Auman singa terdengar sangat keras. Zoe sadar jika dirinya dalam bahaya. Ia segera bangkit dan menaiki pohon demi keselamatannya.
“Aku kira tak ada siapapun. Ternyata ada hewan yang sedang mengincarku,” batin Zoe sambil mengawasi sekitar. Ia mencoba bertahan di atas pohon tanpa menimbulkan suara apapun.Seekor Singa berjalan mendekatinya, berputar-putar cukup lama di bawah pohon tempat Zoe berlindung. Suasana tegang membuat Zoe mencoba menahan napas. Ia mencoba menyamarkan keberadaannya sembari terus mengawasi pergerakan singa tersebut.Sayangnya ia tidak bisa turun sekarang. Siang itu masih terlihat wasdapa menunggu mangsa yang tiba-tiba saja hilang.Keberuntungan datang ketika singa menyadari ada mangsa lain. Sekumpulan kijang sedang asik memakan rumput, menarik perhatian sang sing, membuatnya meninggalkan pohon tempat Zoe bersembunyi.Zoe akhirnya turun dan tak bisa tinggal diam. Ia segera mencari tempat bermalam sambil terus berjalan tanpa arah. Tak sengaja ia menemukan sebuah gua. Segera saja ia masuk ke dalam gua yang gelap gulita. Ia takut masuk terlalu dalam, ia mencoba membuat tempat peristirahatan sementara di dalam gua. Sambil mencari batu yang bisa digunakan untuk sandaran.Suasana malam makin mencekam, hanya sepercik sinar bulan yang masuk dari mulut gua, membuat Zoe sedikit nyaman. Walau keadaan di dalam gua sangat gelap. Sepercik cahaya terlihat terang menarik perhatian Zoe. Cahaya yang ia lihat bukan lagi dari cahaya bulan, tapi ada sesuatu yang menarik perhatiannya di dalam gua.“Apa itu sebenarnya? Apakah berbahaya?” batin Zoe bertanya-bertanya. Ia merasa ragu ketika hendak mendekati cahaya itu. Ia takut jika itu akan berbahaya di saat lukanya juga masih belum pulih.Karena rasa penasaran yang tinggi, Zoe akhirnya berjalan mendekati cahaya itu. Semakin dekat semakin terlihat jelas cahaya itu keluar dari sebuah peti.“Apa ini peti mati? Siapa yang menaruh mayat di sini?” batin Zoe bertanya lagi sambil membuka peti itu. Ia ingin tahu apa yang bersinar.Setelah dibuka terlihat jelas sebilah pedang yang berkarat mengeluarkan sinar terang. Di sebelah pedang itu terdapat sebuah tengkorak. Mungkin tengkorak dari pemilik pedang.“Kau berkarat, tapi masih memancarkan sinar,” kata Zoe tertarik dengan pedang itu dan mencoba mengambilnya.Saat tangan Zoe memegang pedang itu, tiba-tiba aliran yang kuat masuk pada tubuhnya. Pedang yang tadinya berkarat berubah jadi tajam. Sinar yang tadinya redup kini bersinar terang. Sebuah gerakan terlihat dari arah peti. Di saat rasa takjub itu belum hilang, tiba-tiba tengkorak itu duduk dan berubah jadi sosok kakek tua“Kau hidup kembali.” Zoe terkejut dan terperanjat. Ia mundur beberapa langkah karena kaget. Bagaimana bisa tengkorak jadi manusia lagi? Ia merasa itu seperti mimpi.“Tidak, aku hanya meninggalkan sedikit kekutanku sampai pemilik pedang langit yang berikutnya tiba,” ucap kakek tua itu yang berbicara pada Zoe.Kini Zoe sadar jika itu bukan mimpi dan kakek itu bukalah hantu, ia mencoba mendekat kembali. Karena penasaran, banyak pertanyaan di benak Zoe.“Pedang langit?” tanya Zoe selanjutnya duduk mendekat sambil memegang pedang di tangannya. Pedang langit yang masih bersinar membuat gua itu tak lagi gelap.Kakek yang duduk di hadapannya pun terlihat jelas. Zoe Bahkan bisa merasakan pancaran tenaga dalam kakek itu yang begitu hebat.