Bruk!
Suara pukulan keras mengenai perut Zoe. Ia dipukuli habis-habisan oleh Farhan - anak dari pemilik perguruan.“Dasar pecundang! Begini saja kau tidak bisa melawan!” cibir Farhan dengan sombongnya setelah memukul Zoe karena statusnya sebagai anak angkat pun menjadi bulan-bulanan. Bahkan ia diperlakukan seperti budak.“Apa salahku? Kenapa kau selalu memukulku?” tanya Zoe yang tersungkur dengan luka di sekujur tubuhnya. Hal yang biasa tapi tidak terbiasa bagi tubuh Zoe yang tak memiliki tenaga dalam membuatnya harus rela diperlakukan seperti budak dan terus dianiaya dengan alasan yang tidak jelas oleh Farhan, anak pemilik perguruan yang selalu dibanggakan kemampuannya. Di sini, kekuatan menjadi tolak ukur seseorang untuk dihormati. Tak memiliki kekuatan maka ia harus hidup tertindas. Seperti Zoe yang sekarang ini sering mendapatkan siksaan. Sejujurnya, itu sedikit tak adil baginya yang memang tidak memiliki tenaga dalam seperti oleh yang berada di perguruan ini.“Karena kau lemah. Orang lemah sepertimu tak pantas berada di sini!” Farhan terus mencela, mencibir, dan memandang Zoe dengan tatapan yang sinis dan tidak suka.Setelah puas memukuli Zoe, Farhan pergi meninggalkannya yang sedang kesakitan sendirian. Tanpa perawatan, tanpa orang yang peduli padanya. Ia berjalan menuju kandang kuda yang selama ini digunakannya sebagai tempat tidur. Bukan tempat yang layak untuk dijadikan kamar tidur bagi makhluk yang disebut manusia.“Ah, sakit sekali. sampai kapan aku harus menderita? Kenapa aku tak memiliki tenaga dalam sedikit pun?” tanya Zoe lirih dengan dirinya sendiri sambil memegangi perutnya yang nyeri akibat tendangan Farhan. Ia hanya bisa merebahkan tubuhnya yang lemas tak berdaya sambil menatap langit-langit yang hampa. Pada akhirnya, matanya tertutup dengan sendirinya karena lelah. Tertidur dalam balutan rasa sakit fisik maupun batin.***Fajar menyingsing, menyapa bumi beserta makhluk hidup di dalamnya. Zoe terbangun bukan karena terbitnya matahari, tetapi terbangun karena dua orang pengawal menyeret tubuhnya. Membuat rasa kantuk pun hilang digantikan dengan keterkejutan yang menguasai tubuhnya.“Apa yang kalian lakukan? Lepaskan aku!” pekik Zoe sembari berusaha memberontak. Usahanya sia-sia kala kedua pengawal itu lebih besar dari dirinya. Terlebih, kondisi tubuhnya yang sudah lemah tak dihiraukan oleh dua orang pengawal yang membawa dirinya dengan paksa.“Ada apalagi ini?” batin Zoe kesal. Selalu saja terjadi hal-hal yang membuatnya tak nyaman. Luka yang ia dapat dari hari sebelumnya saja belum sembuh. Kini ia harus diseret pula paksa ke aula.“Berlutut!” perintah ketua Anglo yang merupakan ayah Farhan sekaligus pemilik perguruan, Dengan suara keras, ia memerintah Zoe berlutut di tengah aula yang dihadiri para murid dan para guru.Mengikuti perintah ketua, Zoe langsung berlutut sambil memegang perutnya yang sakit. Ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.“Aku membesarkanmu bukan untuk menjadi pencuri. Tapi kau tak punya rasa terima kasih dan jadi pencuri di sini,” kata ketua Anglo terlihat marah dan kecewa paa Zoe. Sedangkan yang dituduh tak tahu apa yang dimaksud oleh ketua.“Apa yang aku curi, ayah? Aku tak mencuri apapun,” ucap Zoe berusaha membela diri. Ia merasa tak mencuri apapun. Bahkan, semalam ia tidur karena kesakitan. Bukan pengobatan yang ia terima, melainkan tuduhan pencurian yang tidak ia ketahui.