Home / Romansa / Paman Untuk Ibuku / 13. Saya Bukan Istrinya

Share

13. Saya Bukan Istrinya

Author: Mee Author
last update Last Updated: 2025-09-20 19:50:01

Sudah 6 bulan dirinya tinggal bersama keluarga Alexander sebagai menantu tertua di rumah itu. Dan selama 6 bulan itulah, perasaan aneh tiba-tiba muncul saat berhadapan dengan Sebastian. Pria itu … Alisha tidak bisa mendeskripsikan bagaimana dia. Sikapnya yang seringkali berubah-ubah, cenderung membuat perhatiannya teralihkan salah satunya selain dari putranya sendiri.

Terkadang pria itu kerap beberapa ingin mengatakan sesuatu tapi ujung-ujungnya tidak jadi. Sebenarnya apa yang ingin dia katakan? Alisha menjadi bingung sekaligus di buat penasaran. Mungkin dirinya akan bertanya langsung ketika waktunya sudah tepat.

Selain itu, selama ini dirinya tinggal di rumah ini, tak sekalipun ia berdiam diri. Sesekali mencoba mencari ide untuk mencari uang sendiri, seperti sekarang ini. Karena Alisha sebelumnya sempat membuat kue, dan untungnya kue itu laku keras. Dia berencana membuka toko untuk usahanya nanti. Untuk sekarang dia hanya perlu membeli perlengkapan dan juga beberapa bahan.

“Mbak,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Paman Untuk Ibuku   13. Saya Bukan Istrinya

    Sudah 6 bulan dirinya tinggal bersama keluarga Alexander sebagai menantu tertua di rumah itu. Dan selama 6 bulan itulah, perasaan aneh tiba-tiba muncul saat berhadapan dengan Sebastian. Pria itu … Alisha tidak bisa mendeskripsikan bagaimana dia. Sikapnya yang seringkali berubah-ubah, cenderung membuat perhatiannya teralihkan salah satunya selain dari putranya sendiri. Terkadang pria itu kerap beberapa ingin mengatakan sesuatu tapi ujung-ujungnya tidak jadi. Sebenarnya apa yang ingin dia katakan? Alisha menjadi bingung sekaligus di buat penasaran. Mungkin dirinya akan bertanya langsung ketika waktunya sudah tepat. Selain itu, selama ini dirinya tinggal di rumah ini, tak sekalipun ia berdiam diri. Sesekali mencoba mencari ide untuk mencari uang sendiri, seperti sekarang ini. Karena Alisha sebelumnya sempat membuat kue, dan untungnya kue itu laku keras. Dia berencana membuka toko untuk usahanya nanti. Untuk sekarang dia hanya perlu membeli perlengkapan dan juga beberapa bahan. “Mbak,

  • Paman Untuk Ibuku   12. Minta Maaf

    Ia berjalan dengan kepala menunduk dalam. Tadi, sebelum mandi Bunda memperingatinya untuk segera meminta maaf pada Omnya. Sekarang adalah waktu yang tepat. Leon melihat Sebastian berada di ruang tengah sembari menunggu persiapan makan malam selesai. Langkah kakinya ia gerakkan secara perlahan namun pasti. Sebastian sedang bermain dengan ponselnya. Di balik dapur, Ivana dan Alisha sedang memasak. Sebelum benar-bener memanggil pria itu, Leon menoleh ke belakang dengan kedua bibir sedikit maju ke depan—gugup. Kenapa Bundanya tidak membantunya sama sekali?Ya sudahlah. Ia ingin segera menyelesaikannya secepat mungkin. Leon memanggil pria itu, dengan pelan. “Om Bas …” Panggilnya sedikit panjang dan manja. Pria itu langsung menoleh. Gumaman kecil saja sanggup membuat pertahanan yang ia bangun runtuh. Dia tidak lagi memainkan ponselnya.“Kenapa?” Leon mengedipkan kedua matanya beberapa kali. Bagaimana wajah pria itu yang sedikit pun tidak menunjukkan kemarahan. Apa mungkin Omnya tidak marah

  • Paman Untuk Ibuku   11. Mereka Kenapa?

