Share

Chapter 4

Penulis: ann peonysue
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-16 10:00:11

Sebuah mobil Mercedes Benz AMG G65 dengan dua pria tampan di dalamnya tengah menyusuri salah satu kawasan di pinggiran kota yang terkenal dengan suasana rimbun dan sejuknya. Matthew beberapa kali terpaku saat mereka melewati beberapa perumahan yang terlihat sangat rimbun, membuat pikiran seketika terasa lebih tenang dari sebelumnya.

Lebih mengejutkan saat Matthew melihat patung seekor hiu besar yang terlihat menyelam ke salah satu atap rumah bertingkat itu. “Hey kau terlihat seperti bocah polos yang kuculik dan tengah memperhatikan dunia luar” ucap Carl yang sesekali melirik Matthew karena focus menyetir.

“Apakah ada orang di dalam sana?” tanya Matthew penuh ingin tahu.

“Dimana?”

“Di rumah sana, yang ada patung hiu menerobos atap rumah itu. Apa ada orang di dalam sana?”

Astaga.

Carl merasa bodoh meladeni Matthew, “Mana ku tahu, kau pikir aku yang membuatnya?” balas Carl cuek. Matthew menatapnya sinis kemudian bergumam kecil “Santai saja aku hanya bertanya”. Oh sepertiya perkatan Carl sebelumnya tentang Matthew yang terlihat sepeti bocah polos itu benar. Lihat saja sekarang ia seperti tengah merajuk kepada Carl yang Carl sendiri terlihat tak memperdulikannya

Tak lama mereka tiba di salah satu rumah sakit yang ada di sana, lebih tepatnya di Headington.

John Radcliffe Hospital. Rumah sakit yang berlokasi tepat di Headley way, Headington, Oxford OX3 9DU, UK yang berjarak sekitar 4.1 mi atau memakan waktu sekitar 15 menit dari lokasi Carl dan Matthew sebelumnya, membuat Carl memilihnya untuk menjadi lokasi pertama yang mereka datangi.

Nampak begitu tentram dari luar. Hanya beberapa petugas medis yang keluar—mungkin untuk menghirup udara segar—atau sekedar mencicipi kopi yang di jual di sekiar sana. Adapula beberapa orang-orang dengan pakaian biasa bergantian keluar masuk kedalam rumah sakit dan beberapa dari mereka menenteng sebuah tas atau papper bag ukuran besar dengan beberapa bawaan di sana.

Carl dan Matthew keluar dari mobil dengan sangat gagah tanpa di buat-buat. Mereka sejenak menatap gedung rumah sakit yang tinggi menjulang di depan mereka. Carl mengeluarkan ponsel genggam dari saku celananya.

Ia terlihat menekan layar ponselnya lalu menempelkannya pada telinganya.

Usai berbicara dengan seseorang melalu ponsel genggammnya, Carl mengajak Matthew untuk melangkah masuk kedalam sana. Matthew yang sedari tadi masih di sibukkan melihat sekelilingnya tentang betapa bagusnya Headington itu akhirnya dengan sedikit terpaksa mengikuti Carl yang sudah melangkahkan kaki jenjangnya masuk ke dalam rumah sakit terlebih dahulu.

Dalam lift yang hanya terisi mereka berdua Matthew bertanya kepada Carl, “Kita akan menemui seseorang?” tebaknya tepat saat Carl menekan tombol dengan angka 3 disana.

“Yap, pamanku salah satu dokter di sini. Jadi kupikir mungkin dia bisa mengajak kita berkeliling sebentar. Kebetulan hari ini dia tak banyak kerjaan” jelas Carl.

Pintu lift terbuka dan Carl kembali melangkahkan kaki nya terlebih dahulu yang diikuti oleh Matthew di belakang. Rumah sakit ini terlihat begitu modis dan mewah dari luar dan hal itu juga berlaku saat berada di dalam.

Mereka berdua berjalan menyusuri koridor lantai 3 rumah sakit tersebut dan berbelok ke kiri tepat pada papan petunjuk yang menggantung bertuliskan “psikiater”.

