Share

132. Tak Ada yang Abadi

Penulis: Dewi masitoh
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-12 23:54:02

“Aku ada hadiah 2 lagi, yuk! Nanti aku jelasin kenapa kasih hadiah ini.” Ranti menentang 3 paper bag.

“Sini aku yang bawa, Tuan Putri nggak boleh bawa beginian.” Leo mengambil paper bag itu dari tangan Ranti.

“Terima kasih, Pangeranku.” Ranti bergelayut mesra di lengan Leo.

Di parkiran Leo membuka bagasi mobil untuk memasukkan ketiga paper bag itu. Ranti hari terlihat berbeda dari biasanya.

“Kamu cantik,” puji Leo.

“Oh, iya?” Ranti malas berdebat.

“Biasa kamu marah, kalo aku bilang gitu.” Leo merasa aneh.

“Untuk kali ini aku memaafkanmu!” Ranti masuk ke dalam mobil.

Mobil mulai berjalan Ranti menyalakan musik yang tersambung bluetooth ponselnya. Noah “Tak Akan Ada yang Abadi”. Namun, kali ini yang menyanyi dari Synthetic Harmonica.

Takkan selamanya tanganku mendekapmu

Takkan selamanya raga ini menjagamu

Seperti alunan detak jantungku

Tak bertahan melawan waktu

Dan semua keindahan yang memudar

Atau cinta yang telah hilang

Tak ada yang abadi

Tak ada yang abadi

Tak ada yang abadi

Tak ada
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pak Dosen Jangan Nakal, Ah!   188. Malam Kedua Menjadi Malam Pertama

    “Kamu rapi banget, dari mana?” tanya Vina. “Bukan urusan kamu.” Dimas meninggalkan Vina. Baru berjalan beberapa langkah, Vina melihat Sesil berjalan terburu-buru. Sesil jutek sekali melihat Vina. “Sayang!” panggil Sesil dengan manja sengaja memanasi Vina. “Kenapa?” Dimas dengan lembut menjawab ucapan Sesil. Deg … “Dia selalu kasar denganku,” batin Vina seperti ingin menangis. “Ponsel kamu ketinggalan, jangan lupa besok kita ada acara pertemuan keluarga.” Lagi-lagi Sesil memanasi Vina yang masih berdiri di tempatnya. Sakit, iya tentu saja sakit apa yang dirasakan oleh Vina sekarang. Bertahun-tahun mencintai sosok pria itu. Namun, ia tidak menoleh sedikit pun. Vina lalu pergi dari sana ia berlari. Dimas dan Sesil saling pandang. Dimas tersenyum lalu mengambil ponselnya dari tangan Sesil. “Pulanglah, aku mau lembur dulu,” pamit Dimas pergi lebih dahulu. Sesil hanya diam, setelah kepergian Dimas ia pergi dari sana. Saat di depan pintu utama rumah sakit. Ia melihat Vina berjongk

  • Pak Dosen Jangan Nakal, Ah!   187. Resepsi Pernikahan

    Reno sampai di rumah baru mereka. Sekitar pukul 18.30 mereka sampai di sana. Reno mencoba membangunkan Yasmine dengan menyentuh pipi wanita itu.“Sayang, bangun. Kita sudah sampai.” Reno menatap wajah Yasmine hanya menggeliat.“Hem!” Yasmine berdeham saja.“Coba buka matamu,” titah Reno lalu membuka pintu.Brak …Yasmine terkejut Reno menutup pintu dengan kencang. Yasmine emosi karena ia merasa Reno tidak sopan. Namun, saat matanya terbuka.“Ya Tuhan!” Yasmine melongo melihat rumah semewah itu di hadapannya.Yasmine keluar dari dalam mobil lalu menatap rumah besar itu. Reno menghampiri Yasmine lalu mengajak masuk.“Ayo, masuk!” ajak Reno.Yasmine masih terdiam mengamati rumah itu. Rumah bergaya eropa modern membuat Yasmine terpukau. Taman depan yang luas membuat Yasmine ingin duduk di kursi panjang yang sudah disiapkan.“Ke sana yuk!” ajak Yasmine menunjuk kursi panjang itu.Mereka berdua berjalan lalu duduk di sana. Bulan bersinar terang dikelilingi bintang. Yasmine bersandar di bahu

