Beranda / Romansa / PURA PURA JADIAN / BAB 4: Masalah Muncul

Share

BAB 4: Masalah Muncul

Penulis: SyafaSA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-11 17:57:58

---

Awalnya, rencana pura-pura jadian ini berjalan cukup lancar. Reyhan dan aku memang tampil seperti pasangan kekasih yang serasi—meskipun hanya di depan orang lain. Bahkan, Alif mulai terlihat agak canggung setiap kali melihat kami berdua bersama. Kalau Alif melirik, Reyhan langsung meletakkan tangannya di bahuku atau bahkan memanggilku "Sayang" dengan suara yang berlebihan. Dan tentu saja, aku merasa seperti sedang berada di dalam dunia yang sangat aneh.

Namun, seiring berjalannya waktu, masalah mulai muncul, dan semuanya dimulai dengan Rani, si ketua ekskul tari yang cantik dan ramah itu.

Suatu hari, setelah latihan fisika yang sangat membosankan, Rani mendekat dan duduk di sampingku di kantin. Aku masih merasa agak canggung, karena dia tahu tentang hubungan palsu Reyhan dan aku, tapi aku tidak berharap dia akan begitu akrab.

"Kamu beruntung punya Reyhan," katanya sambil menatapku dengan tatapan penuh rasa kagum. "Dia lucu banget. Aku sampai iri, lho. Dia selalu bisa bikin orang ketawa."

Aku hampir tersedak air mineral yang baru saja kuberikan. "Apa?" Aku menatap Rani dengan pandangan yang hampir nggak percaya. "Maksudnya, kamu... iri sama kita?"

Rani mengangguk. "Iya! Soalnya, dia itu beda. Kalau aku sama Alif, rasanya kayak... gitu-gitu aja. Tapi kamu sama Reyhan, lucu banget, kayak di drama komedi!"

Aku tersenyum kaku. Bagaimana caranya aku menjelaskan bahwa hubungan ini hanya pura-pura? Kalau sampai dia tahu, pasti aku akan terlihat lebih aneh lagi. "Eh, iya, Reyhan itu memang orangnya unik. Tapi dia juga... agak... aneh, sih," jawabku sambil berpikir cepat. "Tapi lucu, kan?"

Rani tertawa, lalu melanjutkan, "Iya, bener banget! Aku sempat mikir, kalau aku bisa pacaran sama Reyhan, pasti hidupku jadi lebih ceria."

Aku hanya bisa mengangguk sambil berusaha tidak menatap wajahku yang pasti sudah memerah. "Yah, siapa tahu dia juga akan ngajarin banyak hal tentang humor. Kan, dia memang jago banget bikin orang ketawa."

Rani tersenyum dan pergi, meninggalkan aku yang mulai merasa seperti manusia aneh yang sedang terjebak di dunia penuh teka-teki. Aku memutuskan untuk mengubur semua itu dalam-dalam dan fokus pada hal lain. Namun, ternyata masalah berikutnya muncul dari... Reyhan.

Mulai dari situ, Reyhan tidak hanya pura-pura romantis di depan orang lain, tetapi dia mulai bertingkah aneh bahkan saat kami sedang berdua. Awalnya, aku pikir itu cuma bagian dari drama pura-pura kami, tapi semakin lama semakin jelas bahwa ini bukan sekadar permainan lagi.

Suatu malam, kami sedang mengerjakan tugas kelompok di rumahku. Reyhan duduk di meja sebelah, sambil menggigit pensilnya dengan ekspresi yang sangat serius—padahal, tugas kami hanya tentang rumus kimia yang seharusnya gampang.

"Apa?" jawabku sambil meliriknya, mencoba fokus pada soal yang ada di depan. "Kamu kenapa sih? Kayak mikir soal hidup atau apalah."

Reyhan memandangku dengan mata penuh arti, seolah dia sedang menunggu jawaban filosofis dari kehidupan. "Nail," katanya, seakan-akan dia baru saja menemukan rahasia dunia. "Kalau misalnya... kita beneran pacaran, kamu bakal gimana?"

Aku berhenti menulis dan menatapnya, kebingungan. "Rey, kita kan cuma pura-pura, inget nggak?"

Reyhan menghela napas dan tersenyum tipis, seperti orang yang baru saja memberi penjelasan hidup yang sangat berat. "Iya, aku tahu. Cuma nanya aja." Suaranya terdengar agak aneh—serius, tapi entah kenapa aku merasa ada yang nggak beres.

Aku menatapnya dengan bingung. "Rey, kita kan cuma pura-pura. Kenapa tiba-tiba nanya gitu?"

Reyhan hanya tersenyum sambil kembali menggigit pensilnya. "Iya, aku cuma... penasaran aja. Kalau misalnya... kita beneran pacaran, apa kamu bakal berubah sama aku? Maksudnya, jadi lebih perhatian gitu."

