Yasmine melepaskan tangan Reno dari tangannya, ia menatap sesaat lalu kembali berjalan ke arah sofa. Reno pun mengikuti Yasmine dari belakang.
“Saya tidak suka dengan sikap Bapak yang kasar seperti itu.” Terdengar soft spoken suara Yasmine.
“Maaf.” Reno bergeming.
“Jika tidak ada lagi yang dibicarakan, Bapak boleh pergi,” usir Yasmine tanpa ekspresi.
“Aku tadi menemui Papamu.” Reno menatap wajah Yasmine.
Yasmine acuh tak acuh saat Reno menatapnya. Rasa takut yang biasanya datang kali ini Yasmine mulai terbiasa dengan tatapan itu.
“Lalu?” Tanggapan Yasmine yang santai.
Reno kesal melihat tanggapan Yasmine cuek seperti itu. “Papamu meminta 50 miliar, untuk modal perusahaan. Itu saham dariku,” terang Reno.
Yasmine merasakan sesak di dada mendengar kata 50 miliar. Yasmine di jual dengan harga fantastis. Reno melihat Yasmine mengepalkan tangan lalu ia meneteskan air mata. Betapa sakit hatinya kepada sang papa.
“Apa yang kamu tangisi?” tanya Reno.
“Aku muak dengan semua ini, akan aku balas mereka yang sudah menyakitiku.” Mata Yasmine membara seperti ada api di dalamnya.
“Ayahmu sudah berjanji akan membatalkan pertunanganku dengan Elsa,” ucap Reno.
“Really?” Wajah Yasmine berbinar-binar. “Akhirnya aku bisa lepas dari dia!” jerit Yasmine di dalam hati.
“Iya. Jangan harap kamu bisa lepas dariku.” Seolah Reno tahu isi hati Yasmine.
Deg …
“Apa maksud Bapak?!” Jantung Yasmine terasa berhenti sejenak.
“Kamu akan menggantikan posisi itu. Ingat aku sudah menghabiskan banyak uang untuk ini,” ucap Reno yang menyakiti hati Yasmine.
“Jadi kita akan tunangan, tapi cuma pura-pura ‘kan?” Yasmine memastikan.
“Lihat saja nanti,” ucap Reno lalu beranjak dari duduknya.
“Masalahnya saya punya pacar, Pak!” Yasmine dengan ekspresi kesal.
Deg …
Ekspresi Reno seketika berubah mendengar pernyataan Yasmine. Rasa kecewa pun timbul tanpa dia sadari. Entah mengapa sesakit itu Reno merasakannya, padahal hanya sebuah kata-kata saja. Ini bukan masalah kata-kata melainkan hati seseorang menyukai secara diam.
“Oh.” Reno pergi meninggalkan Yasmine.
“Bapak! Ih, nyebelin!” teriak Yasmine tanpa takut.
***
Keesokan harinya, Reno mengajar di kampus. Dan, hari ini Yasmine tidak ada bimbingan Reno. Saat Reno keluar kampus, ada mahasiswa datang menemui Reno jika ada seseorang mencarinya.
“Siapa?” Reno pun bergegas ke ruangannya menunda kelas.
Ceklek …
Reno muak setelah melihat siapa yang datang. Acuh tak acuh saat duduk di depan wanita itu.
“Kenapa kamu datang ke ke sini?” tanya Reno sinus.
“Aku ingin membicarakan hubungan kita,” jawab Elsa dengan wajah sendu.
“Apa yang harus diperjelas?” tanya Reno lagi.
“Pertungan kita—”
“Apa Papamu tidak bercerita?” Reno tertawa miris.
Elsa menangis melihat Reno meremehkan dirinya. Cinta Elsa begitu besar tanpa Reno ketahui.
“Hapus air matamu. Aku mau ke kelas karena ada jam.” Reno ingin segera pergi.
“Jika kamu tidak mau menuruti kemauanku, aku akan berteriak lalu menyobek pakaianku. Biar seisi kampus menjadi heboh,” ancam Elsa dengan pikiran gilanya.
“Lakukanlah, jika kamu tidak mau bunuh diri.” Reno apatis.
“Baiklah!” Dengan bodohnya Elsa menyobek pakaiannya seperti orang dilecehkan.
Reno tertawa lalu menunjuk CCTV yang berada di ruangannya. Elsa bergeming sesaat mana sudah terlanjur sobek pakaiannya. Reno mengambil jaket yang ia miliki.
“Pakai ini, pergilah!” Reno meninggalkan Elsa yang masih berdiri di tempat.
Tanpa Reno sadari di luar ruangan ada Yasmine yang bersembunyi di balik tiang. Yasmine melihat Elsa mengenakan jaket Reno. Panas dan membara hati Yasmine, terasa sakit tanpa ia sadari.
“Kak Elsa ngapain di sini?” gumam Yasmine.
Yasmine yang begitu fokus tidak sadar ada seseorang di sampingnya. Wajah tampan itu sedang memperhatikan Yasmine. Jari telunjuk pria itu menyentuh pipi Yasmine hingga Yasmine terkejut.