“Pamanmu seorang psikiater?” tanya Matthew memastikan

“Hu’um” balas Carl.

Carl berhenti di sebuah pintu coklat —diikuti Matthew 3 langkah di belakangnya— yang terletak tepat di ujung koridor tersebut dengan papan nama di sampingnya bertuliskan ‘Shauun Dominic’. Carl mengetuk pelan pintu coklat itu dan mendapat sahutan dari dalam, lalu membukanya.

“Carl Hence!” sapa pria berusia 53 tahun itu. “Baiklah Nyonya Angie, kurasa sampai sini dulu pertemuan kita. Aku ada sedikit urusan dengan keponakanku, maaf” jelas dokter Shauun sembari menutup papan catatan medis milik wanita itu.

“Baiklah. Silakan masuk anak muda tampan. Aku permisi dulu” ucap wanita itu berpamitan dan melanjutkan jalannya.

Dokter Shauun menghampiri Carl dan Matthew yang masih berdiri di ambang pintu sana, "Itu pasien terakhirku untuk pagi ini" ucap Dokter Shauun. Tanpa mengulur waktu, mereka mulai berjalan melihat-lihat rumah sakit tersebut sembari mendengarkan informasi penting dari Dokter Shauun.

Informasi yang di berikan cukup jelas bagi mereka. Mengingat 15 tahun sudah dokter Shauun bekerja di rumah sakit tersebut. Sepertinya rumah sakit ini bisa di masukkan dalam list tempat koas mereka nanti.

 (.)

Tidak ada yang lebih menyenangkan bagi Carl ketika kau menikmati makanan yang enak, di tempan yang nyaman, harga yang aman dan pemandangan yang menyejukkan. Terlihat dari bagaimana ia menikmati setiap makanan yang masuk kedalam mulutnya dan mengunyahnya dengan sangat menghyati. Bahkan jika bisa ia akan menangis saking nikmatnya. Padahal mereka hanya makan di restaurant cepat saji yang sudah terkenal di seluruh penjuru dunia.

“Sungguh, aku merindukan makanan ini!!” ujar Carl. Ia kembali melanjutkan kegiatan menyantap makanannya sedang Matthew sudah lebih dahulu merasa kenyang hanya duduk menatap tabletnya sembari menunggu Carl.

“Kau terlihat seperti orang kelaparan saja” kata Matthew setelah melirik ke arah Carl sekilas

“Oh, aku merasa sedang diet 3 bulan terakhir ini karena terlalu sibuk mengurus skripsiku” eluhnya.

Tentu saja, Carl merasa ia taka da waktu unutk singgah menikmati makanannya. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, pandangannya tak pernah lepas dari laptop dan buku-buku tebalnya. Ia bahkan lebih banyak menghabiskan waktu di perpustakaan, kampus dan rumahnya. Sesekali ia memilih menginap di apartement Matthew atau memilih memesan kopi di café agar bisa mendapatkan wifi gratis.

Matthew hanya menggeleng pelan lalu mematikan tabletnya dan melihat kejendela yang tepat berada di sampingnya.

“Aku baru menyadari Headington sebagus ini” ujarnya.

“Cukup mengejutkan jika kau mengatakan itu. Secara, mantanmu tinggal di daerah sini” balas Carl yang akhirnya telah menyelesaikan makan siangnya dengan porsi yang luar biasa.

Jika di pikir memang ada benarnya. Fleur kuliah di salah satu kampus ternama di Headington dan tinggal di apartemen yang terletak tak terlalu jauh dengan kampusnya. Namun ia tak begitu memperhatikkannya. Rutinitasnya di sini hanya sekedar, menjeput Fleur, mengantarnya ke kampus jika sempat begitupun dengan pulang. Selama 3 bulan berpacaran mereka belum pernah—atau lebih tepatnya hanya Matthew—menyempatkan waktu untuk sekedar berpergian santay bersama atau bahkan makan malam diluar bersama.

Oh baiklah, ia menjadi flashback secara tiba-tiba. Namun sungguh, ia berpikir tinggal di perumahan rimbun merupakan pikiran yang paling bagus. Kau akan merasa seperti healing setiap harinya saat pulang beraktivitas di luar bukan?