“Kau telah mencuri benda pusaka perguruan. Benda ini ditemukan di tempat tidurmu. Berani-beraninya kau mengelak!” seru ketua dengan marah sembarimenunjukan benda pusaka perguruan sebagai barang bukti.Bahkan selama Zoe tidur nyenyak, bisa dikatakan ia tak mendengar apapun. Kondisi tubuhnya yang lelah akibat pukulan yang ia terima. Kini ia mendapatkan tuduhan yang tidak ia lakukan.Suara keras terdengar di aula, Zeo yang mendapat tuduhan mencuri benda pusaka, ia langsung diusir oleh Anglo pemilik perguruan yang merupakan ayah kandungnya sendiri.Zeo tidak meyangka jika ayahnya sampai semaah itu padahal Zo tidak melakukan apa-apa, ia berusa membela diri. Karena dirinya tidak bersalah. “Dengarkan aku ayah aku tidak mencurinya.”Sayangnya, perkataan Zoe tak ada yang didengar oleh ayahnya. Ia tetap menyeret Zoe keluar dari peguruan, bahkan di hadapan para murid. Yang lain hanya bisa menatapnya dan tidak ada yang membela Zoe sama sekali.Murid perguruan bela diri Anglo hanya menatap sinis ke arah Zoe. Seakan membenarkan yang dilakukan mereka oleh Zoe. Padahal mereka sendiri juga tidak tahu kebenarannya.“Bohong, ayah! Jangan dengarkan dia! Aku saksinya.” Farhan yang ada di belakang Anglo langsung memberikan pernyataan bohong. Sebagai saingan Zoe, juga anak kandung Anglo, Jelas ia tidak suka dengan Zoe. Berbagai cara ia lakukan untuk mengusir Zoe. Kini, ia akhirnya berhadil membuat adiknya diusir dari perguruan.“Aku benar-benar tidak melakukan hal itu. Percaya padaku, ayah.” Zoe terus membela diri sembari memohon pengampuan pada sang Ayah.Zoe benar-benar bersimpuh di tanah dengan tak berdaya. Ia tidak memiliki kekuatan beladiri, bahkan sekedar untuk membela dirinya, karena ia mudah terluka dan sudah terluka. Zoe tidak mempedulikan luka di lengan dan lututnya karena diseret keluar. Ia tetap memohon pengampuan pada sang ayah agar tidak diusir dari tempat yang sudah membesarkan dirinya.Pemandang pilu bagi siapa saja yang melihat. Dan sepertinya, kebencian menutup mata mereka hingga tak ada yang membela dan sebagian hanya melihat segaia tontonan yang seru.“Kakakmu sudah menjelaskan semua pada ayah. Ayah malu punya anak sepertimu! Sudah tak memiliki kemampun, sekarang jadi pencuri!” teriak sang ayah yang masih dikuasai oleh emosi dan tdak menatap ke arah Zoe yang terus memohon.“Tidak, ayah. Farhan berbohong. Jangan percaya padanya,” lirih Zoe yang terus memohon belas kasihan dari sang ayah, berharap jika ayahnya mau menyelidiki kebenarannya.Anglo menatap dengan penuh kebencian setiap pembalasan yang dilontarkan Zoe. Anglo yang tidak melunak tidak mau mendengarkan sedikitpun penjelasan dari Zoe. Bukti dan kesaksian dari Farhan membuat Anglo percaya dengan tuduhan palsu yang ditujukan pada Zoe.“Ayah tidak perlu mendengarkan dia. Semua sudah jelas. Buktinya sudah ada di depan mata,” potong Farhan yang terus membuat Zoe semakin terpojok. Zoe terus menyakinkan sang ayah.“Kakak yang memfitnahku,” cakap Zoe membela diri. Ia tidak sanggup dengan apa yang dikatakan oleh Farhan, karena semua itu tidak benar.Anglo semakin murka mendengar Zoe yang terus menyangkal. Farhan yang ada di samping Anglo terus membuat ayahnya marah supaya tak memberikan kesempatan untuk Zoe bicara. Farhan terus saja memojokkan Zoe.Situasi tidak mendukung Zoe. Ayahnya yang sudah semakin marah, tatapan buruk dari murid-murid lain membuat Zoe merasa tak berdaya dan tak ada harapan sedikit pun. Semua perkataan dan pembelaannya tidak ada yang mendengarkan.Tak ada yang berada di pihaknya. Bahkan semua orang yang di sana tahu kebenarannya karena murid-murid aula beladiri juga melihat yang sebenarnya. Tapi, tak ada satu pun yang mau bicara dan mendukung Zoe. Tidak ada yang meyakinkan Anglo bahwa ia tidak melakukan seperti yang mereka tuduhkan.