Share

Chapter 5

Lynelle Chloe. Gadis berdarah asia itu terlihat begitu ramah dan ceria setiap saatnya. Ia selalu mendapat pujian dari seluruh warga desa dan menjadi anak kesayangan Madam Altha. Namun siapa sangka, gadis itu telah melalui banyak hal yang begitu berat di usia nya yang masih sangat muda.

Mulai menginjak tanah eropa di usia 8 tahu membuat Lynelle kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru yang benar-benar berbeda dari tempat ia sebelumnya.

Lynelle kecil tinggal di sebuah rumah sederhana di desa hanya berdua bersama ibunya. Nuansa asing ini membuat Lynelle kecil lebih banyak menghabiskan waktu bersama sang ibu yang setiap harinya bekerja sebagai penjahit di desa tersebut.

Itu sebabnya bakat merancang busana Lynelle merupakan turunan dari ibunya.

“Lynelle..” suara lembut itu menyapa Lynelle kecil yang tengah duduk di sofa kecil tepat di depan sang ibu bersama dengan boneka di tangannya.

“Iya bu?” jawab Lynelle kecil dengan suara menggemaskannya.

“Lynelle tak ingin keluar bermain bersama yang lain?” tanya sang ibu.

Wanita berusia hampir menginjak 35 tahun itu merasa tak enak hati sebab sang putri lebih banyak berdiam diri di rumah dari pada bermain bersama teman seumuranya. Bukan hanya sekali dua kali ia membujuk sang anak agar ikut bermain bersama teman-teman yang lain.

Hanya gelengan yang Lynelle berikan sebagai jawaban kepada sang ibu.

Wanita anggun itupun kembali menghela napas, ia menjeda pekerjaannya sejenak dan menghampiri Lynelle di sana. Ia lalu berlutut untuk mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Lynelle lalu mengusap pipi bulat menggemaskan putrinya.

"Mengapa Lynelle selalu menolak bermain bersama teman-teman yang lain?” tanyanya masih dengan nada yang lembut. Mata almond dengan bola mata berwarna kecoklatan milik Lynelle bergerak menatap sang ibu. Ada jeda beberapa saat di sana sebelum ia menjawab “Aku tak ingin meninggalkan ibu seperti ayah meninggalkan kita” ucapnya.

Anak kecil yang malang.

Ada rasa sesak yang mencengam di paru-paru wanita cantik itu.

Jangan seperti ini, kumohon. Ricaunya dalam hati.

“Sayang..”

“Bukankah ayah seperti itu makanya kita pindah kesini?”

Oh anak ini terlalu kecil untuk mengutarakan hal seperti itu. Tidak boleh seperti ini, Lynelle tidak boleh kehilangan masanya hanya karena ego kedua orangtuanya. Wanita itu membawa tubuh kecil Lynelle kedalam pelukannya. Ia selalu berdoa, agar putri kesayangnya selalu merasa bahagia apapun yang terjadi.

Ia lalu merenggangkan pelukan itu dan kembali menatap putri kecilnya, “Sayang, dengarkan kata ibu. Lynelle tak pernah meninggalkan ibu, begitupun juga ibu, tak akan pernah meninggalkan Lynelle.” Tegasnya.

“Tak apa jika Lynelle pergi bermain bersama teman, ibu tak merasa kesepian. Itu wajar jika anak seusia Lyelle pergi bermain. Tak apa sayang sungguh, malah ibu senang, Lynelle mempunyai banyak teman. Itu artinya banyak yang sayang kepada Lyelle bukan?”

Kalimat itu ia ucapkan dengan pelan dan tenang agar gadis kecil itu mampu mencermatinya dengan baik. Meskipun Lynelle sendiri bukan tipikan anak yang sulit mengerti kalimat panjang yang disampaikan, namun tetap saja di usia seperti ini anak harus tetap di beri penjelasan secara simple dan ramah bukan?

Membuktikan penjelasan tadi, tak butuh lama bagi Lynelle untuk mencerna ucapan ibunya dan mengangguk paham.

Bersamaan dengan itu, Seorang wanita bertubuh agak besar masuk setelah mengetuk pintu terlebih dahulu.

“Ah, Madam Altha. Ada yang bisa aku bantu?” ucap ibu Lynelle sembari bangkit dari posisi sebelumnya.

“Kau masih saja memanggilku Madam, Luna” balas Madam Altha.

