Share

Bab 32

Author: Runayanti
last update Last Updated: 2025-08-01 10:08:31

Naila menggeleng cepat. “Deon bukan tipe yang nyaman hanya karena seseorang memberi perhatian. Kamu tahu itu. Dia bukan lelaki yang mudah terbujuk. Tapi dia juga pria yang tidak peka, dan bisa membuat keputusan bodoh kalau kamu tidak ada untuk menyadarkannya.”

"Dia hanya terlalu pendiam. Tapi aku merasa dia tidak mencintai pelakor itu, walaupun dia memang cantik dan telaten dalam mengurus Alfie, dia bahkan sudah menyelamatkan hidup Alfie dan..."

Kalimat Naila terputus karena dia sendiri baru menyadari ada yang salah dalam semua perkataannya yang malah terdengar rancu.

Hening menguasai ruangan.

Jannah menarik napas panjang, lalu berdiri. Ia berjalan perlahan ke depan cermin. Wajahnya pucat, pipinya basah. Tapi sorot matanya mulai kembali hidup.

“Kalau begitu,” katanya pelan, “aku harus merestui mereka, bukan?"

"Bukan, maksudku bukan begitu, Jannah..."

Tok! Tok! Tok! Tok!

Ketukan keras dari arah pint

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 164

    Di lorong gelap, Deon menahan diri dengan kedua tangannya menekan dinding. Dia mendengar dengan jelas kalimat yang dikatakan Alfie, namun dia tidak bisa melakukan apapun untuk memperbaiki hubungan antara ibu dan anak tersebut.Selama ini, Jannah memang selalu sakit-sakitan dan Deon merasa, bukan kesalahan Alfie bila memilih Bella yang selalu berada di sisinya.Bayangan mimpi buruknya kembali terlintas, bercampur dengan kenyataan pahit yang baru saja ia lihat. Ia merasa, sedikit demi sedikit, dirinya mulai terpinggirkan dari “keluarga” yang seharusnya ia lindungi.Deon menghubungi Cahyo dan Cahyo menerangkan bahwa yang memberikan akses masuk adalah Kakek Robert.Tidak ada yang bisa melakukan apa pun, termasuk Deon.***Keesokan harinya, hari masih pagi dan matahari baru saja menampakkan sinarnya. Di kamar yang sunyi, Naila perlahan membuka mata. Pandangannya sempat kabur, tubuhnya masih terasa lemah, namun setidaknya kesadaran tel

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 163

    Bella mengeluh tubuhnya sangat sakit, wajahnya dibuat semanis mungkin, seolah sedang menahan rasa tidak nyaman.“Deon…” suaranya melengking manja, “…tolong pijitin aku ya, badanku benar-benar pegal. Kamu kan paling tahu bagian mana yang harus ditekan.”Deon yang duduk di samping sofa hanya menoleh sekilas. Tangannya masih mengusap kepala Alfie yang bersandar di pangkuannya. Anak itu tampak tenang, tak bersuara, hanya memeluk pinggang ayahnya erat-erat, seakan mencari perlindungan tanpa berkata apa-apa.Melihat diamnya laki-laki itu, Bella cemberut dan masih berusaha, "Deon, tanganku dibungkus perban dan kaki juga patah, aku tidak mungkin menyuruh tukang kusuk untuk memijit tubuhku yang terasa remuk ini."Deon mengembuskan napasnya lalu melangkah dengan malas menuju ke ranjang. Memijit bahu Bella perlahan.Di sudut ruangan, Kakek Robert duduk di sofa panjang, sejak tadi menyaksikan semuanya dan han

