Beranda / Romansa / Paman Untuk Ibuku / 14. Terima Kasih

Share

14. Terima Kasih

Penulis: Mee Author
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-20 22:43:34

Hari ini toko kue milik Alisha ramai akan pengunjung. Berkat beberapa video dan juga foto yang ia posting di sosial media, mereka begitu antusias dan tertarik ingin mencoba.

Alisha Cake, nama dari toko kue itu.

Dari pukul 08.00 sampai saat ini menjelang siang, tokonya masih belum sepi dan kerap kali kedatangan pembeli yang baru saja datang untuk sekedar melihat. Di dalam, Alisha sibuk tengah membantu para karyawan membuat cake dan juga kue tar. Ada yang sedang membuat hiasan, dan juga beberapa cake kecil seperti brownies. Alisha tersenyum puas kala cake buatannya sangat cantik dan menjadi langganan para pembeli. Ia memberikan cake itu untuk segera di pajang di etalase depan.

Alisha keluar dari dapur. Di dalam toko juga ia sengaja meletakkan beberapa meja dan kursi untuk pembeli yang ingin duduk santai disana. Juga bagi para remaja yang sekedar untuk belajar dan juga berkumpul.

“Raka, kamu istirahat dulu. Ini waktunya makan siang kan? Biar saya yang jaga.” Karyawan pria yang usiany
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Paman Untuk Ibuku   17. Pilihan

    Alisha berjalan menyusuri lorong belakang rumah menuju taman. Ia berniat untuk duduk sebentar saja. Waktu menunjukkan pukul 12, namun rasa kantuk belum juga melanda. Daripada berdiam diri di kamar, lebih baik ia mencari udara segar sejenak. Namun, saat kakinya hendak menginjakkan rerumputan yang begitu segar akibat terkena hujan tadi pagi, langkahnya terhenti. Dalam hati … ia menyesali keinginannya untuk mencari udara segar. Karena ternyata sosok itu tengah berdiri—tanpa melakukan apapun. Alisha ingin balik menuju kamar. Karena mungkin langkah kakinya yang tidak bisa pelan, suara sedikit saja sudah membuat pria itu menoleh dengan kedua alis saling bertautan. Alisha terkesiap. Sejenak, jantungnya berdebar. Seolah waktu berhenti berputar, kala di mana dia menyebut namanya. “Alisha?” Mungkin Sebastian berfikir, tidak menyangka dengan diamnya dia disini akan menyebabkan kedatangan perempuan itu. Tapi yang sedikit membuatnya kesal adalah saat Alisha, perempuan itu bukannya terus berjala

  • Paman Untuk Ibuku   16. Sebuah Pesan

    Sebastian mendengarkan dengan cermat ketika Hendi menjelaskan. Di depannya, tepat di atas meja sudah ada sebuah laporan tentang kerja sama dengan perusahaan lain.“Jadi … kapan mereka datang kesini?”“Sebentar lagi, Pak. Setengah jam lagi. Pemilik juga memilih untuk datang kesini supaya bisa bertemu dengan Bapak.” Jelas Hendi dengan tegas. “Berapa persen yang akan mereka tawarkan untuk perusahaan kita?”“85% Pak. Dan sisanya milik mereka. Karena Perusahaan Bramana Group yang memilih untuk bekerja sama, jadi mereka menaruh sebagian lebih banyak sahamnya pada Alexander Group.”“Oke …” Sebastian mendesis pelan. “Bramana Group ya? Itu Perusahaan baru?”“Sebenarnya di bilang baru tidak juga, Pak. Karena pusatnya ada di Jepang. Mereka sengaja buka cabang lain di Indonesia.”“Kenapa pusatnya harus di Jepang, sedangkan mereka asalnya dari Indonesia? Perusahaan apa itu?”Hendi mulai mencari di internet tentang perusahaan Bramana. Hingga di mana sebuah profil dan juga foto-foto terpampang di l