Aku menggelengkan kepala dan mengembuskan napas panjang. "Rey, jangan mulai. Ini cuma pura-pura. Kamu nggak bisa serius kayak gitu."

Reyhan menatapku dengan serius, kemudian tertawa kecil. "Ya, ya. Gue cuma bercanda kok, Nail. Tapi kadang-kadang gue mikir, kalau kita beneran jadian, hidup kita bisa lebih seru, kan?"

Aku merasa dunia seakan berputar lebih cepat. "Seru? Rey, kita ini cuma temen yang pura-pura pacaran. Udah cukup aneh, kan?"

"Yah, siapa tahu kan?" Reyhan kembali tersenyum dengan nakal. "Mungkin, kita bisa jadi pasangan paling keren di sekolah!"

Aku hanya bisa menatapnya dengan mata terbuka lebar. "Rey, lo beneran ya? Jangan bikin gue bingung. Ini bukan film, kita nggak bisa gitu-gitu aja."

Reyhan akhirnya tertawa terbahak-bahak. "Oke, oke, gue ngerti, Nail. Tapi, coba aja pikirin. Kalau beneran pacaran, bisa lebih seru, lho!"

Aku menggeleng-gelengkan kepala. Ini sudah mulai di luar kendali. Kalau sampai Reyhan serius dengan pertanyaannya, mungkin kita bisa jadi pasangan pacaran palsu yang beneran pacaran. Dan itu, kalau sampai terjadi, pasti akan jadi masalah besar.

---

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PURA PURA JADIAN   BAB 25: Bahagia Itu Pilihan

    ---Setelah pensi yang spektakuler, hubungan kami semakin solid. Meskipun Reyhan tetap saja dengan segala kekonyolannya, aku mulai belajar untuk lebih percaya padanya. Aku tahu bahwa dia selalu berusaha menunjukkan bahwa aku adalah prioritas utamanya, meski kadang caranya agak… unik.Salah satu contohnya adalah ketika dia memutuskan untuk memasak makan malam romantis di rumahku. "Nail, kamu tinggal duduk manis aja. Malam ini aku yang masak!" katanya dengan penuh semangat.Aku mengangkat alis, agak skeptis. "Kamu? Masak? Yang benar aja, Rey."Dia menepuk dadanya dengan percaya diri. "Tenang, Chef Reyhan di sini siap melayani."Aku memutuskan untuk membiarkannya mencoba, meski aku sudah menyiapkan nomor darurat tukang makanan favorit, just in case. Tak lama kemudian, aroma masakan mulai memenuhi rumah, dan aku harus mengakui, baunya cukup menggoda.Tapi, begitu aku masuk ke dapur, aku langsung tahu bahwa ekspektasi harus diturunkan. Dapur berantakan seperti habis dihantam tornado. Tepun

  • PURA PURA JADIAN   BAB 24: Pensi yang Tak Terlupakan

    ---Hari H pensi akhirnya tiba, dan suasana sekolah berubah menjadi lebih hidup dari biasanya. Setiap sudut dihiasi dengan lampu-lampu berwarna dan poster-poster kreatif. Aku, sebagai panitia, sudah sibuk sejak pagi, memastikan semua berjalan sesuai rencana."Mana Reyhan? Dia udah siap belum?" tanyaku pada Hana, yang juga sibuk membantu di belakang panggung."Tenang aja, Nail. Dia udah di sana, lagi cek sound," jawab Hana sambil tersenyum menggoda. "Gimana, nervous ya lihat pacar sendiri tampil?"Aku mengangkat bahu, meski sebenarnya aku merasa deg-degan. "Bukan nervous, lebih ke penasaran. Dia janji mau nyanyiin lagu spesial buat aku."Hana tertawa kecil. "Ya ampun, romantis banget sih. Jangan sampai kamu nangis di depan panggung, ya."Aku menepis leluconnya dengan senyum kecil, lalu melanjutkan pekerjaanku. Setelah beberapa saat, terdengar suara panggilan untuk Reyhan dan band-nya untuk naik ke panggung. Aku segera bergegas ke depan, mencari tempat terbaik untuk menonton.Reyhan mun