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 162

    Dokter Afgan masuk dengan stelan jas rapi. Wibawanya langsung menguasai ruangan, langkahnya mantap seolah setiap lantai yang ia injak tunduk pada kehadirannya. Matanya menatap lurus ke arah Jannah atau lebih tepatnya, ke perut Jannah.“Anakku,” ulangnya lagi dengan nada penuh kepastian. “Kau tidak akan menyangkalnya, Jannah.”Deon berdiri dari kursinya, wajahnya memucat bercampur amarah. “Apa maksudmu?” suaranya berat, hampir seperti geraman. "Bagaimana kau bisa masuk?"Dokter Afgan tersenyum tipis, meski sorot matanya tajam. “Maksudku jelas. Anak itu… darah dagingku.”Jannah tercekat, tubuhnya bergetar hebat. Ia tak pernah bisa kembali bertemu dengan Afgan dengan cara seperti ini.“Diam!” Deon melangkah maju, berdiri tepat di hadapan Dokter Afgan. “Jangan main-main di depanku. Anak itu Jannah kandung dari rahimnya sebagai istriku. Kau tidak berhak mengaku seenaknya!”

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 161

    Jannah menunduk, wajahnya kaku. Ia mencoba menarik napas panjang, tapi dadanya terasa sesak. Seolah-olah dinding kamar menyempit, menekan tubuhnya tanpa ampun.“Baiklah, sudah selesai. Infusnya sudah lancar. Tensi Nyonya juga bagus. Detak janin juga normal. Perban di wajah sudah diganti. Nyonya istirahat saja, jangan banyak pikiran.” Perawat itu menepuk pelan punggung tangan Jannah sebelum keluar, meninggalkan kamar sementara satu perawat lainnya masih membersihkan sisa perban yang dibuka tadi."Jangan terlalu dipikirkan apa kata orang. Mereka tidak mengalami apa yang Nyonya alami saat ini. Saya bisa mengerti, semua itu tidak mudah. Nyonya pasti sudah pergi bila tidak memikirkan situasi tanpa pendapatan tetap. Bagaimana wanita bisa bertahan hidup, bukan? Oh ya, sarapan akan diantar sebentar lagi, permisi," ucap perawat yang terakhir pergi seraya memberikan senyum dengan ramah dan menepuk kecil bahu Jannah seolah-olah sedang memberi kekuatan.Begitu p

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 160

    Deon menarik napas panjang, dadanya sesak mendengar kata-kata itu. Ada sesuatu yang ingin ia jawab, tapi lidahnya kelu. Ia hanya bisa mengusap tangan Bella lebih erat, seolah jawaban itu tersimpan dalam genggamannya.Keheningan di ruang rawat itu begitu menekan. Deon tetap diam, matanya menatap Bella tanpa sepatah kata pun. Hanya genggamannya yang terasa hangat, tapi tak ada jawaban atas pengakuan cinta yang keluar dari bibir Bella.Air mata Bella mengalir semakin deras. Rasa sakit di tubuhnya seakan tak sebanding dengan perih di hatinya karena keheningan Deon. Dengan tenaga yang tersisa, ia mencoba mendorong selimut dan menggerakkan tubuhnya turun dari ranjang.“Aku tahu… aku tahu kau tidak menginginkanku… tapi aku tidak peduli! Aku lebih baik mati daripada tidak ada di sisimu!” suaranya parau, penuh kepanikan."Kumohon, jangan lagi kau selamatkan diriku!"Deon segera berdiri dan menahan tubuh Bella yang gemetar. “B

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 159

    Tangannya meremas pelan jemari Alfie yang terkulai, lalu menatap pintu operasi dengan mata merah. Di balik sana, Bella masih berjuang. Di dalam dirinya, Jannah masih menunggu. Dan di pangkuannya kini, Alfie tertidur dengan hati yang porak-poranda.Deon menghela napas panjang. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa benar-benar tidak tahu harus melangkah ke arah mana.Dia bahkan jijik melihat kondisnya yang tergantung di tengah-tengah dua wanita."Apa artinya cinta bila tidak bisa saling memiliki?" Deon tertawa saat menanyakan kepada dirinya sendiri.Tiba-tiba, lampu merah di atas pintu operasi akhirnya padam. Pintu berayun terbuka, seorang dokter keluar dengan wajah letih namun tenang.“Operasi berjalan lancar. Tidak ada pendarahan serius di kepala. Namun… tulang kaki dan tangannya harus dipasang pen, jadi proses pemulihan akan memakan waktu cukup lama. Untuk saat ini, pasien masih dalam pengaruh bius. Nanti jika sudah sadar, k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status