Share

Bab 4

Author: Gunung Api
Delis bingung.

Ada yang mencarinya?

Siapa?

Dengan penasaran, Delis berbalik dan pergi menuju ke arah gerbang kampus.

Ketika sampai di gerbang kampus, dia disambut oleh seorang pria paruh baya.

Pria itu mendekat dan menyapa, “Silakan, Nona Delis.”

Delis mengikuti pria itu ke tepi jalan. Ketika pria itu membuka pintu mobil, baru terlihat ada orang di dalam mobil.

Seorang wanita cantik yang berpakaian rapi.

Delis tidak mengenalnya, jadi hanya berdiri di sana, memandangnya dengan waspada.

Wanita di dalam mobil juga menatapnya dan berkata, “Naiklah, aku akan membawamu makan.”

Delis tetap berekspresi datar, diam dan tak bergerak.

Wanita itu melanjutkan, “Namaku Herli Pohan, entah kamu pernah mendengar namaku dari Kelven atau nggak.”

Herli Pohan …

Delis pernah melihat namanya di layar ponsel Kelven dan karena wanita inilah, Kelven ingin bercerai dengannya.

Tiba-tiba, Delis menatap wanita di dalam mobil dengan penuh permusuhan. Dia menggertakkan gigi dengan marah dan bertanya, “Untuk apa kamu mencariku?”

Herli duduk dengan sikap angkuh di kursi belakang, melirik Delis di luar mobil dengan nada merendahkan, “Mau bicarakan sedikit tentang Kelven. Kenapa? Begitu takut denganku?”

“Untuk apa aku takut padamu? Dasar orang ketiga yang nggak tahu malu.”

Delis sama sekali tak takut padanya. Delis enggan untuk naik ke mobilnya karena merasa jijik, tubuhnya terasa seperti ditumbuhi duri.

Meskipun hanya 160 cm, begitu kecil, tetapi memberikan kesan bahwa dirinya sangat berwibawa, sehingga membuat orang tidak berani mendekatinya.

Mendengar kata orang ketiga, Herli sangat marah.

Melihat wanita itu tidak mau naik mobil, Herli turun dari mobil dengan sepatu hak tingginya dan mendekati gadis itu.

Wanita dengan tinggi 170 cm, ditambah dengan sepatu hak setinggi 5 cm, berdiri di depan Delis dengan ketinggian yang jelas melebihi satu kepala.

Dengan sikap seorang gadis berkelas, Herli memandang gadis di depannya dan berkata,

“Kamu cukup beruntung, seorang yatim piatu yang nggak hanya bisa mendapat sponsor pendidikan dari Kelven, tapi juga bisa menikah dengannya.”

“Dengan status seperti Kelven, sangat jarang keluarganya bisa menyetujui pernikahan kalian.”

Delis menatap tajam wanita di sampingnya, meskipun merasa bahwa wanita itu tinggi dan memiliki tubuh yang bagus, serta wajah cantik.

Namun, dari penampilannya, tampaknya usianya juga tidak muda.

Delis merasa meskipun dia tidak seberapa tinggi seperti wanita itu, tetapi dari segi penampilan, dirinya tidak kalah.

Apalagi keunggulan Delis adalah usianya yang lebih muda.

Tanpa ragu, Delis menjawab,

“Kelven menikahiku karena ada aku dalam hatinya. Apa hakmu datang ke sini dan mempertanyakan pandangan Kelven dan keluarganya?”

Jika sebelumnya dirinya belum hamil dan Kelven menyukai orang lain, dirinya pasti akan langsung pergi tanpa berpikir panjang.

Namun sekarang dia sudah punya anak.

Demi anaknya, Delis ingin mencoba lagi.

Jangan sampai anaknya lahir tanpa ayah dan ibu.

Seperti dirinya yang tumbuh besar tanpa tahu di mana orang tua kandungnya.

Dan satu-satunya keluarganya sepanjang hidupnya hanyalah Kelven.

Delis benar-benar ingin memberikan keluarga yang utuh untuk anak dalam kandungannya.

Ekspresi Herli berubah. Dia tak menyangka gadis liar tanpa latar belakang ini berani berbicara dengan nada seperti itu padanya.

Herli melangkah mendekatinya, rasa benci langsung terpancar dari tatapannya.

“Kalau dulu aku nggak pergi, menurutmu, apakah kamu punya kesempatan untuk berdiri di sisi Kelven?”

