Share

8. Runtuh

Penulis: VERARI
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-01 22:35:19

Setelah Luna mematikan sambungan telepon, Harvey segera bertanya, “Ada apa? Mengapa kamu menyebut nama Jordan?” Tadi, Harvey sempat mendengar Luna menyebut nama Jordan Reed dalam panggilannya bersama Clara.

Luna masih terdiam dengan tatapan kosong. Maniknya bergerak gelisah.

“Clara bilang, aku … harus bertemu dengannya … besok.”

Harvey menghela napas. Dia bisa menebak jika perusahan Jordan ingin bekerja sama dengan Aura Tech. “Kamu tidak perlu memaksakan diri kalau tidak sanggup menghadapi pria itu, Luna. Mari kita kembali dan aku akan menjelaskan situasinya kepada Clara.”

Luna menatap Harvey beberapa detik sebelum akhirnya menggeleng pelan. “Tidak. Aku akan melakukannya.”

Clara sudah banyak membantu Luna selama ini, menerima dirinya dan menemaninya beradaptasi dengan keluarga kaya lama yang sangat berbeda dengan keluarganya di sini. Hanya karena ketakutan dan trauma masa lalunya, Luna harus berbalik pergi dari sini setelah semua yang sudah mereka lalui?

Tidak. Luna tak mau mengecewakan sahabatnya.

Harvey kembali menghela kecil. “Kalau kamu bersikeras, aku akan membantumu. Jangan menunjukkan ekspresi seperti ini di depan Jordan.”

Lalu berikutnya di malam ini, Harvey membantu Luna berlatih supaya dapat menunjukkan citra profesional di depan klien, tanpa menunjukkan perasaan apa pun. 

Dengan tekad Luna, dia pada akhirnya dapat menunjukkan sikap yang lebih stabil … setidaknya selama latihan.

Namun, sesampainya di gedung kantor Reed Group pada keesokan harinya, debaran kuat jantung Luna sampai terdengar di telinganya. Tangannya gemetar tatkala elevator membawa dirinya naik ke kantor Jordan.

Luna menarik napas dan menghela berulang-ulang untuk menenangkan diri dan mengumpulkan keyakinan. Dia bisa melakukannya, pikirnya berulang kali.

DING!

Suara pintu elevator yang terbuka justru menambah kegugupan. Seorang pria menyambut Luna dengan senyuman … namun, senyuman itu menghilang dalam sekejap.

Liam mengerutkan kening menatap wanita cantik familier di depannya yang auranya berbeda.

Luna Carter?

Mustahil ….

Liam melirik arloji di pergelangan tangannya. Ini adalah waktu temu antara Jordan dengan pimpinan Aura Tech, tetapi mengapa wanita ini yang muncul?

Atau jangan-jangan …

Setelah empat tahun menghilang, kini Luna muncul sebagai pimpinan Aura Tech? Tetapi bagaimana … bisa?

Keterkejutan Liam tidak berlangsung lama, karena suara ponsel menyadarkan dirinya.

“Maaf, Nona, saya harus turun ke bawah sekarang. Ada masalah kecil yang harus saya tangani. Kantor Tuan Reed ada di pintu paling ujung.” Liam menunjukkan kantor Jordan dengan sopan, kemudian pamit undur diri.

Sebelum menutup pintu elevator, Liam sekali lagi memandang punggung Luna yang berjalan menuju ruang kerja Jordan.

Koridor sepi yang menghubungkan kantor Jordan tampak lebih panjang dari yang sebenarnya. Langkah Luna terasa begitu berat hingga akhirnya berhenti sepenuhnya. 

Mendadak, pintu kantor Jordan terbuka. Jordan keluar sambil menerima panggilan telepon, memunggungi Luna. 

Jarak mereka hanya selisih dua meter, membuat dada Luna terasa semakin sesak. Dia bahkan tanpa sadar menahan napas agar Jordan tidak menyadari keberadaannya. 

Semua persiapan mental Luna runtuh hanya melihat punggung Jordan. Kenangan malam itu seperti momok yang tidak bisa terlepas dari benaknya, menghantui pikirannya.

Tanpa sadar kakinya berbalik pelan, keinginan meninggalkan tempat itu terasa lebih besar daripada melawan ketakutannya. Namun, sebelum sempat dia melarikan diri, Luna mendengar suara sesuatu yang jatuh.

Karena terkejut, Luna refleks berbalik. Melihat di hadapannya, mata Luna melebar dan jantungnya berdetak keras.

Jordan jatuh tidak sadarkan diri.

Dia ragu mendekati Jordan, masih takut kepada pria itu. Namun, melihat pria itu tergeletak, rasa takutnya kini bercampur dengan kebingungan.

