LOGIN“Bicaralah, jangan sungkan. Kita ‘kan teman,” ucap Lusiana dengan santai.
“Kamu akan membantuku, ‘kan?” Fira memastikan terlebih dahulu.
“Jangan berbelit Fira, bicaralah.” Lusiana datar.
“Perjodohan ini harus lancar, Elsa sangat mencintai Reno.” Fira mencoba meyakinkan.
“Iya, Tante!” Elsa dengan wajah sok imutnya.
“Aku akan coba ya,” balas Lusiana sambil tersenyum entah isi hati Lusiana seperti apa.
***
“Sayang, aku rindu kamu!” Kenan menyentuh tangan Yasmine.
“Aku juga rindu kamu,” balas Yasmine yang bergelayut mesra.
Mereka berdua sedang berada di sebuah restoran mewah. Melepas rindu yang hampir beberapa minggu tidak bertemu.
Ceklek …
Pintu utama restoran terbuka, pria dingin nan tampan masuk ke dalam restoran itu untuk meeting. Pria itu menatap tajam saat melihat sosok yang ia kenal.
“Kucing kecil ini berani sekali bermesraan di depan mataku,” batin Reno.
“Tuan, ayo!” ajak Leo yang tidak tahu kenapa bosnya menghentikan langkahnya.
“Tunda 30 menit, aku ada urusan mendesak!” titah Reno datar.
“Baik, Tuan!” Leo pergi.
Reno berjalan ke arah Yasmine yang sedang makan bersama dengan Kenan. Reno menarik kursi lalu duduk sambil menatap Yasmine. Seketika Yasmine tercekat, tangan bergetar saat memegang sendok.
“Silakan makan,” ucap Reno.
Yasmine yang sadar langsung menggeser kursinya. Kenan merasa aneh kenapa Yasmine ada Reno berubah sikap.
“Bapak kenapa di sini?” tanya Yasmine masih mengendalikan kegugupannya.
“Saya ada meeting.” Reno masih enggan memalingkan matanya dari wajah Yasmine.
Mengapa Yasmine harus takut, padahal hubungan mereka saja tidak jelas. Kenan tahu jika Reno dosen pembimbing Yasmine.
“Bapak mau pesan makanan?” tawar Kenan.
“Tidak perlu,” balas Reno dingin.
Yasmine seperti sedang ketahuan berselingkuh merasa tak nyaman sekali. Reno berdiri lalu mengkode Yasmine agar ikut dengan Reno.
“Saya bawa Yasmine sebentar,” pamit Reno.
Bodohnya, Yasmine mengikuti Reno dengan patuh. Reno berjalan ke arah ruangan VIP, pelayan langsung menyediakan tempat karena Reno tamu VIP di sana.
“Jangan ada boleh masuk ke sini,” ucap Reno.
Pelayan hanya mengangguk saja. Jantung Yasmine dag-dig-dug, ia terkejut dengan ucapan Reno yang menakutkan baginya. Saat di dalam Yasmine kebingungan tidak ada Reno. Ternyata Reno di belakang pintu dengan sengaja mengunci pintu.
Gluk …
Yasmine menelan ludahnya dengan kasar, ia membalikkan tubuh menghadap Reno. Reno berjalan maju, Yasmine pun berjalan mundur hingga tubuhnya menabrak meja makan.
“Mau kabur ke mana kamu?” bisik Reno di telinga Yasmine, tangannya menyentuh pinggang Yasmine.
Yasmine mencengkram pinggiran meja, napasnya memburu ketika Reno membungkam bibir Yasmine. Yasmine yang sadar langsung memberontak. Namun, Reno tidak mau melepaskan Yasmine begitu saja.
“Hah-hah!” Napas Yasmine tidak beraturan.
“Aku tidak suka milikku disentuh orang lain, Yasmine.” Suara Reno terdengar tegas.
