LOGIN“Pernikahan? Bukannya udah nikah?” Venya menghentikan aktivitasnya. “Aku sudah menikah, tapi resepsi belum.” Yasmine memainkan kukunya. “Non, Bibik pulang sebentar. Minto pamit mau berangkat kuliah lagi, di kota.” Bik Minah tampak khawatir. “Iya, Bik.” Yasmine menatap kepergian wanita paruh baya itu. Venya memberikan teh hangat. “Diminum.” “Iya.” Yasmine secara perlahan menyeruput teh itu. “Aku boleh minta bantuan kamu nggak?” tanya Venya. “Apa?” Yasmine tahu maksudnya. “Emb … itu—” “Minto?” tebak Yasmine telak. “Iya.” Venya tersipu. “Kemarin aku bilang mundur, tapi dia kecewa, lalu … dia bilang semua ini gara-gara orang tuaku.” “Ya udah aku pergi dulu, aku cariin info!” Yasmine segera pergi agar bisa bertemu Minto. Tidak lama Yasmine sampai di depan rumah Bik Minah. Terlihat Minto naik motor jadulnya sedang mengemas barang-barangnya. “Minto!” panggil Yasmine sambil tersenyum manis. “Iya, Nona!” Minto menghentikan aktivitasnya. “Kamu buru-buru banget kembali ke kota, e
“Beli, Bik! Jangan sampai nggak!” Yasmine tertawa.“Non ini bercanda terus, ih.” Bik Minah gemas sendiri.Tanpa terasa mereka sampai di rumah Venya. Terlihat banyak bunga di sana. Membuat Yasmine langsung jatuh cinta.“Ayo, Bik! Turun!” Yasmine keluar dari dalam mobil lalu berjalan lebih dahulu.Bik Minah mengikuti dari belakang. Di depan rumah ada orang tua Venya terlihat sedikit meremehkan mereka berdua.“Bik Minah kenapa ke sini?!” tanya Tuti—ibu Venya.“Maaf, Bu Lurah! Ini majikan saya mau ketemu Mbak Venya.” Bik Minah sedikit merendahkan diri.“Oh, kenal?!” Lirikan Tuti sangat menakutkan di mata Yasmine.“Buset ini orang minta dicolok matanya,” batin Yasmine tersenyum getir.Tidak lama Venya keluar tanpa dipanggil sang ibu. Venya tersenyum lalu menghampiri Yasmine.“Ibu kenapa nggak disuruh masuk! Ini istrinya orang kaya di pinggiran hutan selah timur.” Venya mengomeli sang ibu.“Apa! Ya, ampun Non! Masuk ke dalam, nanti saya buatkan. Minum dan makanan.” Tuti sibuk sendiri. “Ayo,
Dimas kembali ke posisi awal duduk. Sesil terkejut dengan apa yang dilakukan Dimas.“Maaf, aku sengaja.” Dimas tanpa ekspresi.Cup …Sesil mengecup bibir Dimas. “Selamat malam!” Gadis itu pergi.Dimas membeku ia masih tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Sesil. Sampai di kamar Sesil masih melihat Dimas masih di bawah.“Bukan tidak mau, tapi sekedar cium dikit boleh.” Sesil tertawa sendiri bak orang gila lagi kasmaran.***Keesokan harinya, Ranti pergi bimbingan. Dia sudah seminggu tidak melihat batang hidung Yasmine. Ia pun memberanikan diri untuk bertanya kepada Reno.Tok … tok …“Masuk!” Reno masih di ruangannya sibuk dengan dunia kampus.“Lagi sibuk, pasti.” Ranti menarik kursi.“Duduk.” Reno tahu jika Ranti pasti perlu sesuatu.“Bapak boleh ngobrol sebentar?” tanya Ranti dag-dig-dug.“Ngomong aja,” ucap Reno tanpa melihat wajah Ranti.“Ini orang dingin banget dah!” gerutu Ranti di dalam hati.“Ayo, cepet. Sebentar lagi aku mau masuk kelas.” Reno sok sibuk.“Yasmine udah se
