“Jadi bagaimana perasaanmu kembali menginjak London?”
Matthew mendudukan dirinya pada sofa empuk yang berada di ruang utama depan tv. “Ku rasa kau mengerti bu” jawabnya.
“Ibu” panggil Matthew untuk seseorang yang berada dalam panggilan telpon dengannya. “Terima kasih sudah menjadi ibuku”
“Hah, Matthew..” Dwyne menghela napas, mencoba mengontrol perasaannya, namun ini terlalu haru sehingga membuatnya menangis. Matthew sendiri tak mencoba menenangkan dan hanya diam menikmati setiap isakan Dwyne di ujung sana.
“Terima kasih sudah menjadi putraku yang tampan, Aku sangat menyayangimu”“Aku juga bu. Aku sangat menyayangimu, ku harap ayah tidak cemburu mendengar ini”
Isakan Dwyne seketika berubah menjadi kekehan yang menular ke Matthew juga,
“Isirahatlah, ibu akan segera menyusulmu”“Apa ibu berangkat s
Flashback..2 tahun yang lalu..Seperti dugaan awalnya bahwa dirinya akan terluka begitu Lynelle meninggalkannya. Ah tidak, lebih tepatnya ia sudah terlihat seperti orang sekarat dengan meringkuk memeluk sebuah dress milik Lynelle yang masih tertinggal di mansionnya.Seperti hari-hari sebelumnya, Matthew membuka matanya—yang lingkaran hitamnya semakin jelas—dan menatap kosong seolah-olah setiap hari yang ia lalui adalah hari yang sangat mengenaskan.Matanya mengarah pada dress milik Lynelle yang sudah kusut akibat selalu di peluknya dan tersenyum pahit di sana, “Selamat pagi Ly, tidur mu nyenyak?” ucapnya seorang diri.Ia benar-benar seperti orang gila saat ini, mengobrol pada sebuah baju kusut dan tersenyum bodoh di sana. Matthew kembali memeluk dress tersebut dengan erat dan menghirup aroma Lynelle di sana yang semakin hari semakin menghilang.Tetapi hari ini sepertinya lebih parah dari biasanya, i
Matthew melempar kasar jaket kulit yang ia gunakan sebagai outer setibanya di rumah. Ia lalu menuju dapur, mengambil sebotol mineral dingin dan langsung meneguknya dengan begitu rakus. Tubuhnya terasa panas dan masih terasa panas bahkan setelah ia meneguk habis air minralnya dan meremas botol tersebut hingga menjadi remuk dan penyot.Rahang yang mengeras hingga membuat urat-urat pada wajahnya nampak menunjukkan bahwa pria ini sedang tidak baik-baik saja.Tentu, bagamana tidak saat melihat Carl dan Lynelle di restaurant yang sengaja Matthew datangi untuk memantau mereka, Carl dengan entengnya melayangkan kecupan mesra pada punggung tangan Lynelle membuatnya terbakar api cemburu.Ia tahu, Carl sedang mencoba memanas-manasinya dengan berkata bahwa akan melakukan kencan dengan Lynelle di restaurant tersebut saat mereka tengah bersantai di rumah Nathan sore tadi.Carl bahkan menyadari keberadaannya di sana sebab Carl sempat melayangkan tatapan meremehkan kepad
Flashback..2 tahun yang lalu..Seseorang pernah berkata seperti ini, sakit hati karena cinta dapat menyebabkan seluruh organ lain pada tubuh ikut bekerja dengan tidak baik dan dapat menyebabkan kematian. Awalnya ia berpikir apakah ada seseorang yang seperti demikian? Hanya karena cinta yang tak tercapai dan tak terbalaskan hingga membuatmu mati secara perlahan. Tapi sekarang ia mengerti, jika bukan hanya jantung, namun hati bisa memicu kehidupan kita.Tubuh ringkih itu masih terduduk bersandar sambil memeluk lututnya di atas kasur dengan ekspresi tanpa semangat. Ia masih tak menyangka jika seminggu lebih telah berlalu namun yang ia nantikan masih tak kunjung menampakkan batang hidungnya.Ia ingat bagaimana saat kakinya kembali melangkah dan tangannya kembali menggenggam pintu kayu pada bangunan sederhana yang menjadi rumahnya ini untuk pertama kalinya lagi setelah lama meninggalkannya.Ia pikir, sudah cukup ia bersedih saat berad