Luna, ialah nama dari ibu Lynelle. Sama seperti namanya, wanita itu memang secantik rembulan dan terlihat bagaikan anak muda yang baru berusia 25 lebih. namun faktanya ia adalah seorang janda dengan satu anak.

Luna terkekeh saat Madam Altha mengatakan seperti itu. Luna dan Madam Altha saling mengenal cukup lama. Awalnya Luna hanya memanggil Madam Altha tanpa embel-embel Madam ataupun suster. Namun seiring berjalannya waktu dan Madam Altha memutuskan untuk lebih memfokuskan dirinya kepada tuhan dan membantu masyarakat, Luna mulai memanggilnya dengan embel-embel tersebut.

“Baiklah, ada yang bisa ku bantu Altha?” tanya Luna sekali lagi.

“Hah, kau ini. Aku membawakan buah segar dari kebun seberang.”

Madam altha memperlihatkan keranjang buah yang ia pegang sedari tadi.

“Ya ampun. Terima kasih. Duduklah sebentar, mari kita makan bersama” Ucap luna dan mengambil keranjang buah dari tangan Madam Altha lalu membawanya kedapur.

Sembari menunggu Luna yang sibuk di dapur, Madam Altha lalu beranjak untuk duduk di samping Lynelle yang kembali sibuk bersama boneka di tangannya. Gadis kecil itu sama pendiamnya seperti Luna. Terbukti, beberapa menit Madam Altha duduk di sana ia masih tak mengeluarkan suara juga.

Tapi madam altha sendiripun juga enggan menyapanya dan lebih tertarik memperhatikan Lynelle kecil.

“Kau menatapnya namun dia bertingkah seolah-olah kau tak ada” ucap Luna yang telah kembali dari dapur bersama dengan buah anggur dan apel yang sudah ia kelupas dan ditata rapih di atas piring lebar.

“Anakmu benar-benar sangat mirip denganmu.” Ucapnya.

“Hey Lynelle, apakah kau suka dengan bunga?” pertanyaa Madam Altha membuat Lynelle akhirnya menatapnya. Terlihat seperti tertarik akan hal itu dan langsung di benarkan kala ia mengangguk walaupun dengan gerakan pelan.

Senyum yang makin mengembang terukir di wajah Madam Altha. “Ingin ikut Madam menanam bunga bersama teman-teman yang lain?” ajaknya.

Namun gadis itu tak menjawab. Mungkin ia sedikit ragu. Lynelle lalu menatap Luna, mungkin masih mengkhawatirkan sang ibu. Luna mengelus pundak lynelle sembari berkata bahwa tak apa jika Lynelle mengiyakan ajakan Madam Altha.

Kembali memikirkan sebelum akhirnya mengiyakan ajakan Madam Altha.

Akhirnya.

Dengan perasaan gembira Luna segera membantu Lynelle bersiap-siap sebelum pergi. Dengan antusias yang sama, Madam Altha dengan setia menggang tangan mungil Lynelle kecil, berjalan menuju halaman belakang panti asuhan yang ada di desa tersebut. Terlihat sudah ada beberapa anak disana, bukan dari anak panti saja, namun anak-anak yang tinggal di desa pun ikut serta menanam di sana.

Awalnya Lynelle kecil agak canggung dan masih banyak diam. Namun seiring berjalanannya waktu ia akhirnya tumbuh menjadi pribadi baru yang selalu ceria dan membawa keceriaan setiap saat.

(.)

Hari sudah mulai beranjak gelap di luar sana. Namun ia masih memilih untuk tetap diam tak bergerak di atas kasur sembari memegang sebuah bingkai foto kecil di sana.

Ia menekuk lututnya hingga sejajar dengan dada dan memeluknya.

Ini belum seberapa namun ia tak bisa menanganinya. Bagaimana jika hal yang lebih menyakitkan terjadi?  Ia lalu bersandar pada kepala ranjangnya dan membawa telapak tangannya menyentuh dadanya.

Sangat sesak.

Apakah ia menyerah saja? Namun ia telah menunggu selama ini, sia-sia saja jika menyerah bukan? Hah, sangat dilema.

Setelah beberapa saat memilih untuk merenung. Dengan sedikit semangat bergerak yang tersisa, ia menggerakkan tubuhnya turun dari ranjang dan mulai menyalakan lampu agar ruangan ini tidak ikut suram.

