Delis merasa bingung. “Apa yang kamu katakan?”“Dengarkan baik-baik, jangan pernah lagi cari masalah dengan Herli. Jangan membuatku sulit.”“ … ”“Sudah, aku matikan dulu teleponnya.”Belum smepat Delis memberikan penjelasan dan membantah, Kelven sudah langsung menutup teleponnya.Jadi wanita jahat itu melapornya lebih dulu?Brengsek.Padahal dia yang duluan datang mencari masalah, malah lapor duluan ke Kelven?Delis sangat kesal, dengan berusaha menahan ketidakpuasan dalam hatinya, dia kembali ke kampus.Selama beberapa hari ini, dia tinggal di kampus dan tak pulang ke rumah. Dia juga tak mengirim pesan atau menelepon Kelven sama sekali.Tentu saja, pria itu juga tidak pernah berinisiatif menghubunginya.Hingga hari jumat, sebuah seminar yang menggegerkan seluruh kampus mereka dimulai.Delis duduk termenung di depan meja belajarnya di asrama, sementara Novi sibuk merapikan barang-barang sambil mencari-cari ponselnya.Setelah menemukan ponselnya dan bersiap-siap untuk keluar dari kamar
Tiba di tempat parkir, dari kejauhan Delis melihat mobil Lincoln hitam yang paling mewah terparkir tidak jauh darinya.Asisten juga melihat Delis, dia segera turun dari mobil untuk membukakan pintu kepadanya.Begitu duduk di dalam mobil, Delis melihat pria di kursi belakang yang mengenakan setelan jas hitam.Kelven menyebarkan pesona pria dewasanya yang begitu memikat sehingga membuat orang sulit untuk menolak.Namun, Delis seolah-olah tidak melihatnya dan langsung duduk dengan patuh di sampingnya.Delis melihat orang di sebelahnya, sepertinya sudah melupakan pertengkaran mereka sebelumnya.Kelven mengernyit dan terdengar suara lembutnya, “Kamu nggak pergi seminar?”Kelven tidak melihatnya dari atas panggung.Delis lebih cantik dari mahasiswa lainnya, tidak peduli di mana pun dia berada, Kelven selalu bisa menemukannya hanya dengan satu pandangan.Namun, dia tidak melihat Delis di aula kampus hari ini.Delis memalingkan kepala dan melihat ke luar jendela, sengaja tak melihat ke arah Ke
Delis juga melihat dua orang yang duduk di ruang tamu.Meskipun sangat membenci wanita itu, Delis bahkan tidak ingin melihatnya sekejap mata pun.Namun, melihat wanita itu datang dan ingin merebut suaminya, bagaimana mungkin dia bisa duduk diam tanpa melakukan apa-apa?Mencoba merebut suaminya di depan mata dirinya? Mustahil.Delis melangkah turun tangga tanpa mengenakan alas kaki.Kelven melihat tubuh Delis yang kurus, mengenakan gaun tidur tipis dengan tali bahu, begitu menawan dan menggoda.Namun, kedua kaki mungilnya yang putih itu tidak mengenakan alas kaki. Tiba-tiba, Kelven mengernyit dengan tidak senang, berkata,“Kenapa nggak pakai alas kaki?”Delis tak menghiraukannya, dia berusaha menahan kemarahannya, melangkah lurus menuju Kelven.Herli juga melihat Delis yang sedang mendekat.Melihat dia mengenakan pakaian tipis dan tak memakai alas kaki, wajah mungilnya dipenuhi dengan ekspresi polos dan menyedihkan.Tiba-tiba, Herli merasa bahwa untuk menghadapi wanita ini, mungkin dipe
Herli tak menduga Kelven akan mengusirnya.Apakah karena wanita liar itu tak suka dengan keberadaannya, sehingga Kelven jadi harus mengikuti keinginannya?Mimpi.Dengan hati penuh ketidakpuasan, Herli menatap pria tampan di depannya, dengan sangat penuh bersalah, dia berkata,“Kelven, kamu merasa aku sudah mengganggu kalian?”“Bukan begitu, aku hanya merasa ini kurang pantas.”“Apa yang kurang pantas? Kamu hanya perlu menganggap dia sebagai alat untuk melahirkan anak, nggak perlu ada perasaan padanya.”Mendengar kata-kata itu, ekspresi wajah Kelven menjadi serius.Kelven memandang Herli, suaranya terdengar datar, “Herli, setiap wanita yang melahirkan anak adalah sosok yang hebat. Apalagi dia sangat berarti bagiku.”“ … ”Melihat Kelven tiba-tiba marah, Herli memiliki firasat yang tak baik.Mendengar apa yang dikatakan Kelven, Herli semakin terkejut.Apakah pria ini benar-benar jatuh cinta pada Delis?Tidak.Semua yang dimiliki Delis saat ini adalah milik dirinya, Herli.Mereka hanya m
