Home / Pendekar / PUSAKA PEDANG LANGIT / 1. Tuduhan Palsu

Share

PUSAKA PEDANG LANGIT
PUSAKA PEDANG LANGIT
Author: PengkhayalMalam

1. Tuduhan Palsu

last update Last Updated: 2024-02-12 18:26:27

Bruk!

Suara pukulan keras mengenai perut Zoe. Ia dipukuli habis-habisan oleh Farhan - anak dari pemilik perguruan.

“Dasar pecundang! Begini saja kau tidak bisa melawan!” cibir Farhan dengan sombongnya setelah memukul Zoe karena statusnya sebagai anak angkat pun menjadi bulan-bulanan. Bahkan ia diperlakukan seperti budak.

“Apa salahku? Kenapa kau selalu memukulku?” tanya Zoe yang tersungkur dengan luka di sekujur tubuhnya. Hal yang biasa tapi tidak terbiasa bagi tubuh Zoe yang tak memiliki tenaga dalam membuatnya harus rela diperlakukan seperti budak dan terus dianiaya dengan alasan yang tidak jelas oleh Farhan, anak pemilik perguruan yang selalu dibanggakan kemampuannya.

Di sini, kekuatan menjadi tolak ukur seseorang untuk dihormati. Tak memiliki kekuatan maka ia harus hidup tertindas. Seperti Zoe yang sekarang ini sering mendapatkan siksaan. Sejujurnya, itu sedikit tak adil baginya yang memang tidak memiliki tenaga dalam seperti oleh yang berada di perguruan ini.

“Karena kau lemah. Orang lemah sepertimu tak pantas berada di sini!” Farhan terus mencela, mencibir, dan memandang Zoe dengan tatapan yang sinis dan tidak suka.

Setelah puas memukuli Zoe, Farhan pergi meninggalkannya yang sedang kesakitan sendirian. Tanpa perawatan, tanpa orang yang peduli padanya. Ia berjalan menuju kandang kuda yang selama ini digunakannya sebagai tempat tidur. Bukan tempat yang layak untuk dijadikan kamar tidur bagi makhluk yang disebut manusia.

“Ah, sakit sekali. sampai kapan aku harus menderita? Kenapa aku tak memiliki tenaga dalam sedikit pun?” tanya Zoe lirih dengan dirinya sendiri sambil memegangi perutnya yang nyeri akibat tendangan Farhan. Ia hanya bisa merebahkan tubuhnya yang lemas tak berdaya sambil menatap langit-langit yang hampa. Pada akhirnya, matanya tertutup dengan sendirinya karena lelah. Tertidur dalam balutan rasa sakit fisik maupun batin.

***

Fajar menyingsing, menyapa bumi beserta makhluk hidup di dalamnya. Zoe terbangun bukan karena terbitnya matahari, tetapi terbangun karena dua orang pengawal menyeret tubuhnya. Membuat rasa kantuk pun hilang digantikan dengan keterkejutan yang menguasai tubuhnya.

“Apa yang kalian lakukan? Lepaskan aku!” pekik Zoe sembari berusaha memberontak. Usahanya sia-sia kala kedua pengawal itu lebih besar dari dirinya. Terlebih, kondisi tubuhnya yang sudah lemah tak dihiraukan oleh dua orang pengawal yang membawa dirinya dengan paksa.

“Ada apalagi ini?” batin Zoe kesal. Selalu saja terjadi hal-hal yang membuatnya tak nyaman. Luka yang ia dapat dari hari sebelumnya saja belum sembuh. Kini ia harus diseret pula paksa ke aula.

“Berlutut!” perintah ketua Anglo yang merupakan ayah Farhan sekaligus pemilik perguruan, Dengan suara keras, ia memerintah Zoe berlutut di tengah aula yang dihadiri para murid dan para guru.

Mengikuti perintah ketua, Zoe langsung berlutut sambil memegang perutnya yang sakit. Ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

“Aku membesarkanmu bukan untuk menjadi pencuri. Tapi kau tak punya rasa terima kasih dan jadi pencuri di sini,” kata ketua Anglo terlihat marah dan kecewa paa Zoe. Sedangkan yang dituduh tak tahu apa yang dimaksud oleh ketua.