Sebenarnya ia sedang tidak dalam mood yang bagus unutk melakukan apapun. Tapi perutnya sudah berbunyi dari beberapa jam yang lalu, meronta-ronta ingin di isi dengan makanan. Dengan lunglai ia mulai berjalan ke dapur dan memasak seadanya.

Eum, sepertinya bukan seadanya. Ia membuat makanan dengan porsi banyak dan mengeluarkan bebebrapa cemilan di sana.

Oke baiklah, Lynelle sepertinya bukan tipe gadis yang jika patah hati makan nafsu makannya akan berkurang. Memang ia merasa malas melakukan apapun namun nafsu makannya mendadak naik saat mulai memasuki dapur tadi.

Apakah ini  karena ia melewatkan makan siang?

Sepertinya, bisa jadi bukan?

(.)

Rasanya badan ini terasa remuk. Padahal kegiatannya hanya berkendara keluar, sesekali bergantian menyetir mobil. Tapi rasanya sangat melelahkan, apalagi untuk hari terakhir ini.

Ia dengan cepat melemparkan dirinya keranjang begitu tiba di apartement malam ini.

Rasanya mual.

Ia sampai mabuk perjalanan. Tak abis pikir Carl sampai ingin menulusuri yang rasanya sudah berada di ujung Negara Inggris. Gila. Terlalu antusias, bisa saja seluruh rumah sakit yang ada di Inggris di kunjungi olehnya.

Tujuan awalnya hanya mengecek malah jadi tour 7 hari 7 malam. Benar-benar.

Sepertinya besok ia akan memilih untuk tinggal di apartemennya. Kepalanya terasa begitu pening, ia bahkan sudah makan dan minum obat sebelum tiba di apartementnya namun pening di kepalanya belum juga redah.

Ia bahkan tak sanggup untuk berganti pakaian. Ia hanya melempar asal outernya dan kaos kakinya.

Dengan sisa tenaganya, ia memperbaiki posisi tidurnya dan langsung memejamkan mata. Hanya sekedar memejamkan, ia masih terjaga, belum masuk ke dalam mimpinya.

Pikirannya bergulir tentang hal-hal random seperti hal apa saja yang akan ia lakukan kedepannya, dan tentunya ia akan menjadi lebih sibuk. Menjadi seorang dokter tidaklah mudah, tentunya ada saat-saat yang dimana dalam keadaan apapun harus memenuhi panggilan darurat.

Ia kembali terpikirkan oleh perkataanya sendiri beberapa waktu yang lalu soal liburan. Apakah ia harus melakukan sedikit refreshing sebelum dirinya benar-benar sibuk nantinya?

Ide yang bagus. Tapi apa dia akan melakukannya sendiri? Maksudnya, tentu akan sedikit canggung jika berpergian tanpa teman. Bukan hal yang aneh sebenarnya, banyak beberapa orang yang melakukan itu. Hanya saja, dirinya lebih sering berpergian bersama kedua orang tuanya dulu. Namun sekarang ia lebih memilih menghabiskan waktu liburnya dengan berdiam diri di apartementnya

Dirinya memang tipikal anak yang baik dan tidak macam-macam.

Idaman semua orangtua bukan? Sepertinya orangtuanya pernah melakukan sebaikan yang luar biasa di zaman dahulu kala sehingga di berkati anak yang tak hanya tampan, melainkan cerdas, patuh, bekerja keras dan sangat mandiri. Sifatnya pun sangat ramah dan sederhana. Sungguh sempuna.

Namun tetap saja rasa was-was tentunya tetap ada sekalipun anak sesempurna dirinya tak mungkin melakukan hal-hal aneh, tetap saja dia manusia yang bisa melakukan hal yang salah bukan?

Pikiran random itu semakin lama membuat matanya terasa berat dan terpejam. Dengkuran halus mulai terdengar, tanda jika ia siap memasuki alam mimpinya.

ann peonysue

Haloo semua!!! Apakabar? semoga kalian semua tetap sehat yaa!!! Selamat menjalankan aktivitas di hari ini, semoga hari ini berjalan dengan lancar yaa. Tetap semangattt yaww~~ xixix Terima kasih buat para pembaca yang masih setia membaca cerita aku... terima kasih atas segala support dan cinta kalian untuk cerita aku~ tetap berikan semangat dan cinta untuk aku dan cerita aku ya, agar aku bisa menyelesaikannya dengan baik~~ stay safe semua~ tetap jaga kesehatan yaw~~

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status