“Kenan!” teriak Yasmine.
“Sayang ngapain di sini?” tanya Kenan—pacar Yasmine.
“Lagi mau bimbingan, kamu udah pulang, dari luar negeri. Kok nggak ngabarin,” ucap Yasmine sedikit gugup.
“Sengaja buat surprise kamu,” ucap Kenan lalu membawa Yasmine pergi dari sana.
***
Brak …
Elsa yang marah lalu masuk ke dalam mobilnya. Elsa sengaja membanting pintu mobil untuk meluapkan emosi.
“Akh!” teriak Elsa sambil memukul stir mobil.
Setelah emosi Elsa mereda, ia bergegas menemui Burhan. Sampai di perusahaan Elsa masuk ke ruangan Burhan dengan membanting pintu.
Brak …
Mata Burhan langsung tertuju kepada Elsa. Burhan cukup terkejut kedatangan Elsa. Burhan mengerti mengapa Elsa terlihat sedang kacau.
“Duduk!” Burhan pindah duduk di sofa.
“Papa, apa Papa setuju dengan keputusan Reno?” tanya Elsa dengan menggebu.
“Dia sudah memberi uangkan uang 50 miliar pada perusahaan ini, dan dia menjadi pemegang saham terbesar.” Burhan jujur.
“Maksudnya?” Elsa tidak mengerti dengan apa yang dimaksud oleh Burhan.
“Reno memberikan uang agar perjodohan ini tidak terjadi, dia meminta Yasmine menjadi istrinya,” terang Burhan.
“Apa!” Dada Elsa terasa sesak sulit bernapas karena kenyataan ini sangat menyakitkan baginya.
Elsa selama ini selalu menang jika harus bersaing dengan Yasmine. Namun, kali ini dia kalah dalam percintaan. Tak di sangka Fira datang ke perusaahan—mama Elsa.
“Mama!” Elsa menangis mengadukan semua ini kepada sang mama.
Burhan tidak bisa lagi berkutik jika ada istrinya. Anak kandung saja bisa dibuang.
“Minggu depan Papa harus menemui keluarga Reno untuk membicara ini.” Burhan menatap sang istri dengan takut-takut.
“Biar aku saja!” Fira membalas tatapan Burhan dengan sinis.
Fira dan Elsa bergegas ke rumah keluarga Reno. Fira akan memanfaat hal ini karena ibu Reno adalah sahabatnya. Elsa merasa senang masih ada secercah harapan. Tidak waktu lama mereka sampai di rumah Reno. Tidak butuh Minggu depan mereka langsung datang.
“Elsa calon menantuku!” sapa Lusiana.
“Apa kabar, Tante!” Elsa mencoba mendekatkan diri.
"Ayo, masuk!" ajak Lusiana masuk ke dalam rumah.
Mereka bertiga duduk di gazebo belakang rumah. Fira pun tanpa basa-basi lagi membuka pembicaraan.
"Aku mau bicara penting, Lus," ucap Fira dengan yakin.
“Bicaralah, jangan sungkan. Kita ‘kan teman,” ucap Lusiana dengan santai.“Kamu akan membantuku, ‘kan?” Fira memastikan terlebih dahulu.“Jangan berbelit Fira, bicaralah.” Lusiana datar.“Perjodohan ini harus lancar, Elsa sangat mencintai Reno.” Fira mencoba meyakinkan.“Iya, Tante!” Elsa dengan wajah sok imutnya.“Aku akan coba ya,” balas Lusiana sambil tersenyum entah isi hati Lusiana seperti apa.***“Sayang, aku rindu kamu!” Kenan menyentuh tangan Yasmine
Yasmine melepaskan tangan Reno dari tangannya, ia menatap sesaat lalu kembali berjalan ke arah sofa. Reno pun mengikuti Yasmine dari belakang.“Saya tidak suka dengan sikap Bapak yang kasar seperti itu.” Terdengar soft spoken suara Yasmine.“Maaf.” Reno bergeming.“Jika tidak ada lagi yang dibicarakan, Bapak boleh pergi,” usir Yasmine tanpa ekspresi.“Aku tadi menemui Papamu.” Reno menatap wajah Yasmine.Yasmine acuh tak acuh saat Reno menatapnya. Rasa takut yang biasanya datang kali ini Yasmine mulai terbiasa dengan tatapan itu.“Lalu?” Tanggapan Yasmine yang santai.Reno kesal melihat tanggapan Yasmine cuek seperti itu. “Papamu meminta 50 miliar, untuk modal perusahaan. Itu saham dariku,” terang Reno.Yasmine merasakan sesak di dada mendengar kata 50 miliar. Yasmine di jual dengan harga fantastis. Reno melihat Yasmine mengepalkan tangan lalu ia meneteskan air mata. Betapa sakit hatinya kepada sang papa.“Apa yang kamu tangisi?” tanya Reno.“Aku muak dengan semua ini, akan aku balas
