Share

5. Tantangan Untuk Bertarung

Satu fakta yang tidak pernah ia ketahui, jika kekuatannya selama ini tersegel. Sebenarnya banyak hal yang ingin ditanyakan. Ia juga ingin berlatih pedang dengan kakek tadi yang terlihat hebat. Bahkan kakek itu bisa menyimpan kekuatannya sendiri untuk bisa melihat pemilik pedang langit selanjutnya.

Zoe yang masih terheran belum bisa memutuskan apapun. Ia menyimpan dan membuka pedang itu. Sepertinya pedang itu bisa menyesuaikan diri. Ia bahkan mudah disimpan dan tak melukainya meski tanpa sarung pedang.

Zoe mulai membuka kitab pedang itu untuk berlatih sesuai pesan kakek tadi yang tidak sempat ia tanyakan namanya.

“Aku bahkan belum menanyakan nama kakek itu. Dia terlihat hebat. Aku sampai bisa merasakan tenaga dalamnya yang besar. Aku juga merasa tubuhku semakin ringan sekarang,” ucap Zoe sambil membuka kitab dan mencoba membacanya.

Setelah dibaca, ternyata kitab itu sangat mudah dipelajari. Zoe memulai mengayunkan pedang untuk berlatih. Ternyata pedang itu sangat ringan. Rasa sakitnya juga mulai menghilang.

Karena rasa senangnya bisa memiliki kekuatan dan sebuah pedang kini jadi miliknya, ia berlatih semalaman tanpa henti. Semangat yang menggebu, keinginan yang terkabul. Motivasi ingin menjadi kuat kini nyata. Hingga pagi menyapa, tubuh manusia yang ada batasannya membuat Zoe lapar. Suara perutnya bahkan terdengar di dalam gua yang sepi.

Sambil membawa pedangnya Zoe keluar untuk mencari makan, ia tahu jika akan ada banyak binatang buas di hutan. Benar saja, belum melangkah jauh seekor singa kembali menghadang. Berbekal pedang dan latihan ringan semalam, Zoe maju melawan singa itu dengan keberanian.

Brug! Brug! Brug!

Zoe yang tak memiliki pengalaman bertarung pun mampu melumpuhkan singa itu dengan banyak luka sayatan di tubuh. Rasa perih membuat Zoe merintih kesakitan.

“Ternyata aku masih belum hebat,” ucap Zoe sadar saat tubuhnya penuh luka meski singa itu berhasil ia bunuh.

Dengan sisa tenaga, ia memetik beberapa buah dan menyimpannya untuk memanggang daging singa yang sudah dikalahkan. Ukuran yang besar membuat Zoe tidak bisa menghabiskan semua. Jadi, ia membiarkan sisa makanannya dimakan oleh hewan lain.

Rasa laparnya sudah terobati, ia kembali ke gua untuk tidur. Peti yang semalam Zoe jadikan kasur karena itu lebih nyaman dari pada tidur di atas batu.

Zoe terus berlatih meningkatkan kemampuannya. Dengan usahanya sendiri, ia ingin mencoba mengukur kekuatannya. Ia mencoba keluar dari hutan menuju ke pasar. Ia rasa di pasar banyak informasi yang bisa ia dapat. Ia yang sudah biasa hidup di hutan kini berusaha untuk berbaur dengan masyarakat.

Saat melewati toko senjata, tak sengaja ia mendengar dua orang yang sedang asik membicarakan pertandingan.

“Maaf, kalau boleh tahu ada pertandingan di mana?” tanya Zoe pada penjaga toko.

“Jangan keras-keras suaramu. Ini pertandingan ilegal yang dilakukan di gudang senjata bawah tanah,” kata penjaga toko menyampaikan pada Zoe. Informasi yang baru saja ia dapatkan menjelaskan pertandingan itu tidak resmi dan informasi juga terbatas.

“Sepertinya seru. Bagaimana caranya agar aku bisa ikut?” tanya Zoe tertarik sembari mengukur kemampuannya.

Zoe sadar ia yang latihan sendiri akan sulit untuk mengukur kemampuannya tanpa pertandingan. Jadi ia memilih pertandingan yang tidak resmi.

“Tinggal datang saja nanti malam dan ikut bertanding. Yang menang dapat lima puluh persen dari hasil taruhan,” bisik penjaga toko menawarkan penawaran yang menarik jika ingin berjudi dan bertaruh yang pada pertandingan itu.

“Boleh menggunakan senjata?” tanya Zoe yang akan menggunakan pedangnya.

“Tentu saja di sana bebas. Aku sudah dua kali ikut bertaruh dan kalah. Apa kau mau ikut bertaruh juga?” tanya penjaga toko yang belum pernah melihat Zoe sebelumnya.

“Tidak. Aku hanya ingin ikut bertanding,” jawab Zoe yakin. Ia ingin mengukur kemampuannya dalam pertandingan nanti.

Zoe yang akan menggunakan seluruh kekuatannya pun tidak akan mau kalah. Ia sudah berlatih berbulan-bulan, tentunya sudah semakin kuat. Dan harusnya semakin kuat. Hanya saja, ia tak memiliki lawan dalam latihan. Jadi, iia tidak tahu sejauh mana kemampuannya itu.

“Jangan bercanda. Di sana kumpulan orang-orang hebat. Termasuk pendekar bayar. Nyawamu bisa terancam,” kata penjaga toko memperingati. Karena ia sering berada di sana jadi jelas ia tahu apa yang akan terjadi bagi orang yang tak memiliki kemapuan.

“Bertaruhlah untukku nanti malam. Jika kau kalah lagi, aku akan mengembalikan uang taruhanmu,” kata Zoe yang yakin jika dirinya akan datang ke sana.

“Besar juga nyalimu, bocah. Aku tidak akan bertaruh untukmu. Aku pasti akan kalah lagi jika menghamburkan uang untukmu,” kata penjaga toko yang tidak yakin Zoe akan menang.

“Kau akan menyesal,” kata Zoe penuh keyakinan juga dirinya pasti menang.

“Tidak akan. Aku sudah biasa bertaruh, jadi aku tidak mungkin tertipu. Bertarung sesuai kemampuanmu. Yang penting jangan mati. Aku tak mau menguburkanmu. Karena kita tidak saling kenal,” ucap penjaga toko sambil tertawa melihat yang dengan keberanian Zoe yang ingin ikut pertarungan itu.

Dilihat dari penampilannya yang biasa saja, membuat penjaga toko itu meremehkan Zoe. Apalagi sebelumnya mereka tidak saling kenal.

“Sialan! Akan kubuktikan nanti malam. Aku ingin membuat dia menang taruhan malah menolak,” gerutuu Zoe sambil berjalan meninggalkan toko senjata untuk kembali ke dalam hutan dan mempersiapkan pertandingan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status