Share

5. Jangan menikah Dengan Juan!

"Oh, mungkin Ralin belum cerita ke Om?" tanya Juan.

Carlos memandang ke arah sekretarisnya, kemudian bergilir menatap ke arah keponakannya. "Jadi kalian sedang pacaran? Sejak kapan? Ralin belum ada memberi kabar, hanya memang belakangan ini Om sadar dia seperti bertingkah sedikit aneh. Ternyata sedang jatuh cinta, ya?" 

Wajah Ralin langsung merona merah akibat malu. Bagaimanapun ia memang sedang jatuh cinta kepada Juan, jadi wajar kalau belakangan ini Ralin jadi kurang fokus bekerja. 

"Om yakin hubungan kalian pasti akan berlanjut ke tahap yang lebih serius, sebelum itu terjadi sepertinya Om harus memiliki cadangan sekretaris." Carlos tersenyum menatap Ralin, sekretaris kepercayaannya.

Ralin mengernyit. "Maaf, Pak, memangnya kenapa? Apa pekerjaan saya kurang maksimal?" 

Carlos menggelengkan kepalanya. "Tidak, tapi saya yakin kalau Juan tidak akan membiarkan kamu untuk tetap bekerja di sini, tentu nanti kamu akan menjadi Nyonya Ralin Poernomo."

Tentu saja Ralin pun sepakat dengan apa yang bosnya ini katakan, ia lantas melirik ke arah Juan dan memberikan satu kedipan mata secara sembunyi-sembunyi. Juan pun meresponnya dengan senyuman sumringah.

"Harusnya dari sekarang Om sudah mencari pengganti Ralin, sepertinya ini tidak akan lama," jelas Juan. 

"Wow, apanya yang tidak akan lama?" Suara berat seorang laki-laki langsung terdengar masuk di ruangan itu. Semua mata langsung tertuju ke sosok laki-laki jangkung yang baru saja muncul dari balik pintu, bahkan laki-laki itu muncul tanpa kata-kata permisi terlebih dahulu. 

"Ethan, kamu bisa mengetuk pintu dulu, kan?" ucap Carlos kepada putranya yang baru saja bergabung di ruangannya itu. Ethan adalah putra pertama dari Carlos yang kini menjabat sebagai direktur, lebih tepatnya orang nomor dua di perusahaan tersebut.

"Maaf, Pa, begitu tahu kalau ada Juan yang datang kemari, aku langsung antusias dan lupa mengetuk pintu." Ethan duduk tepat di sebelah Juan, lalu menepuk-nepuk pundak sepupunya itu. "Jadi, apa Juan akan segera menikah?" tanya Ethan kemudian.

Juan menyeringai. "Ya, aku akan menikah dan kamu harus menjadi orang yang paling sibuk untuk acara pernikahanku nanti."

Ethan melirik sekilas ke arah Ralin yang masih berdiri di ruangan itu. "Jadi, perempuan yang beruntung menjadi calon istri Juan Harris Poernomo adalah sekretaris Ralin?"

"Betul sekali," jawab Juan dengan yakin.

Ralin pun tersenyum ke arah Ethan, sebagai tanda kebenaran.

"Ternyata jodohnya nggak jauh-jauh juga, ya! Tentu nanti aku akan menjadi orang paling sibuk saat acara penikahan sepupuku tersayang," ucap Ethan kemudian.

"Juan sudah punya calonnya, lantas kamu kapan? Ingat Ethan, kamu lebih tua dari Juan, dan bahkan kamu belum terlihat prestasi apa pun di perusahaan ini. Jangan terlalu santai, kelak nanti kamu yang akan menggantikan Papa di sini," ucap Carlos kepada putranya.

Ethan menaikkan satu sudut bibirnya, hal yang biasa ia dengar sedari kecil. Dirinya selalu dibanding-bandingkan dengan Juan, bahkan telinga Ethan bisa terasa panas kalau terlalu lama disandingkan dengan sepupunya ini. 

"Juan adalah panutanku, jadi apa pun itu selalu Juan yang memulai lantas aku mengikutinya di belakang. Mungkin setelah Juan menikah, barulah aku bertemu jodoh," jawab Ethan dengan santai. "Bagaimana kalau rapatnya kita mulai? Satu jam lagi aku harus pergi bertemu klien." Ethan tak mau berlama-lama membahas urusan pernikahan, ia pun langsung mengalihkannya ke tujuan awal.

