Share

PUSAKA PEDANG LANGIT
PUSAKA PEDANG LANGIT
Penulis: PengkhayalMalam

1. Tuduhan Palsu

Bruk!

Suara pukulan keras mengenai perut Zoe. Ia dipukuli habis-habisan oleh Farhan - anak dari pemilik perguruan.

“Dasar pecundang! Begini saja kau tidak bisa melawan!” cibir Farhan dengan sombongnya setelah memukul Zoe karena statusnya sebagai anak angkat pun menjadi bulan-bulanan. Bahkan ia diperlakukan seperti budak.

“Apa salahku? Kenapa kau selalu memukulku?” tanya Zoe yang tersungkur dengan luka di sekujur tubuhnya. Hal yang biasa tapi tidak terbiasa bagi tubuh Zoe yang tak memiliki tenaga dalam membuatnya harus rela diperlakukan seperti budak dan terus dianiaya dengan alasan yang tidak jelas oleh Farhan, anak pemilik perguruan yang selalu dibanggakan kemampuannya.

Di sini, kekuatan menjadi tolak ukur seseorang untuk dihormati. Tak memiliki kekuatan maka ia harus hidup tertindas. Seperti Zoe yang sekarang ini sering mendapatkan siksaan. Sejujurnya, itu sedikit tak adil baginya yang memang tidak memiliki tenaga dalam seperti oleh yang berada di perguruan ini.

“Karena kau lemah. Orang lemah sepertimu tak pantas berada di sini!” Farhan terus mencela, mencibir, dan memandang Zoe dengan tatapan yang sinis dan tidak suka.

Setelah puas memukuli Zoe, Farhan pergi meninggalkannya yang sedang kesakitan sendirian. Tanpa perawatan, tanpa orang yang peduli padanya. Ia berjalan menuju kandang kuda yang selama ini digunakannya sebagai tempat tidur. Bukan tempat yang layak untuk dijadikan kamar tidur bagi makhluk yang disebut manusia.

“Ah, sakit sekali. sampai kapan aku harus menderita? Kenapa aku tak memiliki tenaga dalam sedikit pun?” tanya Zoe lirih dengan dirinya sendiri sambil memegangi perutnya yang nyeri akibat tendangan Farhan. Ia hanya bisa merebahkan tubuhnya yang lemas tak berdaya sambil menatap langit-langit yang hampa. Pada akhirnya, matanya tertutup dengan sendirinya karena lelah. Tertidur dalam balutan rasa sakit fisik maupun batin.

***

Fajar menyingsing, menyapa bumi beserta makhluk hidup di dalamnya. Zoe terbangun bukan karena terbitnya matahari, tetapi terbangun karena dua orang pengawal menyeret tubuhnya. Membuat rasa kantuk pun hilang digantikan dengan keterkejutan yang menguasai tubuhnya.

“Apa yang kalian lakukan? Lepaskan aku!” pekik Zoe sembari berusaha memberontak. Usahanya sia-sia kala kedua pengawal itu lebih besar dari dirinya. Terlebih, kondisi tubuhnya yang sudah lemah tak dihiraukan oleh dua orang pengawal yang membawa dirinya dengan paksa.

“Ada apalagi ini?” batin Zoe kesal. Selalu saja terjadi hal-hal yang membuatnya tak nyaman. Luka yang ia dapat dari hari sebelumnya saja belum sembuh. Kini ia harus diseret pula paksa ke aula.

“Berlutut!” perintah ketua Anglo yang merupakan ayah Farhan sekaligus pemilik perguruan, Dengan suara keras, ia memerintah Zoe berlutut di tengah aula yang dihadiri para murid dan para guru.

Mengikuti perintah ketua, Zoe langsung berlutut sambil memegang perutnya yang sakit. Ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

“Aku membesarkanmu bukan untuk menjadi pencuri. Tapi kau tak punya rasa terima kasih dan jadi pencuri di sini,” kata ketua Anglo terlihat marah dan kecewa paa Zoe. Sedangkan yang dituduh tak tahu apa yang dimaksud oleh ketua.

“Apa yang aku curi, ayah? Aku tak mencuri apapun,” ucap Zoe berusaha membela diri. Ia merasa tak mencuri apapun. Bahkan, semalam ia tidur karena kesakitan. Bukan pengobatan yang ia terima, melainkan tuduhan pencurian yang tidak ia ketahui.

“Kau telah mencuri benda pusaka perguruan. Benda ini ditemukan di tempat tidurmu. Berani-beraninya kau mengelak!” seru ketua dengan marah sembarimenunjukan benda pusaka perguruan sebagai barang bukti.

