Share

Chapter 3

Pria bertubuh atletis itu terlihat sibuk memindahkan barang-barang bawaan dari tas besar itu. Ia terlihat terburu-buru hingga rasanya ingin mengamuk saja. Dia ada janji pukul 9 pagi ini namun ia kedatangan tamu semalam—terlalu malam, disaat orang tengah tidur—yang berakibat ia harus membereskan semuanya pagi ini.

Beres

Ia lalu kembali berkutat dengan perlengkapannya yang akan di bawa pagi ini. Oke,semuanya sudah beres. Ia siap melaju sekarang.

“Yem?” panggilnya.

Namun ia tak mendengar sahutan atas panggilannya. Ah, hampir lupa, wanita itu mengatakan bahwa akan berbelanja kebutuhan dapur dan lainnya. Namun ini sudah sekitar sejam lebih namun mengapa tak kembali? Tak mau ambil pusing, pria itu hanya mengangkat bahunya acuh tak acuh dan beranggapan ada banyak barang yang mungkin ia harus beli, makanya lama.

Ia melangkah keluar rumah dan memasukkan barang-barangnya ke dalam mobil bagian penumpang belakang, lalu hendak mengirimkan pesan singkat kepada wanita itu bahwa dirinya sudah berangkat.

“Oh, sering-seringlah berkunjung ke rumahku” ucap seseorang di ujung sana.

Pria itu melirik dan menemukan pria tua berusia 45 tahun dengan postur tubuh lebih besar daripada dirinya itu tengah bercengkrama dengan seorang wanita. Benar-benar pria hidung belang pikirnya.

Tapi tunggu, ia kembali melihat kearah yang sama dengan mata mengernyit untuk memperjelas penglihatnnya. Sial, umpatnya. Langsung saja ia menghampiri pria tua itu begitu tahu siapa lawan bicaranya.

“Yemima, kenapa lama sekali?” ucapnya basa basi.

“Oh Carl, kau mau kemana?” balasnya. Terlihat ada sedikit kelegahan di raut wajah Yemima. Sepertinya ia memang sedang berusaha untuk kabur dari sana namun dilema karena merasa durkaha jika tak meladeni pak tua itu.

Suara dehaman terdengar, membuat Carl dan Yemima mengalihkan pandangannya. Tentu saja itu dari pak tua itu alis tetangga Carl. “Oh Mr Andrew, selamat pagi!” Carl menyapa – dengan terpaksa—Mr. Andrew dengan ramah tamah, namun hanya dibalas dengan gumam oleh Mr. Andrew. Bersabar lah Carl.

“Kau.. kekasih pria ini?” Mr. Andrew betanya kepada Yemima, hal itu membuat Carl sedikit was-was, dari gelagatnya terlihat aneh.

“Oh, aku kakaknya. Aku baru saja tiba semalam di Inggris karena—“

“Baguslah, kau tak mungkin menjdi kekasih anak muda nakal ini?”

M-maksudnya?,

“Eh, maaf tuan, maksud anda?” tanya Yemima. Sedang Carl sudah memberi tatapan tak suka kepada Mr. Andrew.

Mr. Andrew memberi ekspresi arogannya yang sangat ingin di tinju oleh Carl. Sungguh, Carl tak pernah bermasalah kepada tetangganya dimana pun ia tinggal kecuali dengan pria tua hidung belang ini alias Andrew Zilf. “Oh, hanya saja selalu pulang tengah malam bahkan beberapa hari tak pulang, dan.. dan yaa dia bahkan merayu putriku Alice” jelasnya.

Oh baiklah, Carl tengah berusaha menahan amarahnya. Pria tua ini memang suka mengada-ngada. Carl hendak membalas ucapan omong kosong Mr. Andrew namun lebih dahulu di sela Yemima.

“Ah, maaf tuan jika mengganggu. Carl memang sering pulang larut karena ia sedang berada di tahun akhir perkuliahannya, jadi ia lebih sering menghabiskan waktu bersama temannya untuk saling membantu soal tugas akhirnya” jelas Yemima. benar sekali! Ucap Carl dalam hati, memang kakaknya sangat baik dalam membela adik kesayangannya ini. Mengharukan.

Ekspresi Mr. Andrew terlihat sedikit berubah. Merasa kalah tuan? Ia kembali memberi dehaman khas orang tuanya. “O-oh baiklah.” Ucapnya. Carl memberikan smirk kemenangan sekaligus untuk meremehkan tetangganya satu ini.