“Iya. Pedang yang di tanganmu adalah pedang langit. Dia memilih pemiliknya sendiri,” kata kakek itu memberitahu jika pedang itu yang memilih Zoe. Maka pedang itu juga yang menunjukkan dirinya pada Zoe dengan nyala yang membuat akhirnya Zoe mengambilnya.“Bagaimana cara menggunakan pedang ini?” tanya Zoe lagi yang masih bingung dengan penggunaan pedang tersebut.“Gunakan kitab ini untuk berlatih,” jawab Kakek itu sambil menyodorkan kitab pedang pada Zoe.Zoe menerima kitab pedang itu dari sang kakek sambil terus memandanginya. Baru kali ini ia melihat pedang dan kitab pedang sekaligus.“Pedang ini memilihku, padahal aku tak memiliki kekuatan?” tanya Zoe lagi yang masih bingung. Sadar dirinya selama ini selalu dihina karena tak memiliki tenaga dalam, apalagi kekuatan.“Pedang ini bisa melepaskan kekuatanmu yang tersegel,” jawab sang kakek memberitahu jika selama ini kekuatan Zoe tersegel. Pedang itu yang melepaskan segel itu hingga ia bisa merasakan kekuatannya.“Kekuatanku tersegel?” tanya Zoe bingung. Ia tidak tahu menahu jika selama ini ia memiliki kekuatan.“Iya, segel itu bahaya. Kau harus melepaskannya. Karena itu bisa jadi hambatan saat kau mengeluarkan tenaga dalam dan itu juga bisa juga jadi kelemahanmu,” jelas kakek itu yang memperingatkan Zoe untuk segera melepas segel itu. Karena pedang langit hanya bisa membantu mengalirkan kekuatan agar Zoe bisa menggunakan tenaga dalamnya. Tapi tidak bisa menghapus segel yang sudah ditanam pada tubuh Zoe.“Bagaimana cara melepaskan segel ini?” tanya Zoe ingin tahu, ia juga ingin jadi kuat. Ia tak mau segel itu terus membuat dirinya jadi orang lemah“Kau cari tahu sendiri asal usulmu kenapa kekuatannya bisa tersegel. Waktuku tidak banyak, jadi aku pasrahkan pedang langit untuk pemilik selanjutnya. Dan jagalah kitab pedang itu,” ucap kakek yang dengan cepat cahaya menyelimuti sang kakek, bayangan sang kakek mulai memudar dan menghilang membuat tengkorak itu terlihat dan kembali seperti semula.Zoe tak sempat berkenalan dengan sang kakek. Ia terdiam dengan pedang dan kitab di tangannya. Ia menatap peti yang berisi tengkorak, segera saja ia tutup kembali.“Apa yang harus aku lakukan selanjutnya?” tanya Zoe mencoba memahami situasinya. Karena pertemuan tadi seperti mimpi. Sayangnya, yang dialami barusan adalah nyata. Pedang itu masih bersinar terang dan kitab itu jelas ada.Satu fakta yang tidak pernah ia ketahui, jika kekuatannya selama ini tersegel. Sebenarnya banyak hal yang ingin ditanyakan. Ia juga ingin berlatih pedang dengan kakek tadi yang terlihat hebat. Bahkan kakek itu bisa menyimpan kekuatannya sendiri untuk bisa melihat pemilik pedang langit selanjutnya. Zoe yang masih terheran belum bisa memutuskan apapun. Ia menyimpan dan membuka pedang itu. Sepertinya pedang itu bisa menyesuaikan diri. Ia bahkan mudah disimpan dan tak melukainya meski tanpa sarung pedang. Zoe mulai membuka kitab pedang itu untuk berlatih sesuai pesan kakek tadi yang tidak sempat ia tanyakan namanya. “Aku bahkan belum menanyakan nama kakek itu. Dia terlihat hebat. Aku sampai bisa merasakan tenaga dalamnya yang besar. Aku juga merasa tubuhku semakin ringan sekarang,” ucap Zoe sambil membuka kitab dan mencoba membacanya. Setelah dibaca, ternyata kitab itu sangat mudah dipelajari. Zoe memulai mengayunkan pedang untuk berlatih. Ternyata pedang itu sangat ringan. Rasa saki