Bahkan selama Zoe tidur nyenyak, bisa dikatakan ia tak mendengar apapun. Kondisi tubuhnya yang lelah akibat pukulan yang ia terima. Kini ia mendapatkan tuduhan yang tidak ia lakukan.

Suara keras terdengar di aula, Zeo yang mendapat tuduhan mencuri benda pusaka, ia langsung diusir oleh Anglo pemilik perguruan yang merupakan ayah kandungnya sendiri.

Zeo tidak meyangka jika ayahnya sampai semaah itu padahal Zo tidak melakukan apa-apa, ia berusa membela diri. Karena dirinya tidak bersalah. “Dengarkan aku ayah aku tidak mencurinya.”

Sayangnya, perkataan Zoe tak ada yang didengar oleh ayahnya. Ia tetap menyeret Zoe keluar dari peguruan, bahkan di hadapan para murid. Yang lain hanya bisa menatapnya dan tidak ada yang membela Zoe sama sekali.

Murid perguruan bela diri Anglo hanya menatap sinis ke arah Zoe. Seakan membenarkan yang dilakukan mereka oleh Zoe. Padahal mereka sendiri juga tidak tahu kebenarannya.

“Bohong, ayah! Jangan dengarkan dia! Aku saksinya.” Farhan yang ada di belakang Anglo langsung memberikan pernyataan bohong. Sebagai saingan Zoe, juga anak kandung Anglo, Jelas ia tidak suka dengan Zoe. Berbagai cara ia lakukan untuk mengusir Zoe. Kini, ia akhirnya berhadil membuat adiknya diusir dari perguruan.

“Aku benar-benar tidak melakukan hal itu. Percaya padaku, ayah.” Zoe terus membela diri sembari memohon pengampuan pada sang Ayah.

Zoe benar-benar bersimpuh di tanah dengan tak berdaya. Ia tidak memiliki kekuatan beladiri, bahkan sekedar untuk membela dirinya, karena ia mudah terluka dan sudah terluka. Zoe tidak mempedulikan luka di lengan dan lututnya karena diseret keluar. Ia tetap memohon pengampuan pada sang ayah agar tidak diusir dari tempat yang sudah membesarkan dirinya.

Pemandang pilu bagi siapa saja yang melihat. Dan sepertinya, kebencian menutup mata mereka hingga tak ada yang membela dan sebagian hanya melihat segaia tontonan yang seru.

“Kakakmu sudah menjelaskan semua pada ayah. Ayah malu punya anak sepertimu! Sudah tak memiliki kemampun, sekarang jadi pencuri!” teriak sang ayah yang masih dikuasai oleh emosi dan tdak menatap ke arah Zoe yang terus memohon.

“Tidak, ayah. Farhan berbohong. Jangan percaya padanya,” lirih Zoe yang terus memohon belas kasihan dari sang ayah, berharap jika ayahnya mau menyelidiki kebenarannya.

Anglo menatap dengan penuh kebencian setiap pembalasan yang dilontarkan Zoe. Anglo yang tidak melunak tidak mau mendengarkan sedikitpun penjelasan dari Zoe. Bukti dan kesaksian dari Farhan membuat Anglo percaya dengan tuduhan palsu yang ditujukan pada Zoe.

“Ayah tidak perlu mendengarkan dia. Semua sudah jelas. Buktinya sudah ada di depan mata,” potong Farhan yang terus membuat Zoe semakin terpojok. Zoe terus menyakinkan sang ayah.

“Kakak yang memfitnahku,” cakap Zoe membela diri. Ia tidak sanggup dengan apa yang dikatakan oleh Farhan, karena semua itu tidak benar.

Anglo semakin murka mendengar Zoe yang terus menyangkal. Farhan yang ada di samping Anglo terus membuat ayahnya marah supaya tak memberikan kesempatan untuk Zoe bicara. Farhan terus saja memojokkan Zoe.

Situasi tidak mendukung Zoe. Ayahnya yang sudah semakin marah, tatapan buruk dari murid-murid lain membuat Zoe merasa tak berdaya dan tak ada harapan sedikit pun. Semua perkataan dan pembelaannya tidak ada yang mendengarkan.

Tak ada yang berada di pihaknya. Bahkan semua orang yang di sana tahu kebenarannya karena murid-murid aula beladiri juga melihat yang sebenarnya. Tapi, tak ada satu pun yang mau bicara dan mendukung Zoe. Tidak ada yang meyakinkan Anglo bahwa ia tidak melakukan seperti yang mereka tuduhkan.

“Seret dia untuk mendapatkan hukuman!” perintah Anglo yang tak mengampuni perbuatan Zoe. Ia bahkan tak mendengarkan pembelaan Zoe.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status