“Bapak! Bapak ngomong apa sih! Bukannya kita hanya berpura-pura saja? Kenapa Bapak bicara begitu sekarang.” Yasmine mendorong tubuh Reno agar menjauh.
Deg …
Reno baru sadar jika mereka hanya berpura-pura saja dan tidak lebih. Reno melepaskan Yasmine, ia mencoba mengontrol rasa cemburunya begitu tinggi.
“Dia bukan pria baik, Yasmine.” Reno mencoba memberi tahu betapa bejatnya pacarnya itu.
“Bapak jangan sok tahu deh, yang beja*t itu Bapak! Bukan Pacarku!” Yasmine tidak terima Kenan dituduh yang tidak-tidak.
Yasmine meninggalkan Reno yang masih bergeming di tempat. Setelah keluar dari ruangan itu Yasmine memilih ke toilet untuk membenarkan penampilannya yang berantakan. Di dalam toilet Yasmine mencuci mukanya sambil menangis.
“Kenapa Pak Reno selalu kasar padaku?” batin Yasmine air mata menetes terus menerus.
Setelah sudah tenang, Yasmine kembali ke meja di mana Kenan sendang menunggu. Kenan melihat Yasmine langsung tersenyum. Yasmine tidak percaya jika pacarnya yang tampan ini bukan orang baik. Namun, rasa curiga di hati Yasmine ada. Otak dan hati Yasmine tidak bisa bekerja sama.
“Lama banget?” tanya Kenan.
“Tadi beliau kasih tugas banyak, skripsiku ada yang harus diperbaiki.” Alasan konyol macam apa ini bagi Yasmine.
“Ok, cepat makan lagi.” Kenan tanpa curiga sama sekali.
Tring … tring …
Ponsel Kenan berbunyi membuat mereka berdua tersentak. Kenan pun berdiri lalu mengangkat telepon itu. Entah mengapa hati dan pikiran Yasmine sudah terhasut omongan Bara. Yasmine diam-diam menguping pembicaraan Kenan.
“Iya, aku ke sana! Kamu tunggu aku,” ucap Kenan manja.
Yasmine melihat itu tampak curiga dengan gerak-gerik Kenan. Ia bergegas kembali ke mejanya agar Kenan tidak curiga.
“Sayang, aku pergi dulu ya! Mama minta jemput,” pamit Kenan lalu mencium kening Yasmine.
“Ok! Hati-hati di jalan ya!” seru Yasmine.
Kenan bergegas pergi dari sana dan Yasmine berinisiatif untuk mengikuti Kenan. Tanpa curiga Kenan melajukan mobilnya. Yasmine melihat Reno masuk ke dalam mobil akan pergi. Yasmine langsung masuk mobil Reno tanpa izin.
“Kenapa kamu di sini!” Reno terkejut.
“Pak tolong ikuti mobil Kenan,” mohon Yasmine dengan wajah memelas kali ini.
Reno tanpa menjawab ia mengikuti mobil Kenan. Yasmine ingin membuktikan jika Reno salah besar tentang Kenan. Sampai di salon spa termewah di kota mereka. Yasmine melihat dengan mata kepalanya sendiri. Kenan menyapa gadis cantik lalu berpelukan.
Deg …
Yasmine merasa sesak di dada, air mata pun mengalir. Tanpa aba-aba Yasmine keluar dari mobil Reno lalu menghampiri Kenan.
Plak …
Tamparan itu mendarat di pipi Kenan. Gadis yang bersama Kenan ikut terkejut dengan apa yang diperbuat Yasmine.
“Kita putus!” Yasmine membalikkan tubuh lalu pergi.