Carl terkekeh, bukankah Lynelle terlalu polos? Sebenarnya tak salah jika berpikiran demikian, akan tetapi di jaman seperti ini ciuman di lakukan bukan hanya untuk pasngan yang sudah terikat janji sacral saja.“Kenapa?”“Di zaman sekarang hal seperti itu berlaku untuk semua yang berkategori pasangan. Entah yang sudah menikah, tunangan atau bahkan masih pacaran. Ada juga yang hanya teman dan tak ada hubungan sama sekali melakukannya”“Sungguh?”“Tentu. Jangan terlalu polos atau dunia akan kejam padamu”“Tapi..” Lynelle menggantung kalimatnya sejenak. “Tapi setelah itu—ah tidak, setelah aku memutuskan untuk memilihnya. Aku.. aku terpikirkan untuk kembali menaiki wahana kincir angin bersama-sama dan aku akan menciumnya seperti yang ia lakukan kepadaku saat itu”Carl menatap Lynelle yang bercerita sambil tersenyum di hadapannya dengan lekat. Ia tahu senyuman itu palsu sebab m
Rapat siang ini berjalan dengan cukup baik selama 2 jam berlangsung di kantor pusat The Dewy. Beberapa orang yang termasuk dalam tim kali ini sudah bergerak meninggalkan ruangan tersebut dan hanya tersisa Yemimah, Lynelle dan Dwyne juga sekretarisnya.Lynelle masih sibuk menambah point-point pada catatannya terlebih dahulu setelah itu baru mulai sibuk mengemas barang-barangnya.“Kau sudah selesai Ly?” tegus Yemimah yang tengah menghampiri Lynelle.“Tentu, ayo”“Kami permisi Bibi,” ucap Yemimah kepada Dwyne“Oh tentu, terima kasih telah hadir hari ini. Siapa yang menjemput kalian?”“Tenang saja, Adikku sedang libur hari ini dan sudah berada di bawah”“Carl? sampaikan salam bibi untuknya”“Tentu bibi. Kami permisi”Mendengar percakapan singkat itu membuat Lynelle bertanya-tanya tentang sedekat apa nyonya Dwyne dengan Yemimah. Namun ia memilih untuk men
“Apa kau tahu jika di ada di London?” tanya Lynelle.Kali ini Carl yang mati kutu dan tak berkutik. Carl membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu namun kembali ia bungkam sebab bingung harus memulainya dari mana.“Kau tahu kan Carl?”“Aku.. Ly—““Jadi selama ini kau tahu tapi kau tak memberitahuku?”“Lynelle dengarkan—““Apa hanya aku yang tak tahu?”Carl kembali terdiam. Ia tak memperkirakan hal ini dan tak punya persiapan jawaban apapun.“Carl, apa cuman aku yang tak tahu apapun?”“Tenanglah Ly, biar ku jelaskan”Lynelle beranjak dari duduknya, memberi jarak kepada Carl yang juga ikut berdiri dari duduknya.“Apa yang kalian lakukan? Memperlakukanku seperti orang bodoh?”“Tidak Ly, tak seperti itu”“Lalu ini? Hah.. hahahaha, aku. Aku begitu bodoh karena sangat mudah di k
Seperti biasa, mereka kembali berkumpul di basecamp mereka dengan kali ini Belva ikut bergabung atas suruhan Carl yang siap memakinya dan Matthew. Carl bersender pasrah pada sofa sembari memejamkan matanya, beberapa menit kemudian ia membuka matanya dan mendesah pasrah untuk kesekian kalinya.“Kurasa kita harus cari cara lain. Ini tidak mempan” ujar Carl.“Kenapa kau tidak langsung mendatanginya secara langsung?” usul Nick“Aku sudah mendatangi butiknya bahkan menunggunya di depan sana seharian namun aku tak melihat Lynelle”Carl mendelik ke arah Belva yang duduk menunduk di hadapannya dan siap untuk menyemburnya, “Kau! kenapa juga kau mengajaknya pergi bersama?” selanjutnya Carl beralih ke Matthew, “..dan kau. Sudah tahu berada di London masih saja berkeluyuran dengannya”“Hey sudahlah, jangan saling menyalahkan” Benneth bersuara mencoba menengahi. “Lebih baikkita mencari ca
Sebagai bentuk ucapan maaf, Carl rela menghabiskan waktunya seharian ini dengan mengecek apartement Lynelle di London juga mengemas barang-barang Lynelle sedikit demi sedikit dan memindahkannya ke apartement tersebut sebelum Lynelle benar-benar pindah 4 hari lagi. Di samping itu Carl juga diam-diam menyiapkan kejutan ulang tahun untuk Lynelle dengan mencari restaurant elite lainnya dan menyusun rencana lain yang tentunya tak akan terduga untuk Lynelle.Carl melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul setengah 6 sore. Saatnya untuk menjemput tuan putri di tempat kerjanya.Berjarak sekita 15 menit, Carl tiba di depan butik Lynelle yang kebetulan Lynelle baru saja keluaran tengah mengunci pintu butiknya. Carl tersenyum dan membunyikan klakson mobilnya sekali sebagai kode membuat Lynelle meliriknya dan langsung menghampirinya.“Kau benar-benar mengurus semua hari ini?” tanya Lynelle begitu masuk dalam mobil Carl“Tentu, sudah ku bilang buka