“Apa yang aku curi, ayah? Aku tak mencuri apapun,” ucap Zoe berusaha membela diri. Ia merasa tak mencuri apapun. Bahkan, semalam ia tidur karena kesakitan. Bukan pengobatan yang ia terima, melainkan tuduhan pencurian yang tidak ia ketahui.

“Kau telah mencuri benda pusaka perguruan. Benda ini ditemukan di tempat tidurmu. Berani-beraninya kau mengelak!” seru ketua dengan marah sembarimenunjukan benda pusaka perguruan sebagai barang bukti.

Bahkan selama Zoe tidur nyenyak, bisa dikatakan ia tak mendengar apapun. Kondisi tubuhnya yang lelah akibat pukulan yang ia terima. Kini ia mendapatkan tuduhan yang tidak ia lakukan.

Suara keras terdengar di aula, Zeo yang mendapat tuduhan mencuri benda pusaka, ia langsung diusir oleh Anglo pemilik perguruan yang merupakan ayah kandungnya sendiri.

Zeo tidak meyangka jika ayahnya sampai semaah itu padahal Zo tidak melakukan apa-apa, ia berusa membela diri. Karena dirinya tidak bersalah. “Dengarkan aku ayah aku tidak mencurinya.”

Sayangnya, perkataan Zoe tak ada yang didengar oleh ayahnya. Ia tetap menyeret Zoe keluar dari peguruan, bahkan di hadapan para murid. Yang lain hanya bisa menatapnya dan tidak ada yang membela Zoe sama sekali.

Murid perguruan bela diri Anglo hanya menatap sinis ke arah Zoe. Seakan membenarkan yang dilakukan mereka oleh Zoe. Padahal mereka sendiri juga tidak tahu kebenarannya.

“Bohong, ayah! Jangan dengarkan dia! Aku saksinya.” Farhan yang ada di belakang Anglo langsung memberikan pernyataan bohong. Sebagai saingan Zoe, juga anak kandung Anglo, Jelas ia tidak suka dengan Zoe. Berbagai cara ia lakukan untuk mengusir Zoe. Kini, ia akhirnya berhadil membuat adiknya diusir dari perguruan.

“Aku benar-benar tidak melakukan hal itu. Percaya padaku, ayah.” Zoe terus membela diri sembari memohon pengampuan pada sang Ayah.

Zoe benar-benar bersimpuh di tanah dengan tak berdaya. Ia tidak memiliki kekuatan beladiri, bahkan sekedar untuk membela dirinya, karena ia mudah terluka dan sudah terluka. Zoe tidak mempedulikan luka di lengan dan lututnya karena diseret keluar. Ia tetap memohon pengampuan pada sang ayah agar tidak diusir dari tempat yang sudah membesarkan dirinya.

Pemandang pilu bagi siapa saja yang melihat. Dan sepertinya, kebencian menutup mata mereka hingga tak ada yang membela dan sebagian hanya melihat segaia tontonan yang seru.

“Kakakmu sudah menjelaskan semua pada ayah. Ayah malu punya anak sepertimu! Sudah tak memiliki kemampun, sekarang jadi pencuri!” teriak sang ayah yang masih dikuasai oleh emosi dan tdak menatap ke arah Zoe yang terus memohon.

“Tidak, ayah. Farhan berbohong. Jangan percaya padanya,” lirih Zoe yang terus memohon belas kasihan dari sang ayah, berharap jika ayahnya mau menyelidiki kebenarannya.

Anglo menatap dengan penuh kebencian setiap pembalasan yang dilontarkan Zoe. Anglo yang tidak melunak tidak mau mendengarkan sedikitpun penjelasan dari Zoe. Bukti dan kesaksian dari Farhan membuat Anglo percaya dengan tuduhan palsu yang ditujukan pada Zoe.

“Ayah tidak perlu mendengarkan dia. Semua sudah jelas. Buktinya sudah ada di depan mata,” potong Farhan yang terus membuat Zoe semakin terpojok. Zoe terus menyakinkan sang ayah.