Herli tak menyangkal bahwa gadis di depannya itu cantik.

Wajah mungilnya yang putih dan halus, dengan sepasang mata besar yang bersinar seperti permata. Bibir merah dan fitur wajah yang cantik, mirip seperti boneka.

Namun selain wajah ini, apa yang bisa Delis gunakan untuk bersaing dengannya?

Herli merasa jika dirinya bersaing dengan Delis, itu hanya akan merendahkan citra dan statusnya.

“Tante, masalahnya adalah kamu sudah meninggalkannya. Kamu adalah masa lalunya. Sekarang aku adalah istrinya. Dia sudah menikah denganku, kamu seharusnya sadar diri dan tidak mengganggunya lagi.”

Delis seperti landak kecil yang ditutupi duri di seluruh tubuhnya, menatap Herli dengan marah.

Padahal baru berusia dua puluh tahunan, gadis kecil itu justru penuh dengan semangat keras kepala yang membuat orang merasa takut.

“Kamu … “

Herli merasa kesal, dengan wajah pucat tanpa ekspresi, menatap tajam ke arah Delis. “Kamu panggil aku tante?”

“Jadi?” Delis mengangkat alisnya.

Herli sangat marah ingin memukulnya, tapi untuk mempertahankan sikap gadis berkelasnya, dia menahan kemarahan di dalam hatinya, menatap tajam Delis sambil berkata,

“Kamu adalah istrinya? Coba kamu tanyakan padanya mengapa dia mau menikahimu.

Selain itu, bahkan kalau aku meninggalkannya selama sepuluh atau dua puluh tahun, kapanpun aku kembali dan membutuhkanya, dia masih akan menikahiku.”

“Dan kamu, hanya sekedar alat untuk menghilangkan kesepiannya setelah dia kehilangan aku.”

“Apa yang kamu katakan?”

Delis dengan marah menggigit erat giginya, mengepal tangannya dengan kuat.

Herli tak lagi memandangnya dan berkata dengan sinis,

“Aku mencarimu bukan karena alasan lain, hanya ingin memberitahumu agar tidak bermimpi dengan bodohnya bahwa dengan menikah dengan Kelven, kamu akan merubah nasibmu dan bisa terbang tinggi. Ayam liar akan selamanya menjadi ayam liar.”

Herli berbalik dan pergi.

Delis tidak tahan lagi, dia melangkah maju, meraih rambut Herli dan menjambaknya dengan keras.

“Kamu yang terlihat seperti seekor ayam.”

“Aaaa!!”

Herli menjerit kesakitan, sambil memegang kepalanya dan berteriak, “Berani sekali kamu menjambakku. Cari mati?”

Sopir melihat Nona dijambak, dengan cepat membuka pintu mobil dan bersiap untuk membantu.

Delis mendorong Herli menjauh dan menunjuk sopir sambil berteriak,

“Sini kalau berani. Suamiku Kelven. Kalau kamu berani menyentuhku, dia akan membunuhmu.”

Sopir langsung merasa ketakutan begitu mendengar nama Kelven.

Dia hanya bisa berdiri di samping sambil menunduk.

Herli dengan marah berteriak pada sopir, “Kenapa diam saja, pukul dia!”

Sopir dengan ragu-ragu berkata, “Dia adalah Nyonya Rosli, aku nggak berani.”

“Dasar nggak berguna.”

Wajah Herli memerah karena marah, rambutnya berantakan.

Orang-orang yang lewat sesekali meliriknya, seolah-olah menganggapnya sebagai orang gila.

Herli menatap Delis dengan tajam. “Tunggu saja kamu.”

Kemudian, kembali ke mobil dengan malang.

Sopir juga segera naik ke mobil dan melaju pergi.

Delis membeku di tempat, melihat wanita yang tiba-tiba muncul dan pergi. Kepalsuannya tadi seketika lenyap dan terlihat lemah kembali.

Dengan lemas, dia duduk di kursi pinggir jalan. Dia merasa sangat tak berdaya, seperti ada batu besar di dadanya, membuatnya sulit bernapas.

Saat ini, Herli di dalam mobil mengeluarkan ponsel dan menelepon Kelven.

Telepon baru saja terhubung, dia buru-buru dengan nada sedih berkata,

“Kelven, setelah kerja nanti bisakah datang ke sini? Istrimu tadi menemuiku. Dia menarik rambutku dan memukulku seperti orang gila.”