“Oh tapi dia harus menjauhi putriku” Mr. Andrew tak habis akal. Ia kembali berucap. Oke kali ini biar Carl yang membalasnya, “Mr. Andrew sudah berapa kali ku katakan aku tak menggoda putrimu. Alice beberapa kali menumpang karena ia selalu kesiangan untuk pergi kesekolah, apa salahnya aku sebagai tetangga baik menawakan tumpangan?” oh, ada nada emosi di sana.

Alice, anak Mr. Andrew yang baru duduk di sekolah akhir dan tengah berada di tahun akhir juga seringkali terlihat tergesah-gesah tiap berangkat kesekolah. Alice dan Mr. Andrew hanya tinggal berdua yang menyebabkan Alice harus menyiapkan sarapan dan membereskan rumah terlebih dahulu sebelum berangkat ke sekolah.

Alice pernah meminta tumpangan kepada Carl yang kala itu hendak berangkat ke kampus lebih pagi dari biasanya. Sepanjang perjalanan Alice menceritakan kisahnya yang membuat Carl iba, hingga tiap kesempatan Carl selalu menawarkan tumpangan untuk gadis berambut pirang tersebut.

Namun siapa sangka, niat baiknya malah di anggap menjijikan oleh ayah Alice.

“Cih, Alice bisa menggunakan bus sekolah. Mengapa kau memberinya tumpangan?”

Astaga pria tua ini.

“Aku juga menemukan kemejamu di kamar nya dan ada foto mu juga disana. Cih dasar anak muda, masih saja mengelak” ucap Mr. Andrew

Carl berpikir, kemeja? Kemeja yang man—oh ia ingat. Carl memberikan kemeja outer-nya ke Alice saat melewati sekolah Alice dan menemukan gadis itu baru saja berjalan keluar dari gerbang sekolah. Carl menawarkan tumpangan lagi namun di tolak oleh Alice.

Carl pikir mungkin gadis itu merasa tak enak hati telah merepotkannya,namun ternyata Alice tak ingin mengotori kursi mobil Carl lantaran dirinya sedang masa periode. Carl terkekeh dan memberikan kemeja yang ia gunakan sebagai outer kepada Alice dan menyuruhnya masuk kedalam mobilnya.

Seperti itu.

Namun tentang foto? Carl tak tahu sama sekali. “Biar ku jelaskan Mr. Andrew itu tidak—“

“Kau ingin membantah apa lagi anak muda? Hah dasar anak zaman sekarang, sudah terbukti namun masih saja mengelak” ucap Mr. Andrew yang sedikit membuat Carl terpancing emosi, namun di tahan olehnya. “ Hey nona, kau ajarkan kepada adik mu yang nakal ini, berhenti menggoda putriku”

Oke baiklah kesabaran Carl sudah habis.

“M-maaf tuan namun—CARL!!” Yemimah terkejut kala Carl melayangkan tinjunya kepada Mr.andrew yang memuat pria berumur itu terhuyung kebelakang.

“Hah-hah, baru kali ini aku melihat orang se-negative thinkingI seperti Mr. Andrew” ucap Carl dengn nafas memburu sembari merapikan pakaiannya. Tak terima, atas perlakuan Carl, Mr, Andrew membalas perlakuan Carl yang berakhir mereka saling adu tinju di pagi hari ini yang membuat Yemimah kewalahan unutk melerai mereka berdua.

Pagi yang sial.

(.)

Ini sudah seminggu lebih sejak kejadian dimana Matthew bertemu dengan Lynelle yang membuatnya masih mengingat wajah gadis yang kala itu hanya di terangi oleh cahaya dari gedung gereja. Tak ada cayaha rembulan sebab tertutup oleh banyaknya awan kelabu.

Matthew yang tengah berada di sebuah caffe yang tak jauh dari apartemenya itu,mengusap wajah tampannya. Ia benar-benar tak mengerti dengan dirinya saat ini.

Ia kembali menyeruput kopi latte yang ia pesan beberapa saat yang lalu kemudian melirik arloji mahal bermerk Patek Phillipe asal Swiss yang melingkar sempurna di pergelangan tangan kirinya. 12 menit lagi pukul 09.00 pagi, namun seseorang yang ia tunggu tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Ia sungguh akan berangkat duluan jika saja ia membawa kendaraan. Mengingt jarak café yang tak terlalu jauh dari apartementnya, ia memutuskan berjalan kaki dengan santai

Kebiasaan.