Rapat perihal kerjasama antara dua perusahaan pun dimulai, Ralin yang bertugas mencatat hasil rapat itu sesekali melirik ke arah kekasihnya. Ternyata Juan terlihat jauh lebih tampan saat sedang serius bekerja, tidak salah Ralin menjatuhkan pilihannya walaupun ia tahu kalau ada yang kepanasan juga di ruangan itu.

Setelah rapat selesai, Juan tak lupa menghampiri kekasihnya sebelum ia kembali ke perusahaannya.

"Nanti aku pulang lebih awal, jadi aku bisa ke sini untuk menjemput kamu, Honey!" bisik Juan di dekat Ralin. 

Raling menganggukkan kepalanya. "Kebetulan mama juga ingin bertemu dengan kamu, apa nanti malam bisa?"

Juan tampak tertegun sejenak. "Jadi nanti malam kita mau berkunjung ke rumah orang tua kamu?" 

"Tentu, mama penasaran sama kamu. Bisa, kan?" tanya Ralin kembali.

Juan langsung mengangguk setuju, sejurus kemudian ia meraba halus puncak kepala Ralin. "Kalau begitu sampai jumpa nanti," ucapnya sambil mengerlingkan mata.

Seulas senyum sumringah langsung terpasang di wajah Ralin, Juan akhirnya berpamitan untuk pergi. Kepergian Juan membuat banyak tanda tanya di pikiran para rekan kerja Ralin di kantor tersebut. 

"Ral, kamu ada hubungan apa sama bos Poernomo Group itu? Kenapa kalian mesra banget?" tanya Nina, rekan kerja Ralin yang menjadi sekretaris untuk Ethan. Nina lantas membuka mulutnya lebar-lebar, tiba-tiba teringat dengan foto yang Ralin posting di I*******m semalam. "Jangan-jangan itu cowok yang kamu ajak foto itu? Ini juga cincin berlian pemberian dia?" Nina meraih jemari Ralin yang terselip cincin berlian, cincin itu juga sempat Nina lihat di halaman I*******m Ralin.

"Betul sekali!" jawab Ralin dengan bangga.

Nina langsung lebih mendekat lagi. "Bagi tips, dong! Cara menggaet bos besar kaya raya yang ganteng begitu. Aku udah coba beberapa kali modusin bos Ethan, tapi dia seperti batu," keluh Nina.

Suara seseorang yang sedang terbatuk-batuk kecil tiba-tiba mengalihkan perhatian Nina dan Ralin. Mereka menoleh bersamaan ke sumber suara dan mendapati Ethan tengah berdiri di belakang mereka. 

"Nina, saya tugaskan kamu untuk ambil berkas di lantai tiga, apa sudah dilaksanakan?" tanya Ethan langsung kepada sekretarisnya.

"I-iya, Pak! Sekarang saya jalan ke sana." Nina pun buru-buru pergi mengikuti mandat dari atasannya itu tanpa berani protes.

Ethan yang masih berdiri di sana lantas beralih kepada Ralin. "Jadi menurut kamu Juan lebih baik dari aku?" Ethan memandang lekat ke arah sekretaris papanya itu.

"Mungkin bisa dibilang seperti itu, Pak!" jawab Ralin dengan yakin.

"Ini alasan kamu menolakku, kan? Kenapa? Karena Juan lebih kaya? Karena Juan telah memiliki jabatan pemimpin utama perusahaan Poernomo?" cecar Ethan.

"Maaf, Pak, ini hal pribadi sebaiknya tidak dibicarakan saat bekerja."

Ethan mendengus pelan. "Ralin, aku serius. Sudah bertahun-tahun aku menunggu kamu tapi alasanmu mau fokus bekerja. Sekarang malah berujung berpacaran dengan sepupuku yang paling aku benci? Apa maksud kamu, hah? Apa kurangnya aku?"

Ralin memberi seringai tipis ke arah Ethan. "Anda kurang dewasa, sebaiknya hal seperti ini bisa kita bicarakan nanti secara personal. Bisa Bapak lihat semua mata sekarang tertuju kepada kita, kan?" 

Ethan mengedarkan pandangannya, beberapa karyawan memang tampak sedang memperhatikan mereka. Namun begitu ketahuan oleh Ethan, mereka langsung berpura-pura untuk tak melihatnya. 

"Maaf, Pak, kerjaan saya banyak. Apa ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya Ralin dengan sopan kepada Ethan.

"Ada!" jawab Ethan.

"Ya, Pak?"

"Jangan menikah dengan Juan!" 

Ralin tertegun sejenak. "Mohon maaf, Pak, untuk urusan itu sayangnya tidak bisa saya bantu," tolak Ralin langsung, ia pun kembali mengerjakan pekerjaannya dan tak mempedulikan Ethan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status