“Yah, ketahuan deh!” Reno mencebik lalu berdiri pergi ke meja makan.“Awas kamu Kak Dimas!” Sesil merajuk.Sejujurnya para wanita begini banyak drama. Namun, tidak semua wanita ya.Selesai makan malam bersama. Dimas melihat jam tangannya ternyata sudah malam. Ia pun harus kembali karena besok pagi akan bekerja.“Om, Tante! Saya pamit pulang. Bro duluan ya!” Dimas berdiri.“Mama jadi nginep di sini?” tanya Sesil yang memastikan.“Jadi dong!” Lusiana berdiri membantu Yasmine membereskan piring.“Aku besok mau daftar kerja, jadi aku pulang.” Sesil mengecek tasnya.“Memangnya udah ada ijazah?” tanya Reno.“Bapak Dosen! Daftar kerja freelance pakai ijazah? Nggaklah.” Sesil berdiri.“Lagian kamu nggak bilang kalo freelance.” Reno tidak mau disalahkan.“Iya, Kak iya!” Sesil mengalah.“Hati-hati di jalan ya, Dim.” Dino berdiri akan mengantarkan mereka berdua pergi.“Kita ngobrol di rooftop aja, Pa!” ajak Reno malas mengantarkan mereka.“Kamu dulaan, nanti Papa nyusul.Reno pun berjalan ke roo
“Tentu saja ada permintaan aku,” ucap Yasmine. “Katakan biar aku catat, nanti aku ngomong sama WO-nya.” Reno mencoba sabar menghadapi sang ratu. Bunganya rangkaian yang rimbun dan melimpah, pakai warna monokromatik atau gradasi (ombre). Aksen berkilau, penggunaan kristal, manik-manik, atau kain satin/sutra biar memantulkan cahaya. Pencahayaan lampu yang dramatis dan terencana dengan baik kaya lampu gantung kristal, lilin dalam jumlah banyak, atau lampu sorot itu sangat bagus dan penting untuk menciptakan suasana mewah. Garis yang ramping pakai furnitur dan tata letak cenderung memiliki garis yang bersih dan modern, menghindari detail yang terlalu rumit kecuali untuk aksen tertentu.” Yasmine tersenyum senang. “Ok, cuma itu saja ‘kan?” Reno memastikan kembali. “Masih ada Kak! Sabar dong!” omel Yasmine. “Baik, Nyonya apalagi?” tanya Reno. “Gaunnya banyak pernak-pernik! Kristal gitu,” ucap Yasmine asal. “Yakin?” Reno memastikan. “Yakinlah.” Yasmine tersenyum. “Berarti udah nggak
“Pak berhenti!” Reno meminta supir berhenti. Supir langsung menghentikan mobilnya. Yasmine menurunkan kaca mobil. Mata Venya terpukau melihat mobil mewah. Varian spek tertinggi untuk Toyota Alphard adalah Alphard 2.5L HEV CVT tersedia dengan harga Rp 1,733 Milyar. Varian lain dari Toyota Alphard. “Kalian ada apa?” tanya Yasmine. “Maaf, ya! Ini untukmu.” Venya mendekati Yasmine. Yasmine keluar dari dalam mobil. Ia memeluk Venya lalu mengambil pemberiannya. “Makasih, Ve! Selamat berjuang.” Yasmine melambaikan tangan. Mobil berwarna hitam itu melaju kencang. Minto yang membawa motor hanya menatap kepergiannya. Venya berjalan kaki meninggalkan Minto yang masih menatap mobil itu. “Ayo, naik!” Minto datar. “Nggak usah,” tolak Venya sambil tersenyum. “Sepertinya memang harus berhenti berjuang,” batin Venya yang kembali berjalan. Pria itu menggunakan motor CB klasik adalah motor legendaris dari Honda yang identik dengan desain klasik, mesin tangguh, dan performa yang andal, terutama