Share

Bab 48

Author: Runayanti
last update Huling Na-update: 2025-08-10 11:08:19

Deon memegangi pipinya yang memar, terdiam. Wajahnya dipenuhi rasa bersalah.

Afgan menunjuk pintu dengan tegas. “Kalau bukan karena Bik Ana yang bertindak cepat, kamu bisa kehilangan dia tadi pagi!”

Deon tak menjawab. Ia hanya menunduk dan mengepalkan tangan.

Dari dalam bilik UGD, terdengar suara lemah Jannah memanggil, “Afgan…” Afgan menoleh dan segera masuk kembali ke dalam.

Deon ingin menyusul namun perawat mencegah langkah, "Maaf, anda harus menunggu."

Deon tetap berdiri di depan pintu dengan perasaan kesal, tak sanggup melangkah lebih. 

“Jannah... aku yang salah, kumohon, jangan terjadi apa-apa pada dirimu.”

Deon berdiri kaku di ambang pintu UGD. Matanya menatap nanar ke arah ranjang tempat Jannah terbaring, tubuhnya diselimuti selimut tipis, wajah pucatnya sedikit menggeliat kesakitan. Beberapa tim medis sedang menyuntikkan cairan yang cukup banyak ke tubuh ringkih milik istrinya.<

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rina Damayanti
perasaan bersalahmu hanya sesaat Deon....kamu tidak pernah melihat Jannah disaat didepanmu ada Bella
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 170

    Deon yang berdiri di balik kaca ruang UGD seolah tertikam ribuan pisau di dadanya. Kata-kata itu menghantam jantungnya lebih keras daripada pukulan mana pun.Afgan mengangguk cepat, tanpa ragu. “Baik, Jannah. Aku pasti membawamu pergi. Luka di wajahmu akan sembuh total, demikian juga luka di hatimu. Aku akan mengisinya dengan kebahagiaan, bukan tangis. Aku janji, Jannah. Bertahanlah...”Jannah menatapnya dengan mata berkaca-kaca, lalu menyahut dengan suara bergetar, “Jangan pernah meninggalkanku lagi, Afgan…”Afgan menunduk, keningnya menempel lembut pada dahi Jannah, seperti janji yang diikrarkan tanpa kata. Kedua tangannya memegang pipi Jannah dengan lembut. "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, tidak lagi untuk laki-laki itu."Di balik kaca, Deon hanya berdiri kaku. Pandangannya kabur, bukan karena kaca, melainkan karena air mata yang ia paksa untuk tidak jatuh. Napasnya berat, dadanya seolah diremukkan dari dalam. Tapi

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 169

    Cahyo segera menyusul dengan mobilnya yang membawa Deon. Di dalam mobil, kedua mata Deon kembali berkaca-kaca. Dia marah, tetapi dia panik melihat keadaan istrinya yang bisa meninggalkan dunia ini setiap detiknya.Setiap kata yang diucapkan Jannah masih menusuk hatinya. Terutama kalimat itu, 'Deon tidak butuh aku lagi.''Deon, mari kita bercerai saja.'Dadanya sesak, seakan seluruh udara di ruangan menghilang. Amarahnya mendidih, tapi ada rasa sakit yang jauh lebih dalam daripada kemarahan itu.Dia menyusul langkah Afgan menuju ke ruang UGD. Menyaksikan bagaimana mereka berjuang untuk memberikan pompa dan tubuh Jannah kembali ditempel berbagai alat medis untuk menyokong napasnya.Deon ingin sekali menerobos masuk, ingin berteriak di hadapan Jannah, ingin memaksa istrinya menatap matanya dan mendengar kebenaran. Tapi tubuhnya terpaku.Tubuh dengan wajah rusak yang sudah hancur itu terlihat seperti boneka tak bernyawa yang sedang dipaksa untuk

