Share

Bab 178

Author: Runayanti
last update Last Updated: 2025-10-09 09:08:34

Hanya detak mesin infus, aroma obat, dan dinginnya udara rumah sakit yang membuat tulangnya bergetar serta perih di wajahnya yang masih belum sembuh total.

Jannah menarik selimut hingga ke dada. Kedua tangannya tanpa sadar meraih sisi ranjang yang kosong, mencari kehangatan yang sudah pergi. Bibirnya bergetar saat memejamkan mata.

Air matanya menetes perlahan, membasahi bantal.

“Kenapa harus begini, Deon... Kenapa sudah tujuh tahun kita pertahankan dan akhirnya selesai juga,” bisiknya lirih.

Suara petir kembali menggelegar, membuat tubuhnya mengejang. Ia merangkul dirinya sendiri, seolah berusaha menggantikan pelukan yang dulu selalu datang tanpa diminta. Janin kecil dari rahimnya mengeliat pelan dan terasa lembut, seolah membalas pelukan sang ibu yang ketakutan saat itu.

"Deon..." Jannah memejamkan kedua matanya.

Dan entah bagaimana, tubuhnya perlahan rileks karena bayangan itu.

Bayangan seorang lelaki yang memeluknya di

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Goez Titatar Sunda
aaah itu hasil yg kau dapatkan bela merebut punya orang hahah untungnya cuma orang bodoh yg kau perjuangkan itu yg kau kerjakan itu yg kau dapatkan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 250

    Deon berdiri kaku. Di tangannya, sarung tangan lateks bergetar halus, bukan karena dingin, tapi karena ketegangan yang ia tahan mati-matian.Matanya menatap meja autopsi yang berjejer. Delapan tubuh terbujur di sana, tanpa bentuk wajah, tanpa identitas yang pasti.“Yang mana… Jannah?” bisiknya pelan, nyaris tidak terdengar.Petugas forensik menatapnya iba, lalu menunduk. “Berdasarkan dokumen sample DNA yang kami terima, kami tidak dapat memastikan itu milik tubuh yang mana.”“Tidak ada cara?” Deon memotong, suaranya tajam. “Kalian sudah melakukan tes DNA, bukan?!”“Kami sudah mengirim sampel rambut dari semua tubuh wanita yang paling mendekati deskripsi Nyonya Jannah… tapi, Tuan, jenazah yang ada di sini, kondisinya sudah hancur, jaringan membusuk, DNA-nya... nyaris tidak bisa terbaca. Semuanya sudah membusuk dua bulan lamanya dan...”Deon menggertakkan gigi. “Ak

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 249

    Para petugas itu hanya diam, berusaha menerima keadaan seorang pria penuh kekuasaan yang terlihat hancur karena kehilangan yang teramat berat.Hujan mulai turun perlahan, menetes di bahunya, di rambutnya, lalu menyatu dengan air mata yang jatuh tanpa henti di wajahnya.Di bawah langit yang muram, Deon tetap tak beranjak, masih menatap makam-makam tanpa nama itu, seolah menunggu seseorang memanggilnya pulang."Gali!" perintahnya dengan tegas."Tapi, Tuan. Ini sedang hujan dan-""Gali!" perintah Deon sekali lagi lalu tanpa aba-aba, dia menggali tanah lembab yang sudah berumput itu dengan tangan kosong.Beberapa petugas yang berada di sana mulai panik."Pergi, ambil peralatan! Kita harus menggali saat ini juga!" teriak salah satu petugas kepala.Tanah berlumpur bercampur curah hujan, menghitam dan lengket di telapak tangan Deon. Ia tak lagi peduli pada pakaian mahal yang kini berlumur tanah dan air. Sekop bergantian berpindah tang