Melihat tatapan dingin dari Kelven, Delis merasa harinya terasa seperti ditusuk jarum.Jadi, Kelven mengira dirinya yang mendorong Herli?Konyol.Pria yang tidur satu ranjang dengannya, malah tak percaya dengan dirinya.Delis menahan perasaan sedih dalam hatinya, teringat dengan bayi di dalam perutnya, dia turun ke lantai bawah untuk makan.Sepanjang hari ini, dia tak keluar rumah.Terus menerus memegang ponsel dan mencari informasi tentang menjaga anak di internet…Di rumah sakit.Herli dipindahkan dari ruang gawat darurat ke ruang perawatan.Kelven menemui dokter yang merawat Herli dan bertanya beberapa informasi.Dokter melaporkan dengan jujur, “Pasien mengalami luka yang serius, terutama di kepala. Ada risiko kehilangan penglihatan dan juga patah tulang kaki kanan. Mungkin harus duduk di kursi roda untuk beberapa waktu.”Kelven keluar dari ruangan dengan perasaan yang campur aduk, menuju ke arah ruangan Herli.Dia memang sudah berhutang budi pada Herli dan sekarang malah terjadi m
Setelah makan malam, Kelven mengganti pakaiannya dan bersiap pergi ke rumah sakit.Delis mengikutinya di belakang, lalu dengan suara pelan berkata, “Kelven, bolehkah aku ikut denganmu? Tenang saja, aku nggak bakal masuk ke ruangan, aku hanya menunggu di depan pintu saja.”Delis penasaran, ingin meihat seberapa parah luka wanita itu.Rasakan itu, salah dia sendiri.Kelven berbalik dan menatap wanita di depannya, dengan suara rendah dia menjawab, “Aku mungkin nggak pulang malam ini. Kamu pergi juga nggak ada gunanya. Istirahat saja di rumah.”“Kamu mau menemaninya semalaman?”“ … “Kelven tidak menjawab, tetapi tatapan matanya yang tajam ke arah Delis sudah menjelaskan semuanya.Tiba-tiba Delis merasa hatinya terasa perih.Namun, Delis tak lagi membuat keributan. Setelah melihat Kelven pergi, dia duduk sendirian di sofa ruang tamu yang sepi, perasaannya terasa berat seperti ditimpa batu yang besar.Di rumah sakit.Ketika Kelven datang, Herli sudah bangun.Herli sedang duduk di tempat t
Selama dua hari berikutnya, Kelven tidak pulang.Delis setiap hari sendirian di rumah yang sepi, makan sendirian, pergi ke kampus sendirian.Mendekati ujian akhir, semua teman sekelas sibuk mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh, sedangkan Delis, setiap kali duduk di meja belajarnya di asrama, pikirannya selalu penuh dengan Kelven.Memikirkan apa yang sedang dilakukan oleh Kelven, apakah dia juga bersikap sangat baik dengan Herli saat bersamanya.Berpikir apakah mereka berdua memiliki hubungan intim.Berpikir apakah Kelven merindukannya, meski hanya sesaat.Delis kehilangan semangat belajar. Dia terpaku pada bukunya, tetapi pikirannya melayang.Beberapa kali teman sekamarnya mencoba berbicara dengannya, tapi Delis tidak mendengar.“Hei Delis, apa yang sedang kamu pikirkan? Ayo makan.”Novi mengajaknya makan.Delis baru tersadar dan melihat ke arah Novi. Dia tersenyum dan menjawab, “Aku nggak lapar, kalian pergi saja dulu.”“Ada apa denganmu dua hari ini? Seperi orang habis putus cin
Selama ujian dua hari ini, Delis memaksa dirinya untuk fokus belajar.Jangan memikirkan Kelven dan wanita itu, maka pikirannya tidak akan terganggu.Tiba-tiba, pintu asrama terbuka. Novi menghampiri Delis sambil terengah-engah. Dengan penuh semangat berkata, “Delis cepat! Ada yang mencarimu di bawah.”Delis menoleh melihat Novi dan bertanya, “Siapa?”“Kak Wiliam, dia datang mencarimu lagi.”Delis tidak menjawab, “ … “Wiliam … Pria yang dijuluki siswa paling tampan di kampus mereka yang sedang menempuh program pascasarjana.Tak disangka setelah menghilang dua bulan, dia kembali lagi.Delis menolak tanpa ragu, “Nggak mau.”“Kenapa? Dia adalah Wiliam loh, primadona di kampus kita. Semua perempuan di kampus ini pada antri untuk mengejarnya.”“Tapi hanya ada kamu di hati Kak Wiliam, kenapa kamu nggak tertarik sama sekali dengannya?”Delis menjawab, “Sudah ada orang lain di hatiku.”“Apa? Ada orang yang kamu suka? Siapa?”Tanya Novi langsung pada Delis.Delis menatapnya dengan serius dan