Strang! Strang! Strang! Suara senjata tajam saling beradu. Zoe datang ke gudang senjata bawah tanah untuk ikut bertanding. Ia menghampiri seseorang yang menentukan pertandingan itu. “Aku ingin ikut bertanding,” kata Zoe pada penjaga di sana. “Bertaruh atau bertanding?” tanya penjaga melihat Zoe yang baru datang, takutnya salah ucap. Bisa saja nyawanya akan melayang sia-sia. “Bertanding,” jawab Zoe yakin dengan kemampuannya pasti bisa. Ia yakin akan menang karena sudah berlatih. Jadi hanya ini kesempatannya untuk memang. “Baiklah. Dengan senjata atau tangan kosong?” tanya penjaga yang merasa tidak yakin dengan Zoe. Memang dari penampilannya tidak menunjukkan ia orang kuat atau memiliki tenaga dalam. “Senjata. Aku membawa pedang,” jawab Zoe dengan polosnya. Ia sendiri tak sadar persaingan di sana ketat. “Nama?” tanya Penjaga selanjutnya yang siap mencatat peserta yang akan bertanding. “Zoe,” jawabnya singkat sambil melihat orang-orang yang berdatangan. “Kau bisa ke sebelah sa
Keributan yang ditimbulkan oleh anak buah Bani, menyebar dengan cepat, hingga kabar itu sampai ke telinga Farhan. Nama Zoe yang semakin terkenal dengan kehebatannya, yang bahkan pemilik gudang senjata sampai mencarinya keseluruhan penjuru kota.“Kau dengar kabar jika Bani mencari Zoe,” kata Anglo yang mendengar kabar yang sedang santer dibicarakan orang, tentang seorang pendekar pedang yang sedang dicari Bani, karena tak mau mengambil hadiahnya setelah memenangkan pertandingan.Anglo yang tak ragu dengan kabar Zoe mencoba menanyakan itu pada Farhan, ia duduk bersama anaknya dan beberapa tetua. Apalagi Zoe hanya diasingkan dan bisa saja ia keluar dari pengasingan. Anglo tak pernah tahu apa yang sudah dilakukan Farhan selama ini, jika Zoe sudah di buang ke hutan kematian yang penuh misteri. “Iya Ayah, tapi itu jelas bukan Zoe kita,” jawab Farhan dengan yakin, belum genap satu tahun masa hukuman Zoe. Tidak mungkin ia bisa jadi pendekar, sekalipun Zoe bisa lolos dari kematian.Mendengar
Sungguh kesal perasaan Zoe saat ini, ia yang sudah berlatih keras tak dapat melakukan apa-apa saat di serang oleh Farhan. Kekuatan yang menghilang membuat ia sakit hati, apalagi hasil latihannya sia-sia karena ia tak bisa menghajar Farhan.“Ini menyebalkan. Bagaimana aku bisa memiliki tubuh selemah ini,” gerutu Zoe yang masih belum bisa dikatakan kuat padahal ia sudah mempelajari semua jurus pedang yang ada di kitab.Zoe yang terbaring dekat peti mati Kakek tua, ingat kejadian saat pedang langit memilihnya dan kitab pedang pemberian sang Kakek. Seakan semua tak berguna karena ia masih saja lemah, membuatnya kesal dengan semua keinginannya untuk jadi lebih hebat.“Wahai kakek hantu apakah kitab pedang yang kau berikan itu jurus lemah. Sialnya aku percaya begitu saja,” kesal Zoe yang tak bisa jadi pendekar hebat setelah mempelajari jurus pedang dari sang Kakek. Bahkan ia masih terkapar dan terbaring lemah tak berdaya.“Kau jangan mengumpat ku, padahal peti matiku saja masih ada disampin
Farhan yang kembali ke perguruan bersama empat orang pengawalnya, melaporkan apa yang sudah ia lihat pada sang Ayah. Dengan langkah gagah, Farhan berjalan menuju aula beladiri. Ia berjalan menghadap sang ayah, di hadapan para guru.Farhan memiliki cara tersendiri untuk bisa menarik perhatian. Dengan begitu semua orang akan segan dengannya.“Lapor, Ayah. Aku sudah menemukan Zoe.” Farhan membungkuk di hadapan sang Ayah, untuk memberikan laporan apa yang sudah ia lakukan tadi.“Benarkah dia yang dicari Bani?” tanya Anglo yang tak sabar mendengar kabar anak tirinya yang sedang dihukum di pengasingan.“Bukan, Ayah. Zoe tidak memiliki kekuatan sama sekali, dia masih tetap sama,” jawab Farhan penuh dengan keyakinan. Setelah ia puas menghajar Zoe, tentunya ia tak ragu jika Zoe itu benar tak punya kekuatan.“Sudah kuduga, lalu siapa yang sedang dicari Bani?” tanya Anglo yang penasaran dengan orang yang dicari oleh rivalnya itu. Selama ini keberadaan Bani dan gudang senjata sudah bukan lagi ra
