bukan?" lantas menyungging senyuman.

Selama beberapa malam Alex mengawasi Alicia dari kejauhan, bahkan tanpa sadar Alex juga memberinya perlindungan dari gangguan salah seorang Vampire pengelana yang tak sengaja melintas dia sekitar sana dan mencium aroma darah dari tubuh Alicia. 

Pada awalnya Vampire pengelana itu benar-benar merasa senang bahwa ia akan memangsa Alicia yang dianggapnya lalai, taringnya begitu runcing dan panjang "Gadis bodoh, semestinya ia menyimpan dirinya didalam rumah meski tengah memiliki beban berat yang sedang dialami, apapun itu, Aku mendapatkan keuntungan dari sikap cerobohnya, aroma tubuh ini begitu langka" Vampire pengelana mengendus aroma tubuh Alicia, tanpa banyak bicara Alex segera menyeret Vampire itu dengan sangat keras untuk menjauhi Alicia agar tidak memancing keributan, kemudian mendorong Vampire pengelana pada tombak yang terbuat dari perak sudah dipersiapkan sebelumnya, tanpa sedikit pun perlawanan Vampire pengelana itu berhasil dimusnahkan, Alex terlihat lega. 

Malam ini Alicia merasa begitu lemah dan lelah. barangkali setelah ia terkapar dirumah sakit gadis itu akan menyesali perbuatan memuntahkan makanannya selama ini.

Semakin waktu Alicia merasa tubuhnya lemas, ia berniat pulang karena mendadak tidak enak badan, kepalanya terasa begitu sakit, tubuh Alicia pun mulai menggigil kedinginan, gadis itu menyalakan flashlights dimobile phone-nya berguna untuk menemukan jalan keluar dalam kegalapan malam bahkan disaat kondisi tubuh yang sedang tidak menentu seperti ini, semakin lama semua tampak samar dan perlahan keseimbangan tubuhnya menurun, Alicia mungkin akan segera menjatuhkan diri, namun sebelum gadis itu benar-benar terjatuh diatas lantai, Alex berhasil meraih tubuh Alicia, sepertinya sepintas Alicia sempat memperhatikan wajah Alex, lalu kemudian menghilanglah semua kesadaran dirinya.

Alex melarikan Alicia kerumah sakit, untuk pertamakalinya Alex memohon bantuan John, agar ia mau membantu Alicia menjadi walinya dalam mengurus semua yang diperlukan supaya secepatnya Alicia dapat mendapatkan pertolongan “Kau melakukan tindakan yang benar anak muda” ucap John lelaki berusia enam puluh tahun itu seraya menepuk pundak Alex “Gadis itu sudah dalam penanganan, sepertinya aku harus pulang, kau tahu? Aku memiliki seorang istri yang sangat cerewet, tetaplah disini jaga gadis itu Alex sampai ia sadar, jika terjadi sesuatu yang mendesak, kau tahu kemana harus menghubungiku” Alex tak tahu bagaimana harus bersikap? ia begitu berterimakasih namun tak bisa mengungkapnya dengan sebuah pernyataan kata.

Semalaman suntuk Alex menemani Alicia, diam-diam pemuda itu merasa kasihan padanya "Sebenarnya apa yang membuatnya harus diam menyendiri di dalam gedung sekolah yang sepi dan gelap pada malam hari? apakah dia menghadapi masalah yang sungguh berat?" 

Sebagai seorang Vampire Alex tidak bisa merasakan perasaan selayaknya manusia, seorang Vampire tak memiliki sebuah rasa ; rasa cinta, sayang, kasihan, sakit, lelah, mengantuk atau segalanya, karena sesungguhnya ia hanyalah seonggok mayat hidup yang menjadi benalu ditengah-tengah populasi manusia, namun ia adalah seorang makhluk yang mampu berfikir. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status