Share

Bab 89

Author: Runayanti
last update Huling Na-update: 2025-09-03 09:08:32

“Ayah!” ibunda Deon memprotes. “Kau lihat sendiri keadaannya! Jannah tidak bisa ikut ke lelang!”

“Kesehatannya tanggung jawab dokter,” jawab Kakek Robert datar, penuh kuasa. “Yang terpenting, acaranya tidak boleh gagal. Dunia bisnis menunggu Deon, Bella, dan Alfie tampil. Itu bagian dari rencana besar keluarga ini.”

"Mereka adalah sebuah keluarga yang ingin saya umumkan, bukan perempuan yang selalu pingsan ini!" Kakek Robert mengarahkan ujung tongkatnya ke arah Jannah yang masih belum sadar. Kedua matanya memicing tajam seolah wanita itu benar-benar adalah beban dan penganggu dalam keluarganya.

Deon yang sejak tadi menahan emosi akhirnya bersuara, suaranya rendah namun bergetar. “Kakek, aku nggak nyaman ninggalin Jannah kayak gini. Lihat dia…”

Tatapan Kakek Robert menajam. “Dengar aku, Deon. Acara ini lebih besar dari masalah rumah tanggamu. Kamu akan pergi bersama Bella dan Alfie, t

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 90

    Namun sebelum Dokter Afgan sempat mengucapkan sepatah kata pun, suara titik merah di celah daun pintu yang sedikit terbuka sedang merekam dengan ponselnya tanpa mereka sadari.“Bagus…” suara itu terdengar manis, tapi penuh racun.Wanita berambut sebahu dengan senyum lebar penuh kemenangan. Di tangannya, kamera digital masih menyala. Namun, beberapa saat dia segera pergi meninggalkan lokasi itu. Dia melangkah masuk ke dalam mobilnya dengan santai, menatap layar kameranya sambil tersenyum puas. “Harga video ini,” katanya sambil mengibaskan kamera kecil itu, “cukup untuk membayar uang sekolah anakku selama setahun.”"Tentunya setelah ku-edit beberapa part!"Di dalam ruangan, terjadi keheningan yang abadi sampai Jannah mengangkat ponselnya dan menghubungi Naila."Naila, kamu datang sekarang. Aku pingsan lagi dan saat ini, hanya Dokter Afgan yang berada di sini."Naila segera memacu mobilnya menuju

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 89

    “Ayah!” ibunda Deon memprotes. “Kau lihat sendiri keadaannya! Jannah tidak bisa ikut ke lelang!”“Kesehatannya tanggung jawab dokter,” jawab Kakek Robert datar, penuh kuasa. “Yang terpenting, acaranya tidak boleh gagal. Dunia bisnis menunggu Deon, Bella, dan Alfie tampil. Itu bagian dari rencana besar keluarga ini.”"Mereka adalah sebuah keluarga yang ingin saya umumkan, bukan perempuan yang selalu pingsan ini!" Kakek Robert mengarahkan ujung tongkatnya ke arah Jannah yang masih belum sadar. Kedua matanya memicing tajam seolah wanita itu benar-benar adalah beban dan penganggu dalam keluarganya.Deon yang sejak tadi menahan emosi akhirnya bersuara, suaranya rendah namun bergetar. “Kakek, aku nggak nyaman ninggalin Jannah kayak gini. Lihat dia…”Tatapan Kakek Robert menajam. “Dengar aku, Deon. Acara ini lebih besar dari masalah rumah tanggamu. Kamu akan pergi bersama Bella dan Alfie, t

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 88

    Tanpa sepatah kata, Deon melepaskan mantel dan menaruhnya di kursi, lalu meraih sisi ranjangnya sendiri. Ia berbaring pelan, memunggungi Jannah, menarik napas panjang, dan memejamkan mata. Tak ada percakapan, tak ada sentuhan. Hanya dua hati yang berbaring berdampingan, terpisah oleh jarak yang tak kasat mata.Entah sejak pukul berapa, keheningan yang nyata itu membuat kedua insan itu tertidur dengan posisi saling bertolak belakang. Dalam diam, dan tenggelam dalam pikiran masing-masing yang cukup panjang dan rumit.Pagi harinya, sinar matahari perlahan menembus kamar, menerpa wajah Jannah yang pucat. Nafasnya berat, tubuhnya terasa lemah luar biasa. Kepalanya berdenyut, nyeri menjalar hingga ke persendian. Fibromyalgia-nya kembali kambuh akibat stres semalam.Jannah berusaha bangun perlahan, namun pandangannya berkunang. Peluh dingin membasahi pelipisnya, membuat tubuhnya semakin lemas. Tangannya meraba meja di samping ranjang, mencari obat yang selalu ia simpan