“Kakak yang memfitnahku,” cakap Zoe membela diri. Ia tidak sanggup dengan apa yang dikatakan oleh Farhan, karena semua itu tidak benar.

Anglo semakin murka mendengar Zoe yang terus menyangkal. Farhan yang ada di samping Anglo terus membuat ayahnya marah supaya tak memberikan kesempatan untuk Zoe bicara. Farhan terus saja memojokkan Zoe.

Situasi tidak mendukung Zoe. Ayahnya yang sudah semakin marah, tatapan buruk dari murid-murid lain membuat Zoe merasa tak berdaya dan tak ada harapan sedikit pun. Semua perkataan dan pembelaannya tidak ada yang mendengarkan.

Tak ada yang berada di pihaknya. Bahkan semua orang yang di sana tahu kebenarannya karena murid-murid aula beladiri juga melihat yang sebenarnya. Tapi, tak ada satu pun yang mau bicara dan mendukung Zoe. Tidak ada yang meyakinkan Anglo bahwa ia tidak melakukan seperti yang mereka tuduhkan.

“Seret dia untuk mendapatkan hukuman!” perintah Anglo yang tak mengampuni perbuatan Zoe. Ia bahkan tak mendengarkan pembelaan Zoe.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sitoy Suwarto
anak angkat atau anak kandung ???.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    136. Keberhasilan Zoe memimpin perguruan

    Tahun-tahun berlalu, dan Zoe terus menunjukkan kepemimpinan yang luar biasa di Perguruan Langit. Di bawah bimbingannya, perguruan itu mengalami banyak perubahan positif dan tumbuh semakin kuat. Keberhasilannya memimpin Perguruan Langit tidak hanya diukur dari kemenangan dalam pertempuran, tetapi juga dari kemajuan dan kedamaian yang dia bawa kepada komunitasnya.Salah satu langkah awal yang Zoe ambil adalah memperbarui kurikulum pelatihan. Dia menggabungkan teknik-teknik baru yang dia pelajari selama misinya dengan tradisi lama yang telah membentuk dasar perguruan. Pendekatannya yang holistik dalam pelatihan—yang mencakup fisik, mental, dan spiritual—meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan para murid. Mereka tidak hanya menjadi pejuang yang kuat, tetapi juga individu yang seimbang dan bijaksana.Zoe juga memperkenalkan program pertukaran dengan perguruan lain. Murid-murid dari Perguruan Langit dikirim untuk belajar di tempat lain, dan sebaliknya, murid dari perguruan lain datang ke P

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    135. Lembah Gelap

    Keesokan harinya, Zoe dan murid-murid Perguruan Langit bersiap untuk berangkat. Mereka mengemas perlengkapan mereka dan mengucapkan selamat tinggal kepada tempat yang telah menjadi rumah dan tempat perlindungan mereka selama ini. Guru Hand dan Guru Liang memimpin kelompok itu, memastikan semua orang siap secara fisik dan mental untuk misi besar ini.Perjalanan mereka membawa mereka melintasi hutan lebat, melewati pegunungan tinggi, dan melalui desa-desa yang dilanda kekhawatiran. Di setiap tempat, Zoe dan yang lainnya mendengar lebih banyak tentang kekuatan gelap yang bangkit, menebarkan ketakutan dan kehancuran. Namun, mereka juga menemukan dukungan dan harapan dari orang-orang yang mempercayai kemampuan mereka untuk mengalahkan ancaman tersebut.Di salah satu desa, mereka bertemu dengan seorang wanita tua bijaksana yang memberikan mereka petunjuk penting. "Di jantung lembah gelap, ada sebuah kuil kuno. Di sana, kalian akan menemukan sumber kekuatan gelap itu. Tapi berhati-hatilah, p