“Apa yang kamu katakan?”

“Huhu Kelven, aku tahu ini menyulitkanmu, tapi aku nggak mau seperti ini. Kalau saja dulu kamu nggak … “

“Aku datang mencarimu sekarang juga.”

Tahu bahwa dulu dirinya bersalah pada Herli, Kelven merasa sangat bersalah. Dia langsung mengambil mantelnya dan meninggalkan kantor.

Sambil berjalan, dia menelepon Delis.

Delis yang duduk di pinggir jalan bersiap untuk berdiri dan kembali ke kampus. Tiba-tiba ponselnya berdering, dia melihat itu panggilan dari Kelven.

Setelah ragu sejenak, Delis akhirnya mengangkat panggilan itu.

Hanya saja, begitu telepon terhubung, terdengar suara pria yang rendah dan tak berdaya,

“Delis, sampai kapan kamu mau membuat onar seperti ini? Masalah kita berdua, kita urus sendiri saja, mengapa kamu pergi mencari Herli?”

“Dan bahkan sampai memukulnya. Kamu benar-benar semakin berani.”
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
amymende
kelven? kenapa nggak kempeng aja skalian namax, baca namax aja jadi malesss
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Suami begitu masih dipertahankan lebih memilih nenek lampir
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 906

    Menerima ucapan selamat dari adiknya, Peter dan Angel juga mengangkat gelas mereka.“Adikku, selamat menempuh hidup baru.”Angel juga mengucapkan, “Delis, selamat menempuh hidup baru.”“Eh, aku juga.”Kelven yang merasa diabaikan juga mengangkat gelasnya dan berkata, “Kalau begitu, mari kita semua bersulang untuk kehidupan baru kita. Semoga cinta kita selalu abadi.”Keempat orang itu saling tersenyum dan bersiap untuk minum bersama.Namun tiba-tiba, gelas Delis diambil oleh Kelven dan diletakkan di samping.Delis memandangnya dengan bingung.Kelven menggantinya dengan segelas jus dan menyodorkannya ke hadapan Delis, sambil mengelus kepalanya dan berkata, “Kamu nggak cocok minum alkohol, minum jus saja.”Mereka punya rencana besar malam ini.Delis memang tidak kuat minum alkohol. Setiap kali meminum sedikit saja, dia bisa mabuk hingga lupa diri.Di malam yang indah seperti ini, Kelven tidak ingin Delis mabuk.“Iya, Delis nggak boleh minum alkohol, minum jus saja.”Ujar Peter, lalu menol

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 905

    Sepasang mata hitam menatap wanita kecil di sampingnya dengan kesal.“Kamu nggak bisa berbicara dengan sopan?”Delis tertawa kecil sambil berjalan ke depan, tidak mau berdebat dengan pria tua itu.Bagaimanapun, hari ini adalah hari yang special, dirinya harus tampil maksimal.Meski tidak begitu mempersiapkan diri.Namun, karena kakaknya sudah memesan ruang makan di hotel bintang enam, dirinya tidak mungkin datang dengan pakaian santai.Mungkin saja kak Angel berpakaian lebih cantik daripada dirinya.Kelven mengikuti langkah Dleis, lalu mereka masuk ke dalam lift.Di dalam lift yang sempit, pria tua itu terus memandangi wanita kecil di sampingnya.Melihat betapa muda dan cantiknya dia, lagi-lagi Kelven tidak bisa menahan diri untuk mendekat, merangkul pinggang kecilnya yang ramping dan mencium rambutnya yang harum dengan penuh hasrat.“Delis, kamu jujur padamu, kamu nggak merasa aku sudah tua, ‘kan?”Ehem, konon pria berusia empat puluhan sangat liar, dirinya masih belum berusia empat p