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 87

    Lalu, dengan sengaja, Bella mencondongkan wajahnya, bibirnya hampir menempel di bawah telinga Deon.“Deon…” bisiknya manja, cukup keras untuk terdengar oleh Jannah di balik pintu. "Kamu bau alkohol, tapi aku menyukainya."Tepat setelah itu, Bella mengecup bawah telinga Deon dengan sengaja.Hancur.Seolah dunia runtuh di hadapan Jannah. Suara detak jantungnya menggema di telinga, sementara udara seakan hilang dari paru-parunya. Ia mundur selangkah, menutup mulutnya dengan tangan untuk menahan isak yang nyaris pecah.Deon sama sekali tidak menyadari pandangan Jannah dari balik pintu. Dia hanya terus berjalan ke kamar Bella, menurunkannya di ranjang dengan hati-hati."Sudah, kamu istirahatlah, aku akan kembali ke kamarku.""Ehh, jangan! Maksudku, tunggu sebentar!" pekik Bella seraya menaikkan lututnya, memegang mata kakinya dengan mata yang mulai basah.Di luar, Jannah menutup pintu kamarnya perlah

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 86

    Namun yang paling menakutkan bukanlah Vincent yang terkapar di rumah sakit. Yang membuat dadanya sesak adalah kenyataan bahwa kata-kata Vincent barusan terus terngiang… dan ia tahu, sebagian dari itu adalah kebenaran yang selama ini ia hindari.Ia hanya berusaha menghindari fakta. Dengan dikawali beberapa pria yang meleraikan mereka tadi, Deon ikut ke mobil ambulans yang membawa serta tubuh Vincent yang sudah terkulai tidak berdaya dan penuh bercak darah di mana-mana.Pertolongan segera dilakukan. Bau antiseptik dan suara alat monitor jantung memenuhi ruang sempit tempat Vincent terbaring. Perintah dari dokter yang menangani penuh kepanikan namun professional, berusaha menyelamatkan korban.Sementara Deon duduk di kursi, kepalanya tertunduk, wajahnya suram. Tangannya masih berlumuran bekas darah yang belum sepenuhnya terhapus.Tidak lama kemudian, seorang Dokter keluar dan melepaskan masker medisnya."Siapa yang bertanggungjawab atas korban?"Deon segera berdiri, "saya! Bagaimana kead

  • Pak Deon, Istrimu Menolak Kembali   Bab 85

    Bab 85Bella mengigit bibirnya sendiri, menyaksikan bagaimana Deon masih menggendong istrinya dengan mesra. Wajahnya memanas dan dia mengenggam sendoknya. Membenamkan amarah dan berusaha menenangkan dirinya.“Bella, kamu akan menginap di sini bersama Alfie.” Suara Kakek Robert membuyarkan tatapan Bella yang memanas ke arah Deon dan Jannah yang melangkah pergi.Hidung Bella kembang-kempis, senyumnya nyaris tak bisa ia sembunyikan. Hatinya terasa hangat sekaligus bergejolak. Itu berarti kakek benar-benar menganggapnya bagian dari keluarga ini, bagian yang penting. Tatapan pria tua itu sempat melirik Jannah sekilas, tanpa kata, namun cukup menusuk.Deon menghentikan langkahnya sedikit, sementara Jannah yang berada dalam gendongannya hanya menunduk, berusaha menelan kepahitan tanpa terlihat rapuh. Tangannya meremas bahu kanan Deon, begitu kuat, menahan nyeri yang menjalar dari dadanya. Sementara itu, Deon yang menggendongnya kembali melanjutkan langkahnya menaiki tanggan. Tidak mengatakan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status