Zoe yang sudah meninggalkan hutan kematian, baru sampai di gudang senjata. Ia bingung karena suasananya sangat berbeda. Terlihat disana sepi tak berpenghuni, bahkan tak ada satu orangpun yang lewat sana.“Kenapa sepi?” batin Zoe akhirnya pergi mencari tempat makan. Siang hari yang terik, ia tak bisa menemui siapapun di gudang senjata. Ia yang mulai berjalan menuju kedai makan. Akhirnya ia menemukan kedai makan yang ramai, segera saja ia duduk dan memesan makanan.Dari sebelah mejanya, ada segerombolan orang yang sedang makan sambil bercakap-cakap. Meski Suasana ramai dan bising. Tapi percakapan mereka terdengar jelas.“Sudah beberapa hari ini gudang senjata tutup,” ucap salah seorang dengan antusias semua warga setiap malam sering datang untuk menonton pertandingan atau berjudi di sana.“Iya, kau benar. Aku dengar pemilik gudang itu sedang mencari pendekar pedang yang kemarin baru saja menang,” sahut temannya yang ternyata juga sudah tahu kabar tentang pencarian pendekar pedang itu. Y
Zoe kaget dan langsung bersiaga, matanya tertuju pada sosok yang dia kenal, pedang yang masih berlumuran darah itu dipegang oleh penjaga gudang senjata. Walau sebentar bertemu Zoe tidak lupa dengan sosok itu. Sosok yang tidak asing, tapi tidak ia kenal.“Ada apa ini sebenarnya, kenapa dia tersenyum padaku seakan menemukan sesuatu,” batin Zoe langsung bersiaga. Walau ia tidak merasa terancam, tapi pembunuhan baru saja terjadi di hadapannya.Penjaga gudang senjata itu, tersenyum lagi pada Zoe sambil membawa mayat itu pergi dari hadapannya. Ia masih tak mengerti dengan situasi yang sedang terjadi.Plukk!Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundak Zoe, dengan cepat ia menarik tangan orang tersebut dan membantingnya. Tapi ternyata orang itu tidak lemah dan bisa menghindar. “Aku hampir saja mati,” ucap Bani yang berhasil menghindar. Ia tahu Zoe bukan orang sembarangan.“Aku hanya kaget. Karena kau datang dari belakang,” jawab Zoe melihat Bani sekarang ada di hadapannya.Kedatangan Bani
“Lalu apa salah dari orang tadi? “ tanya Zoe lagi yang belum mendapatkan jawaban atas pertanyaannya tadi.Pembunuhan yang jarang ia lihat, mungkin akan menjadi hal biasa untuk Zoe. Apalagi ia baru saja keluar dari hutan dan baru mulai mencari kitab pedang Tak disangka ia langsung menyaksikan pembunuhan di depan matanya. Selama ini hidup di perguruan juga belum pernah melihat pembunuhan secara langsung.Meski kadang ada pendekar yang ditugaskan keluar dan kembali dengan keadaan mati. Tapi bagi dirinya yang tak memiliki kekuatan belum paham jika mereka harus bisa bertahan. “Kau tidak tahu orang itu sudah mengusir dan menghina, padahal sepekan ini aku berusaha paya mencari mu,” jawab Bani yang jelas kesal. Pegawai barunya tadi hampir mengacaukan keinginannya. “Jadi itu semua karena aku?” tanya Zoe merasa ia yang mengakibatkan orang itu mati.Tak peduli seberapa kerasnya hidup, tapi hati nurani Zoe belum siap dengan melihat kematian orang lain. Meski itu orang jahat sekalipun.“Bukan.