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    134. Sebagai Panutan

    Sebagai panutan, Zoe sering kali mendapati dirinya memberikan bimbingan kepada murid-murid yang lebih muda dan kurang berpengalaman. Dia mengajarkan mereka teknik-teknik bela diri dengan sabar dan penuh perhatian, selalu memastikan bahwa mereka memahami setiap gerakan dan maknanya. Namun, yang lebih penting, Zoe juga mengajarkan nilai-nilai seperti keberanian, ketekunan, dan kejujuran.Satu sore, setelah sesi latihan yang melelahkan, seorang murid muda bernama Kai mendekati Zoe dengan mata penuh rasa ingin tahu. "Zoe, bagaimana kamu bisa begitu kuat dan bijaksana? Apakah ada rahasia tertentu yang kamu miliki?"Zoe tersenyum lembut dan menepuk bahu Kai. "Tidak ada rahasia, Kai. Semua berasal dari kerja keras, kesabaran, dan keinginan untuk terus belajar. Setiap hari adalah kesempatan untuk menjadi lebih baik dari diri kita yang kemarin."Kai mendengarkan dengan seksama, terinspirasi oleh kata-kata Zoe. "Tapi kadang-kadang, rasanya sulit untuk terus berjuang, terutama ketika kita merasa

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    133. Pertandingan

    Setelah kemenangan melawan aliansi bandit, Zoe memimpin Perguruan Langit dengan semangat baru. Dia menyadari bahwa meskipun mereka berhasil mengatasi ancaman besar, tantangan lain mungkin masih menunggu di masa depan. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk meningkatkan kolaborasi dengan desa-desa sekitar dan memperkuat aliansi mereka.Zoe mengadakan pertemuan besar dengan para pemimpin desa di sekitar wilayah Perguruan Langit. Di pertemuan itu, mereka berdiskusi tentang cara terbaik untuk bekerja sama dalam menjaga keamanan dan kemakmuran wilayah mereka. Para pemimpin desa, terkesan dengan kepemimpinan dan kebijaksanaan Zoe, setuju untuk membentuk jaringan pertahanan dan komunikasi yang lebih kuat.Setelah pertemuan tersebut, Zoe merasa lega dan yakin bahwa wilayah mereka akan lebih aman dengan adanya kerjasama yang erat. Namun, dia juga tahu bahwa pekerjaan mereka belum selesai. Dia dan Lian, bersama dengan para guru dan murid lainnya, terus berlatih dan mempersiapkan diri untuk segal

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    132

    Kehidupan di Perguruan Langit berjalan dengan semangat baru setelah keberhasilan mereka membantu desa. Zoe terus memperkuat ikatan antara para anggota perguruan dan memastikan semua orang mendapat pelatihan dan dukungan yang mereka butuhkan.Suatu hari, saat Zoe sedang berjalan di taman perguruan, dia menemukan Master Jaya duduk di bawah pohon besar, tampak merenung. Zoe mendekati dan duduk di sampingnya."Apa yang sedang Anda pikirkan, Master Jaya?" tanya Zoe dengan lembut.Master Jaya tersenyum tipis. "Aku sedang memikirkan masa depan perguruan ini, Zoe. Kamu telah membawa perubahan yang positif, tetapi kita harus tetap waspada dan siap menghadapi segala kemungkinan."Zoe mengangguk. "Saya mengerti, Master. Saya ingin memastikan bahwa perguruan ini tetap kuat dan aman."Master Jaya menatap Zoe dengan penuh kebanggaan. "Aku percaya padamu, Zoe. Ada satu hal yang harus kamu ketahui. Ada sebuah kitab kuno yang tersimpan di dalam perpustakaan rahasia perguruan ini. Kitab itu berisi peng

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    131. Kebenaran Terungkap

    Malam hari, saat bintang-bintang bersinar redup di langit, Zoe duduk sendirian di taman perguruan. Pikirannya penuh dengan berbagai kemungkinan buruk yang bisa terjadi. "Bagaimana jika mereka benar-benar datang?" gumamnya pelan.Di kejauhan, suara langkah kaki mendekat. Zoe menoleh dan melihat sahabatnya, Lian, datang dengan raut wajah serius. "Zoe, kita harus berbicara," kata Lian."Ada apa, Lian? Apa kau juga merasa ada yang aneh belakangan ini?" tanya Zoe dengan nada cemas.Lian mengangguk. "Ya, aku merasakannya juga. Beberapa hari terakhir, aku melihat orang-orang yang mencurigakan di sekitar perguruan. Mereka seperti sedang mengawasi kita."Zoe menghela napas dalam-dalam. "Kita harus waspada. Kita tidak bisa membiarkan mereka mengganggu ketenangan di sini."Lian setuju. "Aku akan berbicara dengan guru dan meminta mereka untuk meningkatkan keamanan. Sementara itu, kita harus tetap bersama dan saling mengawasi."Zoe mengangguk. Mereka berdua tahu bahwa ancaman yang mereka rasakan b