  • Pak Dosen Jangan Nakal, Ah!   186. A Thousand Years

    “Leo!” panggil Andri sambil memeluk. Rasa haru terlihat jelas di sana. Andri merasa dirinya itu terlalu keras. Sampai menyakiti anak semata wayangnya. “Maafin Leo, Pa!” Leo melepaskan pelukannya. Di sana ada seorang wanita cantik, terlihat itu jika wanita itu sedang dekat dengan Andri. Terlalu muda untuk umur Andri yang tua bangka itu. “Semoga kamu dan istri selalu bahagia!” Andri menepuk pundak Leo. “Iya, Pa.” Leo mengangguk. Venya tersenyum ke arah Andri dan calon istri Andri—Fransiska. Wanita itu membalas senyuman calon menantunya. Acara demi acara dilalui mereka semua. Begitu khidmat acara mereka. Sampai ketika Leo izin ke toilet. “Kamu tidak merindukanku, Leo.” Suara itu terdengar menjijikan bagi Leo. “Kamu wanita murahan sekali.” Leo datar. “Gimana perasaanmu? Melihat aku bersama Papamu?” tanya Fransiska. “Biasa saja.” Leo meninggalkan Fransiska. “Tunggu!” Fransiska meraih tangan Leo agar dia tidak pergi. “Stop! Fransiska!” Leo menghempaskan tangan wanita itu hingga

  • Pak Dosen Jangan Nakal, Ah!   185. Hari Pernikahan

    “Halo, Sayang!” Bella mengusap kepala Lino.“Tante lama banget, dari mana aja sih!” omel Lino sekarang.“Ini Tante ambil Tumbler Tuku kamu, ketinggalan di mobil.” Bella menunjukkan ke arah mereka.“Untung ya, ketinggalan di mobil, bukan di kereta. Ilang nuduh petugasnya. Aduh, ribet.” Yasmine tertawa mengajak bercanda.“Bener banget! Malah merugikan orang lain. Udah dibantu malah begitu. Apalagi dihujat di Konoha ini, emb … takut!” Bella ikut tertawa bersama.“Ehem! Sudah selesai ayo, bayar,” ajak Farel sambil melihat keseruan mereka berdua.“Ah … iya aku lupa di mobil aku ditunggu.” Yasmine langsung berjalan ke kasir.Sampai di kasir Yasmine mulai menaikan barang-barang satu per satu agar dihitung kasir. Kasir dengan cepat menghitung barang wanita itu.“Kak total 455.325 ya!” Kasir memberi tahu.“Wait, Kak!” Yasmine mengambil kartu kredit yang diberi Reno.“Pakai ini aja,” ucap Farel memberikan kartu kreditnya.“Akh! Jangan! Aku ganti.” Yasmine menolak.“Sudah, Pak.” Kasir mengembali

  • Pak Dosen Jangan Nakal, Ah!   184. Pertemuan Tak Terduga

    “Ibu ngomong apa sih!” Venya tersinggung sekali.“Kamu di luar negeri bareng-bareng terus. Hayo, ngaku!” tuduh Siska yang tidak percaya dengan anaknya sendiri.“Aku ini anak Ibu! Yang dari kecil diajarin kebenaran. Mana mungkin aku hamil duluan! Makanya kami menikah, agar tidak melakukan hal aneh.” Venya menjelaskan panjang lebar. “Maaf, Ibu! Aku sudah tidak suci lagi,” batin Venya tanpa disadari air mata turun ke pipi.“Maafin, Ibu.” Siska memeluk Venya anak semata wayangnya.Nendar pergi dari sana lalu diikuti oleh Siska. Venya beristirahat menyiapkan mental dengan pernikahan sederhananya.***“Cowok yang disukai Venya kalian tahu?” Leo membuka pembicaraan.“Minto?” tebak Yasmine ragu.“Cowok yang di luar tadi,” ucap Leo masih kesal.“Tadi aku juga liat Minto sama Bik Minah.” Reno menanggapi biasa saja. “Terus kenapa?” Reno masih fokus dengan kemudinya.“Dia mohon-mohon jangan menikah denganku! Mana akting nangis lagi. Cowok kok cengeng.” Leo mencibir Minto tanpa berkaca dirinya dit

  • Pak Dosen Jangan Nakal, Ah!   183. Dituduh Hamil

    Tanpa mereka sadari di balik pohon ada Leo di sana. Leo menunggu Venya menjawab pertanyaan pria itu.“Sampai dia menjawab tidak puas dengan pilihannya sekarang, aku tidak akan menikahi dia,” batin Leo merasa sakit hati.Venya tersenyum manis menatap Minto yang terlihat kasihan. “Maaf, sudah terlambat. Kak Leo sekarang adalah masa depanku, aku sudah tidak ada perasaan denganmu. Jangan menangis, sudah terlambat. Tidak perlu ditangisi Kamu bisa mencari gadis lain. Lagipula aku sudah pernah memberikan kesempatan lalu kamu tolak.” Venya mencoba mengendalikan emosinya.“Kamu tahu alasannya, ‘kan! Kita tidak bisa bersama, karena orang tuamu tidak merestui Karena aku miskin. Aku lagi berusaha membangun usaha kecil-kecilan.” Minto memberikan penjelasan yang membuat Leo bisa merasakan apa yang dirasakan pria itu.“Sekali lagi aku minta maaf, aku tidak bisa. Aku juga tidak pantas lagi untukmu.” Venya mematahkan harapan Minto lagi.“Kenapa?” tanya Minto menerka-nerka. “Apa kamu suda—”“Iya, aku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status