“J-Jordan …” tetapi menyebut nama itu saja sudah membuat lidahnya terasa kelu.

Setelah beberapa detik berlalu yang terasa seperti berjam-jam itu, Jordan masih dalam posisi yang sama, tergeletak miring dengan posisi yang tak nyaman.

Akhirnya Luna mendekat pelan, melangkah dengan kaki gemetar. Tangannya yang terasa dingin mengguncang lengan Jordan, tapi Jordan bergeming. 

Apa yang terjadi dengannya? Pria yang selalu sempurna itu, kini tampak tak berdaya.

Tanpa memikirkan ambulans, Luna langsung bertindak berdasarkan insting untuk menyeret pria itu masuk. Dia mencengkeram lengan Jordan dan menariknya dengan sekuat tenaga. Namun, erangan pelan dari bibir Jordan menghentikan gerakannya seketika. 

Hawa dingin menjalar dari tangan mereka yang bersentuhan, hingga membawa satu perintah yang jelas di benaknya. Luna melepaskan Jordan dan berbalik, menjauh sebelum pria itu membuka matanya.

Sampai di lantai satu, Luna berpapasan dengan pria yang tadi menyambutnya di depan elevator lantai ruangan Jordan. “Tuan … Tuan Reed pingsan … sebaiknya saya datang lagi jika keadaannya sudah membaik.”

Tanpa menunggu jawaban, Luna berjalan cepat meninggalkan gedung kantor Reed Group. Udara panas di luar justru membuat Luna bisa bernapas lega, rasa sesak di dalam dadanya berangsur-angsur menghilang.

Dia sekilas melihat dinding kaca gedung Reed Group sebelum pergi, melihat pria tadi itu tampak terburu-buru menekan tombol elevator.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Paman, Berhenti Mengejar Mama!   8. Runtuh

    Setelah Luna mematikan sambungan telepon, Harvey segera bertanya, “Ada apa? Mengapa kamu menyebut nama Jordan?” Tadi, Harvey sempat mendengar Luna menyebut nama Jordan Reed dalam panggilannya bersama Clara.Luna masih terdiam dengan tatapan kosong. Maniknya bergerak gelisah.“Clara bilang, aku … harus bertemu dengannya … besok.”Harvey menghela napas. Dia bisa menebak jika perusahan Jordan ingin bekerja sama dengan Aura Tech. “Kamu tidak perlu memaksakan diri kalau tidak sanggup menghadapi pria itu, Luna. Mari kita kembali dan aku akan menjelaskan situasinya kepada Clara.”Luna menatap Harvey beberapa detik sebelum akhirnya menggeleng pelan. “Tidak. Aku akan melakukannya.”Clara sudah banyak membantu Luna selama ini, menerima dirinya dan menemaninya beradaptasi dengan keluarga kaya lama yang sangat berbeda dengan keluarganya di sini. Hanya karena ketakutan dan trauma masa lalunya, Luna harus berbalik pergi dari sini setelah semua yang sudah mereka lalui?Tidak. Luna tak mau mengecewak

  • Paman, Berhenti Mengejar Mama!   7. Kebetulan Berulang

    “Lihat kamarku, Mama. Aku sudah menata kamarku dengan sempurna.” Bocah tiga tahun itu membusungkan dada dengan bangga. Menunjukkan kamarnya di apartemen baru yang disiapkan Clara untuk Luna telah ditata dengan sempurna. Buku-buku cerita anak pun berjejer rapi dalam rak. Berbagai mainan dipajang di lemari, bederetan sejajar, tidak ada satu pun yang melenceng dari barisan, sangat sempurna, sampai Luna hampir lupa jika putranya masih tiga tahun.“Bagus, Sayang.”Carl tersenyum lebar mendengar pujian Luna. Ibunya tidak pernah menyuruhnya menjadi anak yang sempurna, tapi Carl tidak suka jika ada sesuatu yang tidak sesuai tempatnya. Di usia yang masih tiga tahun, Carl selalu menunjukkan keteraturan dan kesempurnaan. Bahkan cara bermain dan bicara Carl pun sudah seperti orang yang lebih dewasa dari usianya.“Sekarang, temani aku bermain, Mama! Paman Harvey tadi memberiku robot baru!”Namun, Carl tetap menunjukkan sosok anak kecil pada umumnya. Dia suka bermain dan sangat tertarik dengan ro