Matthew jadi kepikiran, kapan terakhir ia berpergian atau sekedar melakukan healing kecil untuk menghilangkan penatnya?

Masih setia bergelut dengan pikirannya, Carl tiba-tiba saja bersendawa dengan cukup keras sehingga membuat Matthew tersentak kaget dan orang-orang di sana memeperhatikan mereka.

“Oh tuhan apa yang kau lakukan?!” tegur Matthew.

Kelakuan.

Selalu saja ada hal aneh yang dilakukan Carl jika berada di sekitar Matthew. Oh bisakah Carl sedikit bersikap normal? Kini Matthew mati-matian menahan malu dan mencoba menyembunyikan wajahnya.

Sedang Carl hanya cengingisan sembari meminta maaf kepada yang lain dan juga kepada Matthew.

“Kau sudah selesai makan?” tanya Matthew dengan masih ada nada kesal di sana.

“Tentu, aku sangat mengantuk sekarang. Bagaimana kalau kau yang menyetir?”

Carl tersenyum menapilkan deretan giginya yang malah membuat Matthew ingin sekali menghajarnya. Ia lalu merampas kunci mobil Carl yang Carl letakkan di atas meja samping ponselnya dan beranjak keluar menuju mobil.

Benar-benar Carl Hence menyebalkan.

(.)

Pagi ini terlihat lebih cerah dari hari biasanya. Bukannya apa, akhir-akhir ini hujan turun secara tak teratur. Sudah 4 hari ini hujan turun mulai dari subuh hingga menjelang siang.

Namun itu menjadi sebuah keberuntungan bagi Lynelle. Gadis berusia 19 tahun itu tengah menyusuri jalan setapak dengan begitu riangnya. Ia merasa sedikit gugup dan geli yang tiba-tiba menyerang perutnya sedari tadi.

Oh, ada apa gerangan?

Ia tiba di sebuah toko dengan bangunan kuno namun tetap menarik. Hendak melangkah masuk kedalam namun terhenti akibat membaca tulisan ‘tutup’ yang terpajang di pintu kaca.

Tumben?

Apakah ia datang terlalu pagi? Lynelle mengecek jam kuno miliknya yang selalu ia bawa.

09.00 pagi.

Harusnya sudah buka, namun ini? Ada apa? Lynelle termenung di sana sembari bertanya-tanya

“Lynelle..” sapa seseorang di ujung sana.

Lynelle lalu menoleh dan mendapatkan seorang pria tinggi dengan senyuman yang di sukainya berdiri beberapa langkah darinya. Seperti biasa, pria tu selalu terlihat menawan dengan aura positifnya.

“Noah. Kau sedang libur?” tanyanya basa basi. Pria bernama Noah itu menghampiri Lynelle dengan senyum yang tak luntur dari wajahnya. “Hu’um. Untuk hari ini saja. Aku dan sekeluarga harus berpergian” balasnya.

Oh, dengan jarak sedekat ini Lynelle mencium aroma khas pria itu. Entah apa, tapi Lynelle menyukainya. Ia tak bisa menyembunyikan debaran yang sangat hebat pada jantungnya.

Oh aku ingin pingsan rasanya. Sekali lagi ia hanya mampu bergumam dalam hati.

“Apakah akan lama?” tanya Lynelle.

“Sepertinya, aku harus mengurus kepindahanku”

Pindah?!

Baru berjalan beberapa jam di hari ini namun suasana begitu mendadak berubah menjadi begitu mengejutkan untuknya. “Noah, kau akan pindah?”

Noah mengangguk mengiyakan.

“Aku akan melanjutkan studyku. Jadi ya, aku akan sangat jarang untuk datang ke sini. Kedepannya hanya Ayahku mungkin yang akan bekerja di toko, mungkin juga bersama ibuku, atau mungkin mencari karyawan lain? Entahlah”

Sedikit merasa lega saat tahu bahwa Noah tidak pindah sekeluarga. Namun tetap saja, Lynelle tak bisa membendung kesedihannya.