Wush …Tiba-tiba ada angin kencang membuat pohon bergoyang. Dedaunan berterbangan Venya melihat pria tampan berjalan langsung menghentikan langkahnya.“Malaikat mana itu?” batin Venya terpukau.“Suamiku! Sakit!” rengek Yasmine manja.“Kamu hati-hati!” Reno langsung membopong tubuh Yasmine.“Tuan, maafkan saya tidak bisa menjaga Nona Yasmine.” Minto menundukkan kepalanya.Deg …Seketika Venya merasa jantungnya berhenti sesaat. Mendengar pernyataan Minto baru saja.“Tuan Reno? Orang terkaya di desa ini?!” jerit Venya hanya bisa di dalam hati.Tubuh gadis itu terasa kaku ia ingin sekali meminta maaf. Namun, rasa gengsi telah merasuki pikiran dan tubuh Venya.“Tidak apa-apa. Terima kasih sudah mengajak Istriku jalan-jalan.” Reno datar.Pria itu berjalan melewati Venya. Namun, Yasmine menarik lengan Reno.“Berhenti.” Yasmine memohon.Reno menghadap ke arah Venya yang terlihat merasa bersalah. Yasmine tersenyum saat Venya menatapnya.“Venya dia adalah cintaku. Jangan cemburu dengan aku.” Ya
“Bukan urusan kamu!” Minto dingin.Yasmine hanya diam dia hanya mengamati wajah tampan Minto. Baru saja ramah murah senyum. Kini berubah menjadi serius.“Aneh,” gumam Yasmine.“Kenapa Non?” tanya Minto menoleh ke arah Yasmine.“Nggak pa-pa, aku balik aja ya. Nggak enak Pacarmu datang,” pamit Yasmine.“Jangan Non!” Minto meraih lengan Yasmine.Yasmine menatap bingung, para anak buah Reno menatap tajam. Minto langsung melepaskan tangannya.“Maaf.” Minto tersenyum kikuk.“Kalo nggak jalan aja rame-rame,” ajak Yasmine.“Gadis Gila! Kamu pulang sana! Ganggu!” ucap Minto kasar.“Minto, sudahlah.” Yasmine tersenyum.“Dia juga ngizinin juga! Kamu kenapa sih! Sama aku pasti kasar.” Venya—gadis ini anak kepala desa.“Sudah-sudah.” Yasmine menengahi.Mereka akhirnya berjalan-jalan kembali. Mereka mulai masuk ke hutan yang niat awal ingin keliling desa. Mata Yasmine berbinar melihat jamur.“Jamur apa ini?” tanya Yasmine penasaran. “Bahaya nggak aku pegang.” “Aman.” Minto melihat Yasmine mengambi
“Iya janji sama orang.” Bik Minah menjelaskan lagi. “Nggak ada Bik. Mungkin Bibik.” Yasmine tersenyum. “Anak sekarang.” Bik Minah tertawa. Tidak sadar mereka sudah sampai di desa. Banyak rumah warga pastinya di sana. Para warga menyapa Bik Minah dengan ramah mereka mengobrol tiap jalan. “Ini orang apa nggak ada kerjaan ya?” batin Yasmine merasa aneh. “Non,” panggil Bik Minah melihat Yasmine melamun. “Hah!” Yasmine fokus dengan rumah-rumah warga terlihat menyejukkan. “Rumah di sini klasik banget,” ucap Yasmine lalu menoleh ke Bik Minah. “Sini masuk! Ini rumah Bibik.” Mereka pun masuk ke dalam. Yasmine melihat tidak orang lain di rumah itu selain Bik Minah. “Bibik tinggal sendiri?” tanya Yasmine yang celingukan. “Ada suami dan anak, mereka masih di ladang Non.” Bik Minah menjelaskan. “Bik, saya mau ke ladang. Sepertinya enak.” Yasmine butuh penyegaran hati. “Bibi mau ambil makanan dulu, untuk ke sana.” Bik Minah menyiapkan makan siang. Setelah itu mereka berjalan kembali l