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 904

    Saat sedang menyetir, pria itu tetap menggenggam tangan wanita di sebelahnya dengan erat. Seolah-olah jika dirinya melepaskan genggamannya, istrinya akan terbang keluar dari jendela mobil.Angel mencoba menarik tangannya, tetapi tidak berhasil karena pria itu menggenggamnya terlalu erat.Angel mengingatkan, “Kamu melanggar aturan lalu lintas, lepaskan tanganku.”“Nggak mau, paling juga hanya kena tilang saja. Aku begitu susah payah, baru berhasil menikahimu. Kalau aku nggak menggenggam tanganmu, bagaimana kalau kamu melarikan diri?”Peter menatap lurus ke depan dan menyetir dengan serius, tetapi sudut bibirnya menyiratkan senyuman bahagia yang tak bisa disembunyikan.Angel memandangnya. Dari sudut pandangnya, Peter terlihat dengan hidung yang mancung, bibir yang tipis dan paras wajah yang tegas.Terlihat seperti seseorang yang begitu sempurna.Bagaimana bisa dirinya dipertemukan dengan orang seperti ini.Apa yang membuat dirinya layak menjadi istri pria ini?Hingga saat ini, Angel masi

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 903

    Namun mereka malah bermesraan di depan umum.Sungguh keterlaluan.Benar-benar memalukan.Angel setuju denga napa yang Delis katakan.Dua pria ini memang benar-benar tidak tahu malu.Tidak peduli dengan mereka, Angel dan Delis dengan menggendong Lesi, keluar lebih dulu dari kantor urusan sipil.Sementara itu, Kelven dan Peter yang masing-masing memegang dua surat nikah di tangan mereka, berjalan mendekat dan berjabat tangan, saling mengucapkan selamat.“Selamat, akhirnya kamu berhasil menikahi wanita yang kamu cintai.”Albert sungguh malang.Saat ini, dia mungkin sedang meringkuk di pojokan sambil menangis.Peter tertawa kecil dan menjawab, “Selamat juga untukmu, akhirnya berhasil menjebak adikku lagi.”Kelven tidak senang mendengar itu dan membalas, “Menjebak apa? Delis sukarela menikah denganku. Kamu bisa melihatnya sendiri, apakah aku memaksanya?”“Iya, dia sukarela,” jawab Peter.Eter tidak ingin berdebat dengannya dan berjalan keluar dari kantor urusan sipil.Kelven mengikutinya, l

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 902

    Saat menerima surat nikah, Peter begitu bersemangat hingga langsung memegang wajah kecil Angel dan menciumnya di depan para petugas.Angel merasa sangat canggung dan segera mendorongnya.“Hei, bisa nggak kamu sedikit lebih tenang.”Namun, bagaimana mungkin Peter bisa tenang. Dia malah berdiri dan menggendong Angel, lalu berputar di tempat dua kali, sambil berseru gembira,“Akhirnya kamu jadi istriku, aku akhirnya berhasil menikahimu … “Peter sepenuhnya larut dalam kebahagiaannya.Tidak peduli sama sekali dengan pandangan para petugas di sekitarnya.Saat ini, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.Sementara itu, Angel yang diputar hingga kepalanya pusing, sekilas melihat dua wajah yang familiar.Angel segera menepuk Peter, memberi isyarat agar Peter menurunkannya.Peter terpaksa menurunkan Angel. Saat dia hendak mencium wajahnya lagi, Angel berkata, “Lihat ke belakang, siapa itu?”Peter menoleh.Ketika melihat Delis dan Kelven yang sedang menertawakannya, dia merasa

  • Paman, Silakan Tanda Tangani Surat Cerainya   Bab 901

    “Iya, aku sudah memikirkannya dengan matang. Bagaimana kalau hari ini?”Kelven tidak bisa menahan kegembiraannya, dia memeluk Delis dan menciumnya dengan keras. Kemudian berdiri dan menggendong anaknya.“Ayo, kita pergi ke kantor urusan sipil sekarang.”Lagipula, dokumen diri mereka selalu dibawa ke mana-mana.Delis tersenyum dan bertanya padanya, “Kamu nggak menyelesaikan pekerjaanmu dulu?”“Pekerjaanku nggak sepenting Delis.”“Baiklah.”Delis mengambil dokumen diri dari tasnya di atas meja dan bertanya pada Kelven, “Di mana punyamu?”“Di dalam mobil.”Jadi, mereka hanya berada di kantor kurang lebih satu jam dan buru-buru mengendarai mobil menuju kantor urusan sipil.Tak disangka.Saat mobil mereka berhenti di depan kantor urusan sipil, mereka melihat dua sosok yang familiar sedang menaiki tangga menuju gedung itu.Delis langsung berkata, “Kebetulan sekali! Kak Peter dan kak Angel juga datang mengurus surat pernikahan hari ini?”Kelven tersenyum dan menjawab, “Sepertinya hari ini mem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status