Share

2. Hutan Kematian

Anglo yang begitu membenci Zoe, juga tak memiliki kekuatan, membuat Anglo juga tak segan menghukum Anglo yang hanya dianggap anak angkatnya yang tak berguna.

Kalau bukan karena seseorang mendorong Anglo menjadikan Zoe anak angkatnya, ia juga tidak mau memasukkan anak yang bahkan tak memiliki tenaga dalam ke aula perguruannya yang terkenal hebat dengan kekuatan fisik.

“Kalau bukan karean permintaan temanku, aku sudah membuangmu dari lama. Ini tidak akan berat. Ia hanya akan diasingkan di hutan yang tak berbahaya,” batin Anglo yang hanya ingin memberikan pelajaran pada Zoe dan diasingkan saja.

Zoe yang masih bersimpuh dengan penuh luka, semakin terpuruk karena tak ada pembelaan untuk dirinya. Ia benar-benar merasa dunia sudah runtuh seakan tidak ada lagi kebenaran di sana.

“Biar aku saja yang urus pencuri ini, ayah. Ayah istirahat saja,” tukas Farhan yang menggantikan ayahnya untuk memberikan hukuman pada sang adik.

“Baiklah. Bawa pergi adimu keluar dari aula ini. Ia dihukum di tempat pengasinan selama setahun dan tidak boleh masuk ke aula ini lagi.”

Mendengar itu, Zoe benar-benar terpukul. Melihat ayahnya pergi setelah mengatakan hal tersebut membuat hatinya sakit. Ia mencoba menahan amarah dan rasa sakitnya memandang punggung sang ayah yang berjalan menjauh dari tempat itu.

Zoe benar -benar hancur. Hukuman atas hal yang tidak ia lakukan membuatnya marah pada keadaan. Ia melihat sekeliling aula dan semua orang menatapnya dengan sinis seperti tak peduli lagi. Bagaimana bisa orang-orang begitu membencinya, padahal Zoe tak sekalipun mengganggu mereka.

Zoe benar-benar diusir dari aula beladiri yang merupakan rumahnya sendiri, Anglo yang meninggalkannya membuat Zoe benar-benar sakit hati. Tersisa Farhan dengan tatapan benci penuh kemenangan yang sedang berdiri untuk kembali memukul Zoe tanpa ampun.

Murid perguruan pun tak mau tinggal diam, mereka mulai mengeluarkan kata-kata buruk setelah melihat Farhan memulai menyikat Zoe. Semua murid menghina Zoe dan tidak ada yang membela Zoe sedikitpun.

“Dasar pecundang!” umpat Farhan dengan bangga sambil menyerat Zoe dan memukulnya. Tak ada belas kasihan sedikitpun yang ditujukan oleh Farhan.

“Hukuman itu pantas untuk pecundang yang menggunakan jalan pintas,” teriak salah seorang murid mencoba menghina Zoe saat diseret keluar.

“Kalau tidak punya kemampuan, jangan mencuri,”

Cacian dari para murid yang terucap membuat Zoe menahan semua rasa marahnya. Pukulan yang dilayangkan Farhan terus ia terima. Fisiknya makin lemah, ia tak lagi sanggup berdiri.

“Kau dengar cacian itu? Semua itu untukmu. Pecundang yang tak memiliki kemampuan beladiri tidak pantas berada di sini,” Farhan menarik Zoe dengan kasar membawanya ke gerbang barat yang langsung berbatasan dengan hutan kematian.

Berbeda dari tempat pengasingan yang ditunjukan oleh sang ayah yang ada di gerbang timur, Farhan malah membawa Zoe ke gerbang lain. Ia berniat untuk membiarkan Zoe dimakan binatang buas setelah ia memukuli Zoe sampai tak berdaya.

Zoe sulit untuk berbicara. Tenaganya sudah habis terkuras. Ia benar-benar ingin membalas cacian itu. Sayangnya, kekuatannya habis. Apalagi ia tidak memiliki nama dan tidak punya kemampuan beladiri mendapat serangan dari Farhan yang merupakan kakaknya sendiri, yang dengan tega memfitnahnya demi mengusir Zeo.

Kemampuan Farhan jelas diakui di perguruan. Bahkan ia penerus perguruan yang di urus langsung oleh sang ayah. Zoe yang tak layak bersaing mendapat perlakukan buruk hingga ia dibuang ke hutan kematian.

“Matilah kau. Tak ada yang akan bisa menolongmu,” geram Farhan setelah berhasil membawa Zoe ke hutan kematian. Tak banyak yang bisa dilakukan oleh Zoe dengan tubuhnya yang lemah bersimbah darah.

Farhan yang tahu perintah ayahnya, mencoba menyabotase dan membuang Farhan di hutan paling berbahaya di perguruan, terlebih untuk Zoe yang tak memiliki kemampuan. Orang yang memiliki kekuatan saja bisa mati terbunuh dimakan binatang buas di hutan itu. Sadar dan tahu akan keganasan hutan misteri, Farhan segaja membuang Zoe di sana.

“Kenapa kau membawaku ke sini? Ayah bilang aku hanya diasingkan,” lirih Zoe yang sadar akan keanehan. Ia tahu bahwa hukumannya hanya diasingkan selama satu tahun. Bukan dibuang dalam hutan kematian. Semua itu akan menjadi jelas jika Farhan sengaja melakukan itu.

“Terserah padaku!” bentak Farhan seraya melempar tubuh Zoe yang tak berdaya dan segera meninggalkan Zoe sendirian di dalam hutan.

Zoe sadar dan tahu walau dia hanya anak angkat dan diperlakukan sebagai budak, tapi jika Anglo tahu akan seperti ini kejadiannya, Anglo tidak akan mungkin membiarkannya sampai dirinya dibunuh Farhan. Jika pun ia akan dibunuh seharusnya sudah sejak lama dilakukan. Dan Anglo tak melakukannya.

Pengawal dan Farhan segera kembali ke perguruan untuk melapor bahwa mereka sudah menghukum Zoe sesuai perintah Anglo.

“Apakah aku bisa bertahan di dalam hutan kematian dengan tubuh penuh luka? Bahkan tak akan ada orang yang berani ke mari tanpa senjata,” kata Zoe yang terbaring lemah tak berdaya ditinggalkan begitu saja oleh Farhan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status