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 248

    Sore itu juga, Deon berangkat ke bandara.Langit Jakarta kembali mendung, seolah ikut meratap. Setiap langkahnya diiringi rasa berat yang sukar dijelaskan, antara harapan dan ketakutan yang saling berperang di dadanya.Dalam pesawat menuju timur, ia menatap keluar jendela, melihat awan kelabu yang menggulung di kejauhan.Beberapa jam kemudian, pesawat mendarat di Ambon. Udara laut langsung menyambutnya dengan angin asin yang tajam.Deon segera bertemu dengan pihak kepolisian setempat dan tim pencari yang dulu menangani kecelakaan itu.Seorang petugas menunjukkan peta besar di ruang kecil kantor pelabuhan. “Kapal itu karam di sini, Pak,” katanya sambil menunjuk lingkaran merah di laut timur. “Arusnya kuat, tapi ada beberapa pulau kecil di sekitar. Kami masih melakukan pencarian berkala. Masih ada jenazah yang belum ditemukan dan...”"Jannah... istriku."“Laporan kalian adalah... dua bulan yang lalu?”

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 247

    Ia menghela napas panjang, lalu menatap ke arah ranjang.Kakek tampak damai dalam tidurnya, sementara Maya memeluk tangan tua itu dengan erat.***Pagi itu, cahaya mentari yang masuk lewat tirai rumah sakit seolah terlalu tajam untuk mata Deon yang sudah tak tidur semalaman.Ia masih berdiri di dekat jendela, memandangi jalanan yang mulai ramai, sementara pikirannya masih kalut.Sejak semalam, ia menunggu kabar dari tim yang ditugaskannya untuk menelusuri semua data perjalanan internasional dan catatan imigrasi. Ia berharap akan menemukan jejak kecil, sekadar petunjuk bahwa perempuan itu masih ada di dunia ini.Namun, panggilan telepon pagi itu justru membawa sesuatu yang sama sekali tak ia duga.Ponselnya bergetar di atas meja kecil.Nama yang tertera 'Cahyo.'Asisten pribadinya yang dulu bekerja untuk Kakek Robert, dan kini kembali di bawah kendalinya.“Ya?” suara Deon terdengar berat.

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 246

    Kakek menggeleng pelan. “Tidak perlu minta maaf, Nak. Kakek yang bersalah. Kakek yang menutupi kebenaran.”Suara Kakek berat, namun setiap katanya penuh penyesalan. “Kakek pikir, kalau kau tidak tahu keberadaan Jannah, kau bisa sembuh lebih cepat dari semua luka itu dan fokus untuk membangun kembali perusahaan kita. Tapi ternyata Kakek salah. Kau justru kehilangan semangat hidup.”Deon menunduk. Suaranya bergetar saat menjawab, “Aku tidak pernah berhenti mencintai dia, Kek. Setiap kali aku ingin menyerah, wajahnya yang membuatku bertahan. Tapi sekarang, aku bahkan tidak tahu apakah dia masih hidup.”Kakek menatap cucunya itu dengan tatapan yang bergetar. “Dia hidup, Deon. Entah di mana, tapi Kakek yakin dia masih ada. Perempuan seperti Jannah tidak akan menyerah pada hidup, seberat apa pun luka yang dia tanggung.”"Apakah Kakek benar-benar tidak tahu?"Kakek Robert mengeleng pelan, penuh penyesalan. "

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 245

    Tangan Deon mengepal keras, tapi kali ini ia tak melanjutkan pukulan. Ia mendorong Cahyo menjauh dan menatap kosong ke arah jendela apartemen yang tak berpenghuni itu. Di luar, salju mulai turun tipis menambah dingin di dadanya yang sudah beku.“Siapkan sambungan video ke Kakek,” perintahnya dingin.Beberapa menit kemudian, layar ponsel Deon menampilkan wajah Kakek Robert. Wajah tua itu tampak letih, namun tetap berusaha tersenyum.“Deon… kau sudah sampai di Jepang?”“Ya. Tidak ada siapa pun di sini, Kek. Tidak ada Jannah, tidak ada alamat, bahkan nama itu tidak pernah tercatat.”Kakek Robert terdiam. "Ya, aku tahu."“Jadi, selama ini kau tahu?” suara Deon mulai bergetar. “Kau tahu dia tidak ada di Jepang, tapi kau tetap menyuruhku ke sini?”“Deon, dengarkan dulu penjelasan Kakek—”“Tidak ada penjelasan, Kek!” Deon meninggikan suara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status