  • Paman, Berhenti Mengejar Mama!   6. Perhatian Palsu

    Jordan tahu semua perhatian istrinya hanyalah bagian dari sebuah sandiwara. Dia melangkah ke kamar mandi, di mana uap panas beraroma lemon sudah mengepul dari bathtub. Ini adalah hal yang selalu disiapkan Olivia setiap hari. Dengan tenang, Jordan kembali ke kamar, mengambil masker dan sarung tangan lateks dari dalam tasnya.Setelah memakainya, Jordan kembali ke kamar mandi. Dia memasukkan tangannya yang bersarung tangan ke dalam air hangat itu, memutar sumbatan pembuangan hingga bathtub kosong. Dia membilasnya dengan air bersih sebelum mengisinya kembali dengan air baru. Saat akhirnya berendam, matanya tertuju pada botol minyak esensial yang isinya tersisa setengah. Jordan mengambil botol itu dan menatapnya dengan dingin. Wanita itu benar-benar ingin dia mati. Permainan mematikan ini sudah berjalan selama setahun, dan selama itu pula Jordan harus terus waspada.Minyak esensial yang dicampur dengan air dalam bathtub sebelumnya adalah salah satu rencana licik wanita itu. Bukan ha

  • Paman, Berhenti Mengejar Mama!   5. Pertemuan Singkat

    Jordan Reed berdiri di sisi mobilnya. Satu tangannya dimasukkan ke dalam saku celana panjangnya selagi tatapannya tajam menatap sedan hitam di hadapannya.Kening Jordan berkerut singkat ketika samar-samar melihat siluet seorang wanita yang sedang memeluk seorang bocah kecil di bangku penumpang. Jordan tidak bisa melihat rupa wanita itu karena cukup jauh dari jarak pandangnya dan terhalang sosok pria yang sedang berbalik ke arah mereka.Pandangan Jordan baru teralih ketika melihat pria itu, yang duduk di kursi penumpang depan, keluar dari mobil dan menghampirinya.“Sopirku telah membuat kesalahan. Berikan kontakmu, aku akan mengganti rugi kerusakan mobilmu.”Kedua alis Jordan terangkat mendengar nada arogan yang keluar dari pria di hadapannya ini. Arogansi yang dikeluarkan pria ini membuat Jordan mendengus dan satu sudut bibirnya terangkat, sebelum tangan Jordan merogoh saku jas untuk mengambil kartu nama dan memberikannya pada pria itu.Setelah menerima kartu nama Jordan, pria itu ber

  • Paman, Berhenti Mengejar Mama!   4. Kembali Lagi

    Empat tahun kemudian.Sebuah sedan hitam mewah meluncur mulus di jalan raya, meninggalkan Bandara Internasional Veridian di belakang. Di dalam, keheningan yang nyaman menyelimuti tiga penumpangnya.Luna menatap ke luar jendela. Pemandangan gedung-gedung pencakar langit yang familier di Veridian terasa seperti hantu dari masa lalu, membangkitkan kenangan yang telah dia kubur dalam-dalam. Dia mengenakan blus sederhana namun elegan, rambutnya ditata rapi, dan ekspresi wajahnya tenang, menunjukkan kedewasaan yang tidak dia miliki empat tahun lalu.“Mama, kenapa semua gedungnya sangat tinggi? Apa mereka tidak takut jatuh?”Sebuah suara kekanak-kanakan memecah keheningan. Di sampingnya, Carl, putranya yang berusia tiga tahun, menempelkan wajahnya ke kaca jendela, matanya yang cerdas dan penuh rasa ingin tahu mengamati pemandangan kota. Wajah tampan bocah itu adalah cerminan dari wajah Luna, tetapi sorot matanya yang tajam mengingatkan pada seseorang yang sangat ingin Luna lupakan.Luna te

  • Paman, Berhenti Mengejar Mama!   3. Keluarga Lain

    Wajah Robert Carter merah padam karena amarah, napasnya memburu. Di belakangnya, Nancy muncul dengan ekspresi puas yang berusaha dia sembunyikan di balik topeng kemarahan.“Anak tidak tahu diuntung!” raung Robert, suaranya menggema. “Kabur tepat setelah hari pernikahan adiknya! Dia sengaja ingin mempermalukan keluarga ini!”Olivia berbalik menghadap Jordan. Wajahnya terlihat pucat dan matanya berkaca-kaca. “Jordan, apa yang harus kita lakukan? Aku khawatir terjadi sesuatu pada Kak Luna. Bagaimana jika dia …”Namun, saat Olivia menatap Jordan, di sudut matanya yang tidak tertangkap oleh siapa pun, ada kilatan kepuasan yang dingin. Rencana gegabah ini justru berjalan lebih baik di luar dugaannya.Jordan tidak menanggapi kekhawatiran istrinya. Matanya yang dingin menatap lurus ke arah Robert Carter.“Tuan Carter,” kata Jordan, suaranya tenang namun memancarkan otoritas yang tak terbantahkan. “Mulai saat ini, Luna adalah tanggung jawab saya juga. Saya akan mengerahkan orang-orang saya unt

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status