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 168

    Afgan mencoba bertahan, tapi sebelum pukulan itu mendarat, Jannah bergerak cepat. Ia menahan tubuh Deon, bahkan berdiri di depan Afgan, melindungi pria itu dengan segenap dirinya.“JANGAN, DEON!” teriaknya.Deon terhenti. Matanya melebar, tidak percaya dengan apa yang ia lihat.“Kau… memilih melindunginya?” suaranya serak, penuh luka yang ditutupi amarah. “Kau melindungi dia dari aku, suamimu?!”Air mata Jannah jatuh. “Kau tidak mengerti, Deon…”“Tidak mengerti?!” Deon tertawa getir, matanya merah. “Aku menunduk di depan Kakekku, aku rela menginjak harga diriku demi membawa pulangmu! Dan ini balasanmu? Membiarkan lelaki lain memelukmu, lalu berdiri melawanku?!”Afgan maju setapak, menahan dengan nada tenang. “Tuan Deon, tolong jangan salah paham. Jannah hanya—”“DIAM KAU!” bentak Deon, hampir saja melemparkan tinjunya la

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 167

    Jannah memejamkan mata, hatinya mencubit perih mendengar nama putranya disebut. “Alfie akan baik-baik saja. Dia punya semua orang di sini yang menjaganya. Bella mungkin yang terbaik untuknya sementara aku…” ia menahan tangis, “…aku hanya ingin dia tidak tumbuh dengan melihat ibunya terus menderita.”"Biarlah dia menganggap aku sudah mati.""Hush! Hush! Jangan bilang begitu! Tidak boleh, Jannah. Kamu akan terus hidup dan membuktikan kepada mereka bahwa kamu akan hidup dengan baik dan panjang umur!"Mereka saling merangkul dan membagi airmata.****Langit Tokyo sore itu tampak kelabu, awan menggantung berat seolah mengikuti suasana hati Deon. Di sebuah ruangan rapat hotel mewah, ia tengah duduk bersama sejumlah tamu penting dari Jepang. Mereka sedang membicarakan kerjasama besar yang seharusnya menguntungkan perusahaan Mahendra.Hari ini, tepatnya pukul tujuh malam nanti, dia harus naik pesawat dan kembali

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 166

    Senyum tipis terukir di wajah Kakek Robert. “Bagus. Itu baru cucu yang bisa kubanggakan.”“Tapi,” Deon menambahkan cepat, tatapannya tajam, “Jannah harus ikut denganku. Aku tidak akan meninggalkannya.”Untuk pertama kalinya malam itu, Kakek Robert tertawa. Tawa rendah dan getir, membuat bulu kuduk Deon berdiri, menatap sang Kakek dengan wajah penuh kecurigaan."Kenapa kamu tidak tanyakan, apakah dia mau ikut bersamamu?"Deon berdiri dengan canggung lalu melangkah pergi seraya berkata ketus, "dia akan ikut. Aku tidak memberikan pilihan kepadanya. Pembicaraan ini kita akhiri di sini."Kakek Robert mengelus kepala tongkatnya dengan tenang sambil menatap kepergian Deon.“Kau pikir aku tidak tahu isi kepalamu, Deon?” katanya akhirnya dalam keheningan. “Sebelum kau sempat meminta, aku sudah melangkah lebih dulu. Aku sudah menemui Jannah. Aku sudah mengatakan padanya apa yang seharusnya ia denga

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 165

    Jannah menunduk, air matanya jatuh tanpa henti. “Jangan salahkan dirimu, Naila… ini semua bukan salahmu. Aku masih hidup, itu sudah cukup. Aku… sudah belajar menerima, meskipun sakit. Kamu juga baik-baik saja dan kita masih bertemu, itu adalah lebih dari cukup.”Naila segera memeluk sahabatnya lagi, "aku sungguh merindukanmu, Jannah.""Aku juga..."Isak tangis haru mewarnai ruangan itu dan dua laki-laki pendamping mereka hanya menyaksikannya dengan rasa haru bercampur gembira.Afgan, yang berdiri di dekat ranjang, menatap mereka dengan tatapan tenang. Ada ketulusan di sorot matanya saat melihat Jannah berusaha menguatkan diri di hadapan Naila. Dan entah bagaimana, keberadaan pria itu membuat Jannah merasa sedikit lebih baik. Ia merasa tidak sendirian.Naila menggenggam tangan Jannah erat. “Kamu tidak akan sendirian lagi, Jannah. Aku di sini, dan aku tidak akan meninggalkanmu lagi. Kita tetap akan bersama-sama.”

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status