    Kedua alisnya kian mengkerut dalam saat mendapati putranya pulang dengan wajah tertekuk masam. Ada apa? Kenapa putranya seperti sedih? Di belakangnya sosok Sebastian baru turun dari dalam mobil. Biasanya … ketika mereka berdua pulang dari kantor, Alisha selalu melihat putranya itu riang gembira, melepas tawa lalu bercerita bagaimana dirinya begitu senang berada di kantor. Namun kali ini … hm, seperti ada yang salah. Lihatlah, saat Leon sudah ada di depannya, bocah itu diam dan tidak semangat seperti biasa. Alisha berjongkok, menyamai tinggi putranya. Sembari mengelus surai legam yang mirip seperti suaminya. “Kenapa? Kok tumben Leon diem?” Alisha berusaha untuk bertanya. Pandangannya beralih tepat di mana Sebastian berada, saat Leon mencuri pandang, namun dengan wajah sedikit … ketakutan. Alisha mulai was-was. Ekspresi Leon saat ini menggambarkan bahwa bocah ini sepertinya telah melakukan kesalahan entah apa itu. Karena ketika Sebastian ingin menyerahkan tas milik Leon, pria itu malah

  • Paman Untuk Ibuku   10. Cemburu

    Ini tidak bisa di biarkan. Beberapa kali bibirnya bergumam kasar bahkan sampai mengumpat pelan karena Leon berada di ruangannya. Ia berusaha untuk tidak bersuara takut jika keponakannya akan terdengar lalu menirunya. Jika Leon mendengar lalu balik mengucapkan apa yang ia katakan, Mau di taruh mana wajah tampannya ini ketika berhadapan dengan Alisha nanti? Ia tidak mau di cap sebagai Paman yang tidak bisa di andalkan. Tidak mau! Berkas di depannya juga memang kurang ajar. Sedari tadi dirinya memilah namun tidak ada yang cocok dan kurang pas. Alhasil Sebastian memanggil Hendi dan menyuruh pria itu untuk memperbaiki ulang. Entah kenapa dirinya menjadi berubah lelet seperti ini. Apa karena beberapa jam yang lalu ia melihat Alisha bersama Reksa? Meskipun hanya kawan lama, tapi dirinya merasa tidak tahan dan tidak nyaman. Ada perasaan kesal dan aneh di hatinya saat ini. Apa yang sedang mereka bicarakan? “Gue gak bisa gini terus. Apa gue harus tanya langsung sama Alisha? Kalau tanya lan

  • Paman Untuk Ibuku   9. Dia … Reksa

    Di sepanjang perjalanan, yakni di dalam mobil, bocah itu—Leon tak ada hentinya mengoceh tentang mainannya dan kebersamaannya dengan sang Bunda. Bagaimana dia menjahilinya, bahkan pura-pura menangis supaya Bundanya mau membelikannya es krim. Sebastian yakin jika Alisha sudah cukup kewalahan menghadapi putranya yang teramat nakal namun baik itu. Namun sekarang pembahasannya sedikit berbeda. Tiba-tiba saja Leon membahas tentang Sekolah. Keinginannya untuk segera bersekolah sudah mendarah daging sejak beberapa bulan yang lalu. Umurnya masih 3, mungkin satu tahun lagi Leon akan di sekolahkan oleh Alisha. “Om, nanti kalo Leon udah sekolah, berangkatnya bareng ya Om, Bas? Biar Bunda gak capek nganterin Leon.” Timpal Leon dengan suara lucunya. Sebastian bergumam sebagai tanggapan untuk bocah itu. Begitu senang sekali keponakannya ini? “Terus nanti yang jemput juga Om Bas boleh gak?” “Boleh kalo Om ada waktu. Kalo gak ada Om gak bisa jemput.” Memang itulah kenyataannya. Tapi sebisa mungki

  • Paman Untuk Ibuku   8. Pria Lain

    Sebastian sedang berada di dalam kamarnya. Setelah acara makan malam bersama, pria itu memutuskan untuk kembali ke atas karena masih ada beberapa berkas yang belum terselesaikan. Kedua matanya bergerak liar seiring jemarinya menari di atas keyboard. Kacamata bening ya menjadi pelindung bagi retinanya ketika sinar cahaya dari laptop mengarah ke arahnya. Suara ketukan pintu terdengar pelan—seperti menyiratkan keraguan dari balik benda panjang berwarna cokelat itu. Kepala Sebastian enggan berpaling namun pendengarannya masih berguna untuk mendengar siapa pelaku dari ketukan itu. “Om, Bas … boleh Leon masuk?” Lah? Bocah itu?Gerakan ketikannya terhenti. Sebastian menutup separuh laptop itu setelah sosok kecil berdiri di ambang pintu dengan wajah polosnya. Nampak sebuah boneka berbentuk singa yang menjadi teman tidurnya pun tak lupa dia bawa. Kenapa keponakannya datang ke kamarnya? Leon berjalan pelan dan menutup pintu saat Sebastian menyuruhnya. Setelah berada di dekatnya, Leon bertany

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status