“Seret dia untuk mendapatkan hukuman!” perintah Anglo yang tak mengampuni perbuatan Zoe. Ia bahkan tak mendengarkan pembelaan Zoe.Anglo yang begitu membenci Zoe, juga tak memiliki kekuatan, membuat Anglo juga tak segan menghukum Anglo yang hanya dianggap anak angkatnya yang tak berguna. Kalau bukan karena seseorang mendorong Anglo menjadikan Zoe anak angkatnya, ia juga tidak mau memasukkan anak yang bahkan tak memiliki tenaga dalam ke aula perguruannya yang terkenal hebat dengan kekuatan fisik. “Kalau bukan karean permintaan temanku, aku sudah membuangmu dari lama. Ini tidak akan berat. Ia hanya akan diasingkan di hutan yang tak berbahaya,” batin Anglo yang hanya ingin memberikan pelajaran pada Zoe dan diasingkan saja. Zoe yang masih bersimpuh dengan penuh luka, semakin terpuruk karena tak ada pembelaan untuk dirinya. Ia benar-benar merasa dunia sudah runtuh seakan tidak ada lagi kebenaran di sana. “Biar aku saja yang urus pencuri ini, ayah. Ayah istirahat saja,” tukas Farhan yang menggantikan ayahnya untuk memberikan hukuman pada sang adik. “Baiklah. Bawa pergi adimu keluar dari aula ini. Ia dihukum di
Farhan kembali melangkahkan kakinya masuk ke perguruan dengan gagah. Ia yang merasa seperti pemenang dalam sebuah pertandingan segera menghadap sang ayah jika ia sudah melakukan tugasnya. Walau apa yang sudah ia lakukan tidak sesuai perintah, ia puas membayangkan Zoe yang mati dalam hutan dimakan binatang buas. “Lapor, ayah. Aku sudah menjalan tugas dengan memberikan hukuman pada Zoe ke tempat pengasingan.” Farhan memberikan laporan palsu pada sang ayah. Ia tidak mengatakan yang sebenarnnya jika Zoe dibuang ke hutan kematian. Farhan yang tahu bahayanya hutan kematian tak ingin jujur pada ayahnya. Pasti hal itu akan membuat sang Ayah marah, karena Farhan sadar jika sang ayah hanya memberikan hukuman pengasingan pada Zoe dan tidak sampai membuangnya. “Aku berterima kasih padamu. Kau memang yang bisa diandalkan,” ucap Anglo bangga dengan apa yang sudah dilakukan oleh Farhan tanpa tahu fakta sebenarnya perihal kondisi Zoe. Juga dengan kebohongan yang Farhan buat demi mengusir sainga
Auman singa terdengar sangat keras. Zoe sadar jika dirinya dalam bahaya. Ia segera bangkit dan menaiki pohon demi keselamatannya. “Aku kira tak ada siapapun. Ternyata ada hewan yang sedang mengincarku,” batin Zoe sambil mengawasi sekitar. Ia mencoba bertahan di atas pohon tanpa menimbulkan suara apapun. Seekor Singa berjalan mendekatinya, berputar-putar cukup lama di bawah pohon tempat Zoe berlindung. Suasana tegang membuat Zoe mencoba menahan napas. Ia mencoba menyamarkan keberadaannya sembari terus mengawasi pergerakan singa tersebut. Sayangnya ia tidak bisa turun sekarang. Siang itu masih terlihat wasdapa menunggu mangsa yang tiba-tiba saja hilang. Keberuntungan datang ketika singa menyadari ada mangsa lain. Sekumpulan kijang sedang asik memakan rumput, menarik perhatian sang sing, membuatnya meninggalkan pohon tempat Zoe bersembunyi.Zoe akhirnya turun dan tak bisa tinggal diam. Ia segera mencari tempat bermalam sambil terus berjalan tanpa arah. Tak sengaja ia menemukan sebuah
Satu fakta yang tidak pernah ia ketahui, jika kekuatannya selama ini tersegel. Sebenarnya banyak hal yang ingin ditanyakan. Ia juga ingin berlatih pedang dengan kakek tadi yang terlihat hebat. Bahkan kakek itu bisa menyimpan kekuatannya sendiri untuk bisa melihat pemilik pedang langit selanjutnya. Zoe yang masih terheran belum bisa memutuskan apapun. Ia menyimpan dan membuka pedang itu. Sepertinya pedang itu bisa menyesuaikan diri. Ia bahkan mudah disimpan dan tak melukainya meski tanpa sarung pedang. Zoe mulai membuka kitab pedang itu untuk berlatih sesuai pesan kakek tadi yang tidak sempat ia tanyakan namanya. “Aku bahkan belum menanyakan nama kakek itu. Dia terlihat hebat. Aku sampai bisa merasakan tenaga dalamnya yang besar. Aku juga merasa tubuhku semakin ringan sekarang,” ucap Zoe sambil membuka kitab dan mencoba membacanya. Setelah dibaca, ternyata kitab itu sangat mudah dipelajari. Zoe memulai mengayunkan pedang untuk berlatih. Ternyata pedang itu sangat ringan. Rasa saki