Rencananya ia ingin mengajak Noah ke pelabuhan sore ini untuk memberi kejutan dan lainnya. Namun sepertinya tidak lagi untuk saat ini. Ia lagi-lagi gagal.

“Ada apa Lynelle?” suara Noah membuyarkan lamunanya. Sepetinya dia memang harus menunggu lagi untuk waktu yang tepat. Dengan cepat ia menggeleng alih-alih menjawab pertanyaan Noah.

“Y-yasudah, hati-hati di jalan. Aku pulang dulu.”

Dengan sedikit tergesah Lynelle meninggalkan Noah yang menatapnya bingung. Sepertinya dia akan menangis saat tiba di rumah nanti. Tentunya. Pasti.

ann peonysue

halo semua!! selamat pagi? apa kabar kalian semua? tetap semangat ya menjalani aktivitas pagi ini. semoga hari ini berjalan lancardan menyenangkan untuk kita semua. terima kasih untuk kalian yang masih setia menunggu kelanjutan cerita aku!! tolong beri aku cinta dan semangat yaa! agar bisa menyelesaikan cerita ini dengan baik dan lancar! aku selalu meminta dukungan dari kalian semua!! havea nice day and stay health bestie~

| Sukai
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PRISONER of HEAVEN   Epilog

    2 tahun kemudian...Rutinitas Lynelle kembali bertambah setelah menjadi istri dari seorang dokter dan pembisnis ternama, Matthew Flint, membuat dirinya sedikit lebih repot dari biasanya. Jam kecil di atas nakas masih menunjukkan pukul 5 pagi namun Lynelle harus memaksakan dirinya untuk bangun dan mulai menyibukkan dirinya.Dimulai dengan membereskan rumah, mencuci piring dan pakaian. Begitu jam menunjukkan pukul 6 pagi, Lynelle kembali ke kamar dan membangunkan Matthew untuk bersiap-siap berangkat kerja. Begitu Matthew sudah terbangun, Lynelle kembali menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.Bertepatan saat sarapan sudah selesai, Matthew sudah siap dengan pakaian formalnya dan kembali sibuk dengan ponselnya untuk melihat jadwal hari ini.“Kau akan pulang malam lagi?” tanya Lynelle,“Heum”Heum?Lynelle melihat ke arah Matthew yang masih sibuk dengan ponselnya. “Aku harus menunggumu atau tida

  • PRISONER of HEAVEN   Ending ; Chapter 63

    Disinilah Lynelle yang duduk berhadapan dengan Belva yang tengah meneguk cola-nya dengan begitu anggun sedang Matthew tengah memesan makanan untuk dirinya dan Lynelle. Lynelle berusaha mengedalikan ekspresinya namun tak bisa di pungkiri jika sampai detik ini ia masih merasa kesal dengan kehadiran Belva.Cih, perjalanan yang memakan waktu cukup lama apanya? ini tak sampai 30 enit dari apartementku dan lagi, KENAPA HARUS ADA WANITA INI?! Seperti itulah jeritan isi hati Lynelle yang tak bisa ia suarakan.Belva yang tahu jika Lynelle akan memberinya tatapan tajam, bersikap enteng dan tetap memberikan senyum manisnya sekalipun Lynelle tetap tak merubah ekspresinya.“Kenapa kau ada disini?” ucap Lynelle pada akhirnya. Ia sudah tak bisa menahannya dan kalimat itu sudah berada di ujung lidahnya jadi seklaian saja ia keluarkan.Alih-alih langsung menjawab, Belva terlebih dahulu memakan kentang gorengnya dan menyuap 1 gigitan besar burger kedal