Ia menyeruput lagi kopi milknya dan bermain dengan tablet yang ia bawa dalam tas tangan kantor miliknya.

Cukup lama untuknya menunggu, hingga seorang pria duduk di depannya dengan wajah yang—sedikit mengenaskan.

“Jangan katakan kau latihan gulat terlebih dahulu, setelah itu baru bergegas menuju kemari.” Ucap Matthew sarkas. Sedang pria di depannya hanya menatapnya tajam lalu meringis akibat luka di sudut bibirnya. “Jangan sampai kau orang ke dua yang kupukul pagi ini” balas Carl tak kala sarkas.

Matthew tak menggubrisnya. Ia memanggil pelayan lalu meminta es batu yang kemudian dia bungkus dengan sapu tangan miliknya yang selalu ia selipkan di dalam tasnya dan menadi kebiasan. Ia lalu memberikan sapu tangan itu kepada Carl.

Carl menerimanya lalu mengompress lukanya. Sedikit meringis saat dingin esbatu menempel pada luka di sudut bibirnya.

“Jadi kita akan tetap berangkat atau di undur saja?” tanya Matthew.

Hari ini mereka berencana mengunjungi beberapa rumah sakit yang akan mereka pilih salah satunya sebagai tempat koas nanti. Mereka akan mengunjungi paling banya 3-4 rumah sakit setiap harinya, ya, sebagai rangka mengisi kekososngan hari mereka menunggu wisuda.

“Kita tetap berangkat” kata Carl

“Tapi wajahmu..

“Tak perlu khawatir, aku tak apa.”

“Siapa bilang aku khawatir? Aku hanya tak ingin berjalan beriringan bersama orang yang berpenampilan kacau sepertimu”

Sialan.

Carl mengambil sebuah es batu yang tersisa dan melemparkannya pada Matthew.

Matthew yang berusaha melindungi diri namun tetap kena —mengingat mereka duduk berhadapan dan hanya di halangi meja— tertawa karena berhasi menggoda Carl. Oh lihat lah ekspresi kesal dari Carl, selalu berhasil menghibur Matthew.

“Ahahahhha.. oke-hah, ahahha, oke maaf” kata Matthew yang tak dapat mengontrol tertawanya. Carl hanya mendengus kesal. Benar-benar kurang ajar. “Aku akan ke mobil” ucap Carl lalu bediri hendak beranjak pergi.

“Hey tunggu aku,”

“Kau tak membawa mobil?” tanya Carl

Matthew memberi gelengan terlebih dahulu lalu berkata “Tidak, ku pikir berangkat dengan kendaraan masing-masing merepotkan, jadi aku tak membawa mobil dan haya berjalan kaki kemari”

“Yasudah, ayo jalan” ajak Carl. “Duluan saja, aku memesan kopi dulu untuk dijalan” Matthew berjalan menuju kasir untuk membayar pesanannya sekaligus memesan 2 kopi lagi untuk perjalanan mereka.

Sedang Carl kembali ke mobil dan menunggu di sana sembari mengecek lokasi rumah sakit yang akan mereka tuju dan langsung melajukan mobilnya kala Matthew sudah masukdan duduk di sampingnya.

“Rumah sakit mana saja yang akan di datangi?” tanya Matthew namun tetap focus pada tablet yang ia genggam. “Sepertinya hanya sekitaran Oxford saja terlebih dahulu, seperti John Radcliffe, Northampton General, Watford General, lalu..” Carl yang tengah focus menyetir terlihat bingung memikirkan kelanjutan kalimatnya.”Lalu.. Astaga aku hampir lupa. Aku tahu kita harus ke rumah sakit mana dulu" Carl menambah kecepatan mobilnya dan membawa mereka menuju rumah sakit yang akan dituju dengan Matthew di sampingnya kembali diam mengikuti kemana Carl akan membawanya.

ann peonysue

hi fells! apa kabar kalian semua? aku harap kalian dalam keadaan sehat semua.. terima kasih karena kalian sudah membaca cerita dari aku!! aku harap kalian selalu senantiasa menanti kelanjutan dari cerita aku!! Juga jangan lupa selalu beri aku semangat ya!! dan berikan banyak cinta untuk cerita aku ini!! berikan vote dan ulasan kalian jika ada hal yang kurang atau perlu untuk di tambah!! sekali lagi terima kasih dan aku cinta kalian!! ops!! stay health juga yaa!! itu yang paling penting :3

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status