Share

4. Dalam Bahaya

Auman singa terdengar sangat keras. Zoe sadar jika dirinya dalam bahaya. Ia segera bangkit dan menaiki pohon demi keselamatannya.

“Aku kira tak ada siapapun. Ternyata ada hewan yang sedang mengincarku,” batin Zoe sambil mengawasi sekitar. Ia mencoba bertahan di atas pohon tanpa menimbulkan suara apapun.

Seekor Singa berjalan mendekatinya, berputar-putar cukup lama di bawah pohon tempat Zoe berlindung. Suasana tegang membuat Zoe mencoba menahan napas. Ia mencoba menyamarkan keberadaannya sembari terus mengawasi pergerakan singa tersebut.

Sayangnya ia tidak bisa turun sekarang. Siang itu masih terlihat wasdapa menunggu mangsa yang tiba-tiba saja hilang.

Keberuntungan datang ketika singa menyadari ada mangsa lain. Sekumpulan kijang sedang asik memakan rumput, menarik perhatian sang sing, membuatnya meninggalkan pohon tempat Zoe bersembunyi.

Zoe akhirnya turun dan tak bisa tinggal diam. Ia segera mencari tempat bermalam sambil terus berjalan tanpa arah. Tak sengaja ia menemukan sebuah gua. Segera saja ia masuk ke dalam gua yang gelap gulita. Ia takut masuk terlalu dalam, ia mencoba membuat tempat peristirahatan sementara di dalam gua. Sambil mencari batu yang bisa digunakan untuk sandaran.

Suasana malam makin mencekam, hanya sepercik sinar bulan yang masuk dari mulut gua, membuat Zoe sedikit nyaman. Walau keadaan di dalam gua sangat gelap. Sepercik cahaya terlihat terang menarik perhatian Zoe. Cahaya yang ia lihat bukan lagi dari cahaya bulan, tapi ada sesuatu yang menarik perhatiannya di dalam gua.

“Apa itu sebenarnya? Apakah berbahaya?” batin Zoe bertanya-bertanya. Ia merasa ragu ketika hendak mendekati cahaya itu. Ia takut jika itu akan berbahaya di saat lukanya juga masih belum pulih.

Karena rasa penasaran yang tinggi, Zoe akhirnya berjalan mendekati cahaya itu. Semakin dekat semakin terlihat jelas cahaya itu keluar dari sebuah peti.

“Apa ini peti mati? Siapa yang menaruh mayat di sini?” batin Zoe bertanya lagi sambil membuka peti itu. Ia ingin tahu apa yang bersinar.

Setelah dibuka terlihat jelas sebilah pedang yang berkarat mengeluarkan sinar terang. Di sebelah pedang itu terdapat sebuah tengkorak. Mungkin tengkorak dari pemilik pedang.

“Kau berkarat, tapi masih memancarkan sinar,” kata Zoe tertarik dengan pedang itu dan mencoba mengambilnya.

Saat tangan Zoe memegang pedang itu, tiba-tiba aliran yang kuat masuk pada tubuhnya. Pedang yang tadinya berkarat berubah jadi tajam. Sinar yang tadinya redup kini bersinar terang. Sebuah gerakan terlihat dari arah peti. Di saat rasa takjub itu belum hilang, tiba-tiba tengkorak itu duduk dan berubah jadi sosok kakek tua

“Kau hidup kembali.” Zoe terkejut dan terperanjat. Ia mundur beberapa langkah karena kaget. Bagaimana bisa tengkorak jadi manusia lagi? Ia merasa itu seperti mimpi.

“Tidak, aku hanya meninggalkan sedikit kekutanku sampai pemilik pedang langit yang berikutnya tiba,” ucap kakek tua itu yang berbicara pada Zoe.

Kini Zoe sadar jika itu bukan mimpi dan kakek itu bukalah hantu, ia mencoba mendekat kembali. Karena penasaran, banyak pertanyaan di benak Zoe.

“Pedang langit?” tanya Zoe selanjutnya duduk mendekat sambil memegang pedang di tangannya. Pedang langit yang masih bersinar membuat gua itu tak lagi gelap.

Kakek yang duduk di hadapannya pun terlihat jelas. Zoe Bahkan bisa merasakan pancaran tenaga dalam kakek itu yang begitu hebat.

“Iya. Pedang yang di tanganmu adalah pedang langit. Dia memilih pemiliknya sendiri,” kata kakek itu memberitahu jika pedang itu yang memilih Zoe. Maka pedang itu juga yang menunjukkan dirinya pada Zoe dengan nyala yang membuat akhirnya Zoe mengambilnya.

“Bagaimana cara menggunakan pedang ini?” tanya Zoe lagi yang masih bingung dengan penggunaan pedang tersebut.

“Gunakan kitab ini untuk berlatih,” jawab Kakek itu sambil menyodorkan kitab pedang pada Zoe.

Zoe menerima kitab pedang itu dari sang kakek sambil terus memandanginya. Baru kali ini ia melihat pedang dan kitab pedang sekaligus.

“Pedang ini memilihku, padahal aku tak memiliki kekuatan?” tanya Zoe lagi yang masih bingung. Sadar dirinya selama ini selalu dihina karena tak memiliki tenaga dalam, apalagi kekuatan.

“Pedang ini bisa melepaskan kekuatanmu yang tersegel,” jawab sang kakek memberitahu jika selama ini kekuatan Zoe tersegel. Pedang itu yang melepaskan segel itu hingga ia bisa merasakan kekuatannya.

“Kekuatanku tersegel?” tanya Zoe bingung. Ia tidak tahu menahu jika selama ini ia memiliki kekuatan.

“Iya, segel itu bahaya. Kau harus melepaskannya. Karena itu bisa jadi hambatan saat kau mengeluarkan tenaga dalam dan itu juga bisa juga jadi kelemahanmu,” jelas kakek itu yang memperingatkan Zoe untuk segera melepas segel itu. Karena pedang langit hanya bisa membantu mengalirkan kekuatan agar Zoe bisa menggunakan tenaga dalamnya. Tapi tidak bisa menghapus segel yang sudah ditanam pada tubuh Zoe.

“Bagaimana cara melepaskan segel ini?” tanya Zoe ingin tahu, ia juga ingin jadi kuat. Ia tak mau segel itu terus membuat dirinya jadi orang lemah

“Kau cari tahu sendiri asal usulmu kenapa kekuatannya bisa tersegel. Waktuku tidak banyak, jadi aku pasrahkan pedang langit untuk pemilik selanjutnya. Dan jagalah kitab pedang itu,” ucap kakek yang dengan cepat cahaya menyelimuti sang kakek, bayangan sang kakek mulai memudar dan menghilang membuat tengkorak itu terlihat dan kembali seperti semula.

Zoe tak sempat berkenalan dengan sang kakek. Ia terdiam dengan pedang dan kitab di tangannya. Ia menatap peti yang berisi tengkorak, segera saja ia tutup kembali.

“Apa yang harus aku lakukan selanjutnya?” tanya Zoe mencoba memahami situasinya. Karena pertemuan tadi seperti mimpi. Sayangnya, yang dialami barusan adalah nyata. Pedang itu masih bersinar terang dan kitab itu jelas ada.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status