  • Paman Untuk Ibuku   15. Pernyataan Cinta

    Harus dan Ivana sedang tidak ada di rumah. Mereka sedang keluar bersama sang putra. Hanya ada dirinya dan juga Sebastian … termasuk para pembantu dan juga pekerja rumah. Alisha tidak tahu harus melakukan apa, ia terlalu nganggur di rumah ini karena semua pekerjaan sudah ada yang mengerjakan. Ia memutuskan untuk masuk ke kamar dan tidur. Karena semenjak tadi pagi hingga sore, setelah mengunjungi tokonya ia sedikit pun tidak istirahat, mungkin dirinya akan tidur sore sebentar saja. Lampu kamar ia nyalakan dengan mode sedikit gelap, jadi ia bisa lebih tenang untuk tidur. Beberapa menit berlalu, kedua matanya mulai mengantuk. Ia perlahan mulai tertidur, dengan nyaman. Namun … pergerakan di di samping kasurnya. Sebelum itu dirinya tidak merasakan ada suara decitan pintu karena memang pintu terbuka hanya setengah. Memangnya siapa yang masuk? Alisha penasaran tapi ia masih terlalu malas untuk bangun. Saat kedua matanya ingin terbuka, sebuah suara yang tak nampak asing terdengar di telinga

  • Paman Untuk Ibuku   14. Terima Kasih

    Hari ini toko kue milik Alisha ramai akan pengunjung. Berkat beberapa video dan juga foto yang ia posting di sosial media, mereka begitu antusias dan tertarik ingin mencoba. Alisha Cake, nama dari toko kue itu. Dari pukul 08.00 sampai saat ini menjelang siang, tokonya masih belum sepi dan kerap kali kedatangan pembeli yang baru saja datang untuk sekedar melihat. Di dalam, Alisha sibuk tengah membantu para karyawan membuat cake dan juga kue tar. Ada yang sedang membuat hiasan, dan juga beberapa cake kecil seperti brownies. Alisha tersenyum puas kala cake buatannya sangat cantik dan menjadi langganan para pembeli. Ia memberikan cake itu untuk segera di pajang di etalase depan. Alisha keluar dari dapur. Di dalam toko juga ia sengaja meletakkan beberapa meja dan kursi untuk pembeli yang ingin duduk santai disana. Juga bagi para remaja yang sekedar untuk belajar dan juga berkumpul. “Raka, kamu istirahat dulu. Ini waktunya makan siang kan? Biar saya yang jaga.” Karyawan pria yang usiany

  • Paman Untuk Ibuku   13. Saya Bukan Istrinya

    Sudah 6 bulan dirinya tinggal bersama keluarga Alexander sebagai menantu tertua di rumah itu. Dan selama 6 bulan itulah, perasaan aneh tiba-tiba muncul saat berhadapan dengan Sebastian. Pria itu … Alisha tidak bisa mendeskripsikan bagaimana dia. Sikapnya yang seringkali berubah-ubah, cenderung membuat perhatiannya teralihkan salah satunya selain dari putranya sendiri. Terkadang pria itu kerap beberapa ingin mengatakan sesuatu tapi ujung-ujungnya tidak jadi. Sebenarnya apa yang ingin dia katakan? Alisha menjadi bingung sekaligus di buat penasaran. Mungkin dirinya akan bertanya langsung ketika waktunya sudah tepat. Selain itu, selama ini dirinya tinggal di rumah ini, tak sekalipun ia berdiam diri. Sesekali mencoba mencari ide untuk mencari uang sendiri, seperti sekarang ini. Karena Alisha sebelumnya sempat membuat kue, dan untungnya kue itu laku keras. Dia berencana membuka toko untuk usahanya nanti. Untuk sekarang dia hanya perlu membeli perlengkapan dan juga beberapa bahan. “Mbak,

  • Paman Untuk Ibuku   12. Minta Maaf

    Ia berjalan dengan kepala menunduk dalam. Tadi, sebelum mandi Bunda memperingatinya untuk segera meminta maaf pada Omnya. Sekarang adalah waktu yang tepat. Leon melihat Sebastian berada di ruang tengah sembari menunggu persiapan makan malam selesai. Langkah kakinya ia gerakkan secara perlahan namun pasti. Sebastian sedang bermain dengan ponselnya. Di balik dapur, Ivana dan Alisha sedang memasak. Sebelum benar-bener memanggil pria itu, Leon menoleh ke belakang dengan kedua bibir sedikit maju ke depan—gugup. Kenapa Bundanya tidak membantunya sama sekali?Ya sudahlah. Ia ingin segera menyelesaikannya secepat mungkin. Leon memanggil pria itu, dengan pelan. “Om Bas …” Panggilnya sedikit panjang dan manja. Pria itu langsung menoleh. Gumaman kecil saja sanggup membuat pertahanan yang ia bangun runtuh. Dia tidak lagi memainkan ponselnya.“Kenapa?” Leon mengedipkan kedua matanya beberapa kali. Bagaimana wajah pria itu yang sedikit pun tidak menunjukkan kemarahan. Apa mungkin Omnya tidak marah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status