Strang! Strang! Strang! Suara senjata tajam saling beradu. Zoe datang ke gudang senjata bawah tanah untuk ikut bertanding. Ia menghampiri seseorang yang menentukan pertandingan itu. “Aku ingin ikut bertanding,” kata Zoe pada penjaga di sana. “Bertaruh atau bertanding?” tanya penjaga melihat Zoe yang baru datang, takutnya salah ucap. Bisa saja nyawanya akan melayang sia-sia. “Bertanding,” jawab Zoe yakin dengan kemampuannya pasti bisa. Ia yakin akan menang karena sudah berlatih. Jadi hanya ini kesempatannya untuk memang. “Baiklah. Dengan senjata atau tangan kosong?” tanya penjaga yang merasa tidak yakin dengan Zoe. Memang dari penampilannya tidak menunjukkan ia orang kuat atau memiliki tenaga dalam. “Senjata. Aku membawa pedang,” jawab Zoe dengan polosnya. Ia sendiri tak sadar persaingan di sana ketat. “Nama?” tanya Penjaga selanjutnya yang siap mencatat peserta yang akan bertanding. “Zoe,” jawabnya singkat sambil melihat orang-orang yang berdatangan. “Kau bisa ke sebelah sa
Keributan yang ditimbulkan oleh anak buah Bani, menyebar dengan cepat, hingga kabar itu sampai ke telinga Farhan. Nama Zoe yang semakin terkenal dengan kehebatannya, yang bahkan pemilik gudang senjata sampai mencarinya keseluruhan penjuru kota.“Kau dengar kabar jika Bani mencari Zoe,” kata Anglo yang mendengar kabar yang sedang santer dibicarakan orang, tentang seorang pendekar pedang yang sedang dicari Bani, karena tak mau mengambil hadiahnya setelah memenangkan pertandingan.Anglo yang tak ragu dengan kabar Zoe mencoba menanyakan itu pada Farhan, ia duduk bersama anaknya dan beberapa tetua. Apalagi Zoe hanya diasingkan dan bisa saja ia keluar dari pengasingan. Anglo tak pernah tahu apa yang sudah dilakukan Farhan selama ini, jika Zoe sudah di buang ke hutan kematian yang penuh misteri. “Iya Ayah, tapi itu jelas bukan Zoe kita,” jawab Farhan dengan yakin, belum genap satu tahun masa hukuman Zoe. Tidak mungkin ia bisa jadi pendekar, sekalipun Zoe bisa lolos dari kematian.Mendengar
Sungguh kesal perasaan Zoe saat ini, ia yang sudah berlatih keras tak dapat melakukan apa-apa saat di serang oleh Farhan. Kekuatan yang menghilang membuat ia sakit hati, apalagi hasil latihannya sia-sia karena ia tak bisa menghajar Farhan.“Ini menyebalkan. Bagaimana aku bisa memiliki tubuh selemah ini,” gerutu Zoe yang masih belum bisa dikatakan kuat padahal ia sudah mempelajari semua jurus pedang yang ada di kitab.Zoe yang terbaring dekat peti mati Kakek tua, ingat kejadian saat pedang langit memilihnya dan kitab pedang pemberian sang Kakek. Seakan semua tak berguna karena ia masih saja lemah, membuatnya kesal dengan semua keinginannya untuk jadi lebih hebat.“Wahai kakek hantu apakah kitab pedang yang kau berikan itu jurus lemah. Sialnya aku percaya begitu saja,” kesal Zoe yang tak bisa jadi pendekar hebat setelah mempelajari jurus pedang dari sang Kakek. Bahkan ia masih terkapar dan terbaring lemah tak berdaya.“Kau jangan mengumpat ku, padahal peti matiku saja masih ada disampin
Farhan yang kembali ke perguruan bersama empat orang pengawalnya, melaporkan apa yang sudah ia lihat pada sang Ayah. Dengan langkah gagah, Farhan berjalan menuju aula beladiri. Ia berjalan menghadap sang ayah, di hadapan para guru.Farhan memiliki cara tersendiri untuk bisa menarik perhatian. Dengan begitu semua orang akan segan dengannya.“Lapor, Ayah. Aku sudah menemukan Zoe.” Farhan membungkuk di hadapan sang Ayah, untuk memberikan laporan apa yang sudah ia lakukan tadi.“Benarkah dia yang dicari Bani?” tanya Anglo yang tak sabar mendengar kabar anak tirinya yang sedang dihukum di pengasingan.“Bukan, Ayah. Zoe tidak memiliki kekuatan sama sekali, dia masih tetap sama,” jawab Farhan penuh dengan keyakinan. Setelah ia puas menghajar Zoe, tentunya ia tak ragu jika Zoe itu benar tak punya kekuatan.“Sudah kuduga, lalu siapa yang sedang dicari Bani?” tanya Anglo yang penasaran dengan orang yang dicari oleh rivalnya itu. Selama ini keberadaan Bani dan gudang senjata sudah bukan lagi ra