  • PRISONER of HEAVEN   Chapter 62

    Kedua insan itu saling menyalurkan kehangatan melalui dekapan erat mereka dan selimut tebal menutupi tubuh polos mereka tanpa sehelai benang pun. Lynelle mengelus pelan rambut hitam legam milik Matthew yang sudah mulai memanjang. Lynelle terkekeh begitu Matthew mengendus pada dadanya untuk mencari kehangatan.“Kau tidak akan bangun?” tanya Lynelle. Matthew hanya memberikan gumaman tidak sejelas lalu mengeratkan pelukannya.“Matthew, bolehkah aku bertanya?”Tak mendapatkan jawaban apapun dari Matthew, Lynelle kembali melanjutkan pertanyaannya. “Kemarin, saat makan siang dengan ibumu, beliau sempat berkata bahwa dia bukan ibu kandungmu” Lynelle menjilat bibirnya yang kering sembari memainkan rambut Matthew. Matthew sendiri pun masih tak berkomentar apapun membuatnya kembali berbicara, “Boleh aku tahu apa yang terjadi?”“Aku sepertinya belum tahu banyak tentangmu, jadi—““Mau ku cei

  • PRISONER of HEAVEN   Chapter 61

    Matt_ofLy, dimana?myloveLYsedang di belakang panggungnanti kuhubungi lagi“Wah, sepertinya acara peluncurannya sangat ramai sampai-sampai dia sesibuk itu” ucap Matthew sembari menatap ponselnya dengan chat terakhir dari Lynelle di sana.Ia lalu beralih ke menu kontak dan tanpa ragu mencoba menghubungi seseorang disana.“’Allo”“Halo bu, apakah acaranya sudah mulai?”“Eum sebentar lagi, ibu sedang menuju kesana. Ada apa sayangku?”Matthew mengulum senyumnya sebentar. Tiba-tiba saja ia merasa malu tanpa sebab padahal ia sudah membicaraka soal ini dengan Dwyne jauh-jauh hari.“Bu, ingatkan..”“Ahahaha, tentu saja. Kau seantusias itu?”Matthew mengangguk walaupun ia tahu Dwyne tak bisa melihat gerakannya, “Tentu saja. Ini hal yan

  • PRISONER of HEAVEN   Chapter 60

    Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 tengah malam dan Belva baru saja selesai dengan semua pekerjaanya. Rumah sakit sudah sepi pada jam seperti ini tentunya namun sebuah langkah sepatu membuat Belva membeku sejenak menatap pintu ruangannya yang tak tertutup menanti dengan was-was siapa yang berkeliaran di area ruangannya pada jam seperti ini.“Wajahmu tegang sekali” ucap seseorang yang berada di ambang pintu sana membuat Belva menghela napasnya yang sedari tadi ia tahan dengan lega.Jujur saja ia sedikit ketakutan karena banyak cerita-cerita mistis yang beredar akhir-akhir ini membuat bulu kuduknya merinding walaupun ia bisa terbilang sering pulang larut.“Ku pikir siapa, ternyata kau” balas Belva sembari sibuk membereskan barang-barangnya lalu menghampiri pria tersebut yang masih beridiri di posisi yang sama.“Kenapa kau masih ke sini?”“Kau bilang akan pulang lebih telat”“Kau benar-benar me

  • PRISONER of HEAVEN   Chapter 59

    “Ck!”Decihan itu terdengar untuk kesekian kalinya membuat Lynelle akhirnya menyerah dan menatap malas ke arah pria yang sudah menginjak usia kepala 3 di hadapannya. Menampilkan ekpresi cemberut sejak kemarin membuat Lynelle bertanya-tanya apakah pria itu tak lelah memasang ekpresi seperti itu?Bayangkan saja bagaimana lelahnya mengerucutkan bibir selama 2 hari berturut-turut.“Hah!”Lagi, pria itu membuat suara-suara yang di sengaja agar membuat Lynelle peka dan atensi Lynelle tertuju padanya.“Kau tak lelah seperti itu?”“Tak tahu”Jangan lupa dengan balasan yang sama selama 2 hari setiap di ajak berkomunikasi. Lynelle memijat pelipisnya, kelakuan Matthew benar-benar membuatnya pening sejak kejadian dimana ia menggunakan ponsel Carl untuk berkomunikasi sejenak dengan sahabat-sahabatnya sekedar saling berkenalan dan berujung Lynelle mendapat banyak gombalan membuat Matthew merajuk b

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status