“Boleh Bik!” Yasmine excited. Mereka berdua akan pergi, tetapi ada beberapa anak buah Reno mengikuti. Wajah Yasmine menjadi cemberut. Ia tidak leluasa dilakukan seperti ini. “Kenapa mereka harus ikut, Bik!” keluh Yasmine sambil menatap tajam ke arah pria-pria di belakangnya. “Ini untuk kebaikan Non Yasmine.” Bik Minah tersenyum. Senyuman Bik Minah sangat meneduhkan hati Yasmine. Terlihat tulus tanpa mengeluh ia berjalan pulang. “Rumah Bik Minah masih jauh?” tanya Yasmine melihat di sekitar banyak ladang yang ditanami oleh penduduk. “Ada 2 km dari sini, Non.” Bik Minah santai. “Hah! 2 km! Yang bener aja, Bik. Nggak lagi bercanda ‘kan?” tanya Yasmine merasa bersalah. “Kenapa wajahnya begitu?” tanya Bik Minah penasaran. “Jauh, Bik! Nyesel aku tadi ditawari naik mobil aja.” Yasmine cekikikan sekarang. “Dasar, Non.” Bik Minah ikut tertawa. Yasmine merasa tenang melihat hamparan hijau di sana. Pikiran melayang entah ke mana. “Non,” panggil Bik Minah. “Iya, Bik.” Yasmine masih s
“Begitu ya?” Yasmine menunduk.“Jika pria begitu pasti ada alasannya, Non. Udah nggak usah dipikirin, nanti juga balik sendiri sifatnya yang lembut.” Bik Minah selesai masak.“Jadi aku harus apa, Bik?” Yasmine tersenyum.“Kamu layani dia seperti biasa, pasti dia berubah seperti biasanya lagi. Jangan dicuekin kasian,” saran Bik Minah.Tiba-tiba Yasmine ada ide bagus. Ia berjalan ke rak piring mengambilkan makan. Segelas air putih, susu, dan jus. Lengkap sarapan pagi ini.“Banyak banget, Non.” Bik Minah sampai terkejut.“Biarin, Bik.” Yasmine cekikikan.Reno terlihat sudah rapi akan pergi ke kampus. Ia melihat sang istri membawakan makanan.“Sayang, aku buru-buru. Pergi dulu,” pamit Reno sambil mencium kening Yasmine.Mata Yasmine memerah menahan tangis. Entah mengapa rasa sakit itu sampai menembus hati Yasmine. Tangannya bergetar hingga …Prang …Nampan yang wanita itu terjatuh. Ia langsung berjongkok mengambil pecahan kaca itu. Tatapan kosong air mata itu luruh.Reno yang di halaman a
Drrt … drrt …Ponsel selalu bergetar hingga ia kesal lalu mengangkat telepon itu. Lisa menarik napas panjang lalu berbicara lembut.“Halo, Sayang!” sapa Lisa sambil mengepalkan tangannya.“Kamu di mana!” bentak pria itu menakutkan.“Aku lagi keluar, Sayang.” Lisa masih bisa mengendalikan emosinya.“Cepat pulang!” bentak pria itu lagi.“Iya, aku pulang.” Lisa mematikan teleponnya.Sebenarnya pria itu siapa? Hingga Lisa begitu tunduk. Lisa yang berada di markasnya segera pulang. Ia sampai tergesa saat berjalan saking takutnya.Melihat mobil terparkir ia masuk ke dalam mobil. Tiba-tiba tangannya tremor membuat Lisa takut menghadapi pria itu. Sampai 10 menit di dalam mobil Lisa belum bergerak.“Lisa kamu pasti bisa.” Lisa pun menyalakan mobilnya lalu pulang ke rumah.Beberapa waktu kemudian, Lisa sampai di rumah besar nan mewah. Di sana Lisa tersenyum saat melihat pria gempal itu. Sudah seperti bola bisa dikatakan.“Lisa!” panggil pria itu marah.“Sayang, maaf,” rengek Lisa yang manja.“A







