Begitu keluar dari toilet, Celine diadang oleh beberapa orang. Melihat wajah-wajah yang familier ini, dia mengangkat alisnya dan beberapa kenangan buruk pun melintas di benaknya.Orang-orang ini mengadangnya di sebuah gang yang kumuh, lalu mengejeknya dengan nada arogan, "Beraninya udik sepertimu menindas Merlin? Kurasa otak Paman dan Bibi bermasalah hingga mengadopsi anak sepertimu.""Kamu kurang berpengalaman, mungkin dia memiliki sesuatu yang istimewa. Sebagian orang nggak menganggap ayah angkat sebagai ayah, loh."Mereka melontarkan berbagai macam sindiran hingga memadamkan harapan Celine terhadap kehidupan barunya.Dia bersandar di dinding yang tidak rata sambil menundukkan kepala tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Orang-orang ini mengira dia takut dan menjadi makin lancang. Pada akhirnya, mereka bukan hanya menyindirnya dengan kata-kata, tetapi mulai main tangan.Celine tidak bisa mengalahkan begitu banyak orang, jadi dia hanya menghajar orang yang memimpin. Karena tidak pernah
Sesampainya di rumah, Celine langsung bergegas menuju kamar tamu. Melihat separuh wajahnya yang bengkak di depan cermin, dia pun mengerutkan kening. Dia tidak menyangka pukulan mereka akan menimbulkan efek separah ini, kalau tahu akan begini, dia tidak akan berbelas kasihan pada mereka.Seusai mandi, dia menyeka wajahnya dengan hati-hati dan pergi ke dapur untuk merebus telur. Begitu membuka pintu, dia melihat Ratna hendak mengetuk pintu.Melihat luka di wajahnya, ekspresi Ratna pun berubah. "Astaga, ada apa denganmu? Bukannya kamu keluar bersama Pak Carlos? Kok bisa terluka? Separah ini pula."Celine menjawab, "Nggak apa-apa, luka ringan saja."Ratna yang mengkhawatirkannya dengan begitu tulus membuatnya agak terharu. Namun, dia tidak terbiasa menerima niat baik orang lain, bahkan agak menolak.Dia seolah-olah terlahir sial. Sejak kecil, semua orang yang memperlakukannya dengan baik akan berakhir buruk. Untungnya, hanya sedikit orang yang baik padanya sehingga dia tidak terlalu merasa
Pada dasarnya Celine bukanlah orang yang sabar, kesabarannya segera habis. "Sebelumnya kamu ingin bercerai, sekarang aku sudah setuju, kamu malah menolak. Kamu suka menyiksa diri atau mulai memiliki perasaan padaku karena terlalu sering berhubungan?"Kata-kata ini sangat vulgar dan kasar, tetapi inilah satu-satunya interaksinya dengan Carlos.Carlos menyipitkan mata untuk meliriknya sambil memanyunkan bibir. Ekspresinya berubah muram. "Kapan lukamu akan sembuh?"Mendengar pertanyaan ini, Celine tidak bisa menahan tawa. Dia mengangkat alisnya sambil bertanya dengan nada menantang, "Kamu sedang memperhatikanku?"Ekspresi Carlos sangat datar dan suaranya dipenuhi dengan nada sinis. "Sebaiknya jangan menaruh kebanyakan bantal saat tidur, keseringan mimpi nggak bagus untuk kesehatan. Kalau kamu meninggal dengan wajah seperti ini, orang-orang akan mengira aku melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Belakangan ini, Perusahaan Gutama sedang mengincar kerja sama yang sangat penting, jangan samp
Driel adalah teman Merlin. Kakek dan neneknya juga tinggal di kompleks ini. Sejak dipukuli, dia tidak berani pulang ke rumah orang tuanya dan memilih untuk menginap di sini. Kemarin, Lilya bertemu dengannya saat berolahraga di lantai atas. Wajahnya sangat mengerikan.Semalam, Lilya masih heran siapa yang begitu kejam. Tak disangka, pelakunya adalah putrinya sendiri.Setelah mengetahui putrinya yang menaklukkan pria setinggi 180 sentimeter itu, Lilya kaget hingga tidak bisa berkata-kata. Terdengar suara galak Hasan Tomson dari dalam rumah. "Selain membuat masalah, apa lagi yang bisa kamu lakukan? Cepat masuk."Hasan merupakan pensiunan tentara sehingga sifatnya lebih tegas dan keras. Sekalipun dia sudah berumur, dia masih sangat energik.Melihat sang suami marah, Lilya segera menyuruh Celine masuk.Hasan yang sedang duduk di sofa menatap Celine dengan tajam sambil mengerutkan kening. "Belajarlah dari adikmu, jangan terus berulah di luar sana. Lihatlah para gadis di kompleks ini, semuany