  • PURA PURA JADIAN   BAB 23: Konfrontasi di Studio

    ---Malam itu, aku memutuskan untuk memeriksa sendiri apa yang sebenarnya terjadi di studio tempat Reyhan dan band-nya berlatih. Gosip yang beredar membuat hatiku tidak tenang, dan meskipun Reyhan sudah meyakinkan, aku butuh bukti nyata.Saat aku tiba di studio, aku melihat mereka sedang berlatih. Suara gitar, drum, dan vokal Reyhan mengisi ruangan, menciptakan suasana yang penuh semangat. Tapi perhatianku langsung tertuju pada Reyhan yang sedang bercanda dengan seorang cewek di dekatnya. Mereka tampak akrab, dan hatiku langsung terasa berat."Reyhan," panggilku, mencoba menahan nada suaraku agar tetap tenang.Dia menoleh, terkejut melihatku. "Nail? Kamu kok di sini?""Aku cuma mau lihat latihanmu," jawabku sambil melangkah mendekat, lalu melirik cewek itu. "Siapa dia?"Cewek itu langsung menjawab dengan ramah. "Oh, aku Dinda. Gitaris band ini."Reyhan segera menjelaskan. "Dinda cuma teman latihan, Nail. Nggak ada apa-apa, aku janji."Aku mengangguk pelan, meskipun perasaan cemas masi

  • PURA PURA JADIAN   BAB 22: Fitnah di Balik Layar

    ---Beberapa hari menjelang pensi, suasana sekolah semakin ramai. Tapi, bukan cuma karena persiapan acara yang kian mendekati puncaknya, melainkan juga karena gosip baru yang beredar. Kali ini, desas-desus yang beredar bukan main hebohnya—tentang Reyhan."Eh, lo tahu nggak?" kata salah satu teman panitia dengan nada berbisik tapi jelas terdengar. "Reyhan katanya sering jalan bareng sama Dinda, anak XII IPS 1. Mereka keliatan mesra banget pas latihan."Aku yang sedang sibuk mengatur daftar pengisi acara langsung menghentikan pekerjaanku. Mendengar nama Reyhan dan Dinda disebut dalam satu kalimat membuat jantungku berdegup lebih cepat. "Apa? Siapa Dinda?" tanyaku, mencoba terdengar santai meski dalam hati sudah bergolak."Ya, itu. Anak band juga. Katanya mereka sering latihan bareng, dan... ya gitu deh, keliatan dekat banget," lanjutnya sambil memberikan tatapan penuh arti.Aku mencoba menelan rasa kesal yang mulai merayap. Siapa Dinda? Kenapa Reyhan nggak pernah cerita soal dia? Apa in

  • PURA PURA JADIAN   BAB 21: Drama Pensi Sekolah

    ---Hubungan kami yang akhirnya stabil mulai diuji lagi, kali ini bukan oleh orang ketiga, tapi oleh situasi yang benar-benar baru: persiapan pentas seni (pensi) sekolah. Aku terlibat sebagai anggota panitia, dan tanggung jawabku bukan main banyaknya. Mulai dari dekorasi panggung yang harus megah, daftar pengisi acara, hingga memastikan semuanya berjalan lancar pada hari H.Di sisi lain, Reyhan tergabung dalam band sekolah yang akan tampil di acara puncak. Jadwal latihannya yang padat membuat waktu kami bersama menjadi semakin terbatas. Ini jelas menjadi tantangan baru bagi kami berdua.Suatu sore, setelah rapat panitia yang melelahkan, Reyhan menghampiriku di kantin. "Nail, aku nggak bisa nemenin kamu pulang hari ini. Ada latihan band," katanya sambil menatapku dengan sedikit rasa bersalah.Aku mengangguk pelan, mencoba menyembunyikan rasa kecewaku. "Nggak apa-apa, Rey. Semangat latihannya, ya."Dia tersenyum, lalu mengacak rambutku dengan lembut. "Thanks, Sayang. Aku janji, pas hari

  • PURA PURA JADIAN   BAB 20: Bahagia itu Kepercayaan

    ---Sejak perbincangan terakhir dengan Reyhan, aku berusaha untuk benar-benar mempercayainya. Aku tahu, rasa cemas dan ragu tidak akan membawa kami ke mana-mana. Jadi, aku mulai belajar untuk melepaskan kekhawatiran itu dan fokus pada apa yang benar-benar penting: kebahagiaan kami berdua.Hari-hari berlalu dengan lebih ringan. Reyhan tetap seperti biasa, selalu ada dengan senyumnya yang menenangkan, dan aku mulai merasakan perubahan dalam diriku. Tidak ada lagi malam-malam penuh kecemasan atau telepon mendadak karena rasa curiga yang tidak perlu. Aku merasa lebih bebas, seperti beban besar telah terangkat dari dadaku.Namun, bukan berarti aku sepenuhnya berubah menjadi malaikat sabar. Ada saat-saat di mana kekesalanku masih muncul, terutama ketika Reyhan melakukan hal-hal kecil yang, meskipun tidak signifikan, tetap saja mengganggu. Seperti ketika dia lupa membawa payung saat hujan deras, dan aku harus menjemputnya di sekolah dengan basah kuyup."Rey, serius deh. Kamu itu kan tahu bak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status