“Maaf, Pak! Saya pergi dulu,” pamit Yasmine.“Mau saya antarkan pulang?” tanya Reno.“Nggak perlu, Pak.” Yasmine sedikit membungkukkan tubuhnya tanda menolak dengan halus sebelum pergi.Reno merasa seru selalu membuat Yasmine selalu gugup. Yasmine pun menghilang dari pandangan Reno.***Keesokan harinya, Yasmine sedang bersolek di depan cermin. Yasmine ragu dengan dandannya malam ini terlihat bagus atau tidak di mata Reno. Yasmine segara keluar dari apartemen lalu menunggu pria itu di basement.Tak … tak …Suara langkah heels terdengar jelas di telinga Reno. Yasmine datang dengan menggunakan gaun berwarna hitam dan warna heels berwarna merah. Terlihat elegan dan serasi di tubuh Yasmine. Pria itu yang di dalam mobil terpukau kecantikan Yasmine.“Menarik,” gumam Reno lalu keluar dari dalam mobil.Pria itu menelusuri sosok di hadapannya menatap. Yasmine sudah menebak jika Reno sedang menilai dirinya.“Aku pantas di sampingmu malam ini, Pak?” tanya Yasmine dengan nada manja.“Lumayan ‘lah
“Maaf, Pak! Saya pergi dulu,” pamit Yasmine.“Mau saya antarkan pulang?” tanya Reno.“Nggak perlu, Pak.” Yasmine sedikit membungkukkan tubuhnya tanda menolak dengan halus sebelum pergi.Reno merasa seru selalu membuat Yasmine selalu gugup. Yasmine pun menghilang dari pandangan Reno.***Keesokan harinya, Yasmine sedang bersolek di depan cermin. Yasmine ragu dengan dandannya malam ini terlihat bagus atau tidak di mata Reno. Yasmine segara keluar dari apartemen lalu menunggu pria itu di basement.Tak … tak …Suara langkah heels terdengar jelas di telinga Reno. Yasmine datang dengan menggunakan gaun berwarna hitam dan warna heels berwarna merah. Terlihat elegan dan serasi di tubuh Yasmine. Pria itu yang di dalam mobil terpukau kecantikan Yasmine.“Menarik,” gumam Reno lalu keluar dari dalam mobil.Pria itu menelusuri sosok di hadapannya menatap. Yasmine sudah menebak jika Reno sedang menilai dirinya.“Aku pantas di sampingmu malam ini, Pak?” tanya Yasmine dengan nada manja.“Lumayan ‘lah
Yasmine tersentak, ia buru-buru mendorong tubuh Reno agar menjauh. Tapi, senyum tipis yang muncul di wajah Reno justru membuat darahnya mendesir panik. “Baik, saya akan menerima tawaran Bapak.” Suara Yasmine terdengar gugup.“Bagus. Tepat seperti yang saya harapkan darimu.” Reno manipulatif sekali.“Saya izin pamit pulang, Pak.” Yasmine segara mengambil tasnya yang berada di sofa.Langkah Yasmine terburu-buru hingga kakinya tersandung. Tubuh Yasmine hampir membentur lantai sebelum Reno refleks berdiri, tatapan Reno ikut menegang. “Kamu nggak pa-pa?” tanya Reno sambil berjalan mendekati Yasmine.Yasmine menggelengkan kepala lalu berdiri sendiri, berjalan kembali meninggalkan Reno. Rasa takut telah merasuki tubuh Yasmine.Brak …Pintu tertutup, Yasmine berjalan sedikit tidak jauh dari apartemen Reno. Tiba-tiba Yasmine bersandar di dinding jantungnya berdetak tidak karuan. Yasmine mencoba menenangkan pikirannya sesaat. Sampai di apartemen Yasmine membuang tas ke sembarang tempat lalu m
“Menurutmu Shita?” goda Yasmine yang sengaja membuat marah.“Jangan pernah kamu menggoda Pak Reno!” ancam Shita—musuh bebuyutan Yasmine. Mereka dari zaman SMA selalu berebut prestasi.“Ha-ha-ha! Pak Reno bukan tipeku,” balas Yasmine.Shita terlihat emosi karena ia menyukai Reno dari dulu. Papa Reno salah satu rekan bisnis papa Shita. Mengapa Shita menyukai Reno. Yasmine enggan meladeni Shita, ia memilih pergi begitu saja.***Keesokan harinya, Yasmine dan Ranti ke kampus untuk mengajukan judul skripsi kepada Reno. Yasmine dan Ranti sudah menunggu Reno di depan ruangannya. Ternyata hari ini Reno tidak ada di kampus. Membuat Yasmine kesalnya setengah mati.“Dosen sialan!” gerutu Yasmine ingin sekali menendang pintu ruangan Reno. “Kamu kenapa sih, kayanya nggak suka banget sama Pak Reno?” tanya Ranti yang penasaran.“Nggak pa-pa. Nggak suka aja,” balas Yasmine.“Awas nanti jatuh cinta loh,” goda Ranti yang asal bicara.“Amit-amit.” Yasmine memilih pulang ke apartemen ketimbang keluyura