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    130. Penyusupan

    Zoe dan Azil memutuskan untuk tidak hanya mengandalkan informasi dari dalam perguruan. Mereka bertekad untuk menyelidiki lebih jauh tentang ancaman yang telah menyerang Perguruan Langit. Untuk itu, mereka menyamar dan pergi ke tempat-tempat ramai di kota, berharap mendapatkan informasi lebih banyak.Malam itu, Zoe dan Azil mengenakan pakaian sederhana, menyamar sebagai warga biasa. Mereka berjalan menyusuri pasar malam yang penuh dengan pedagang dan pembeli. Cahaya lentera dan suara orang-orang yang bercakap-cakap memenuhi udara, membuat mereka merasa sedikit lebih tenang meskipun waspada."Azil, kita harus mencari informasi tentang siapa yang mengirim para penyerang itu," bisik Zoe.Azil mengangguk. "Aku setuju. Kita harus berhati-hati dan tidak menarik perhatian."Mereka berkeliling pasar, mendengarkan percakapan dan mencoba mencari petunjuk. Di sebuah kedai teh yang ramai, mereka duduk dan memesan minuman sambil mengamati orang-orang di sekitar mereka. Zoe memperhatikan seorang pri

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    129.

    Zoe terus berjuang dengan tekad yang membara. Setiap hari di Perguruan Langit, dia mendorong dirinya lebih keras, berlatih dengan intensitas yang luar biasa. Kehilangan panutan yang sangat dihormatinya hanya memperkuat tekadnya untuk menjadi lebih kuat dan lebih bijaksana.Meskipun rasa kehilangan itu masih terasa menyakitkan, Zoe menemukan cara untuk menghadapinya. Dia mengenang nasihat dan pelajaran yang diterimanya dari panutannya, menjadikan ingatan itu sebagai sumber motivasi. Setiap pukulan, tendangan, dan gerakan dalam latihannya dipenuhi dengan semangat untuk menghormati memori orang yang telah pergi.Zoe melanjutkan latihannya dengan semangat yang tak kenal lelah di Perguruan Langit. Dia mendorong dirinya lebih keras setiap hari, bertekad untuk menjadi pejuang yang kuat dan mandiri. Namun, di balik semangatnya, Zoe menyimpan rasa kehilangan yang mendalam. Beberapa waktu lalu, dia kehilangan seorang panutan yang sangat dia hormati dan sayangi.Meskipun rasa kehilangan itu bera

  • PUSAKA PEDANG LANGIT    128. Pendekatan Zoe

    Dalam sebuah perguruan bela diri yang dikenal sebagai Perguruan Langit, terdapat seorang pemimpin yang bijaksana bernama Guru Hand. Guru Hand tidak hanya dihormati karena keahliannya dalam bela diri, tetapi juga karena kebijaksanaannya dalam memimpin dan mengajar.Zoe, seorang murid berbakat di perguruan tersebut, tidak menyadari bahwa Guru Hand adalah pamannya sendiri. Selama ini, Zoe mengira bahwa Guru Hand adalah orang lain tanpa ikatan keluarga dengannya. Ketidaktahuan Zoe tentang hubungan keluarga ini menambah dinamika menarik dalam cerita, di mana rahasia dan hubungan yang tersembunyi perlahan terungkap seiring berjalannya waktu.Di sebuah sore yang tenang di Perguruan Langit, Zoe sedang duduk di taman perguruan sambil menikmati pemandangan indah di sekitarnya. Guru Hand datang menghampiri Zoe dan duduk di sebelahnya. "Kamu terlihat tenang hari ini, Zoe," kata Guru Hand dengan senyum hangat.Zoe membalas senyum tersebut dan berkata, "Ya, Guru Hand. Sore ini sangat indah. Saya h

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status