"Aku nggak berhak memukulnya? Aku ayahnya, kenapa aku nggak berhak memukulnya?"Sikap Hasan seperti sedang menegur anggota di militer. "Lihat dia sekarang, selalu saja nggak puas, seperti seluruh dunia berutang pada dia saja. Harusnya dia lihat bagaimana kehidupan anak-anak di pegunungan sana, dibandingkan dengan itu, nasibnya sudah sangat baik! Apa lagi yang membuatnya nggak puas?"Celine berkata, "Orang tua di pegunungan nggak akan membesarkan putri kandung dengan status putri angkat."Kalimat ini seperti tombol jeda. Begitu diucapkan, seluruh suara di ruang tamu lenyap.Lilya memandangnya. "Kamu ...."Sepertinya dia tidak menyangka bahwa Celine akan mengetahui hal ini. Saking kagetnya, suaranya pun berubah nada.Sebelum dia selesai berbicara, dia ingat bahwa Merlin masih berada di samping. Dia mengurungkan perkataannya dan berkata dengan kaku, "Celine, apa ada yang mengatakan sesuatu yang membuatmu salah paham? Kita bicarakan hal ini lain hari, minta maaflah dengan ayahmu. Dokter bi
Celine tidak menjawab, dia langsung menarik tangannya dan berjalan melewati Carlos.Setelah meninggalkan kompleks, jalanan perlahan-lahan menjadi ramai. Ada banyak orang yang sedang berjalan santai setelah selesai makan. Semuanya berpasangan dan tampak sangat damai. Seisi kota diterangi dengan lampu neon yang cemerlang.Dia teringat akan momen ketika dirinya dibawa pulang ke Keluarga Tomson. Hasan dan Lilya pergi ke desa untuk menjemputnya secara pribadi. Mereka tiba pada jam segini, itu adalah pertama kalinya dia datang ke kota besar. Dia tampak seperti warga desa yang memasuki hotel, wajahnya diselimuti dengan rasa penasaran.Pintu rumah Keluarga Tomson perlahan-lahan dibuka. Sekelompok anak laki-laki dan perempuan sedang mengobrol, semuanya memakai pakaian yang populer dan tampil memukau. Sedangkan warna pakaian dan celananya sudah memudar serta menciut, anggota tubuhnya yang kurus pun terlihat jelas. Sekujur tubuhnya dipenuhi dengan bau kemiskinan, rumah ini tampak sangat tidak coc
"Buk."Seseorang menendang pintu kamar mandi dengan kuat.Carlos berjalan ke bak mandi, lalu mengangkat Celine dari dasar air. Wajahnya yang dingin seolah-olah dapat membekukan es. "Celine, apa kamu gila? Kalau mau bunuh diri, jangan di sini."Celine tersentak. Setelah sekian lama, dia baru tersadar. Melihat kedatangan Carlos, dia pun menoleh ke arah bak mandi, sosok wanita itu sudah menghilang dan air tampak sangat jernih.Dia melepaskan tangannya yang berada di pinggang Carlos, lalu menatap ke bawah sambil berkata dengan suara serak. "Ketiduran."Setelah berkata demikian, dia mengerutkan keningnya. "Aku sedang mandi, kenapa kamu masuk?""Hmph." Pertanyaan konyol ini membuat Carlos kesal. "Kalau aku nggak masuk, besok aku perlu menyiapkan kuburan untukmu."Dia mengetuk pintu beberapa kali, tetapi Celine tidak menanggapi. Jadi, dia pun mendobrak pintu."Aku nggak berencana untuk bunuh diri."Sekalipun ingin bunuh diri, dia akan menyeret orang-orang itu ke neraka terlebih dahulu.Celine
Carlos melirik Celine, tatapannya seolah-olah sedang melirik seorang idiot, bahkan bulu matanya pun tampak sangat meremehkan Celine.Dia berjalan melewati Celine dan langsung turun ke bawah.Sesampai di bawah, Celine baru melihat Ratna memasak dua mangkuk mi. Carlos sudah menyantap mi, dia berjalan ke tempat duduknya. Terdapat telur goreng berwarna keemasan, tauge, beberapa potong sayuran hijau di atas mi. Selain itu, juga tertabur segenggam daun bawang di atasnya. Tampilan mi ini sangat menggugah selera. Begitu mengangkat mi dengan garpu, muncul uap panas dan aroma harum.Mi ini sangat panas, tetapi dia malah terus mengaduk-aduk mi. Entah apa yang sedang dia pikirkan, dia melirik ruang tamu dengan tidak fokus dan pada akhirnya matanya pun tertuju pada Carlos. "Kamu belum makan?""Ya.""Kamu menyukai Merlin?"Keluarga Gutama sudah pindah dari kompleks itu beberapa tahun yang lalu dan rumah kedua keluarga tidak searah. Celine tidak percaya bahwa kemunculan Carlos hari ini hanyalah sebua