Share

Pertarungan Pandu di Tengah Hutan

Mendengar bentakkan dari Pandu, dua orang pria itu tertawa lepas, "Hahaha!"

Salah seorang dari mereka kemudian berkata, "Kau tidak perlu tahu tentang siapa kami ini!" Salah seorang dari mereka balas membentak, kemudian melangkah mendekat ke arah Pandu.

"Kami adalah orang yang diutus untuk membinasakanmu," ucap pria berikat kepala hitam tampak jemawa.

Mendengar perkataan dari pria itu, Pandu pun lantas berkata sambil tertawa dingin, "Sekarang aku ingin tahu apa kau masih berani keras kepala?"

Bersamaan dengan itu, tangan Pandu mengayun cepat bagai kilat hendak menyambar kepala orang yang mengenakan ikat kepala hitam itu.

Namun, orang itu dengan begitu mudahnya dapat menghindari serangan dari Pandu. Sambil membentak ia langsung membalikkan tangannya dengan sangat cepat, dan sudah berbalik mencekal pergelangan tangan Pandu.

"Kau tidak akan bisa lepas dari cengkraman kami, Anak muda."

Pandu tidak banyak bicara, ia langsung mengerahkan kekuatan tenaga dalamnya. Mencengkram keras telapak tangan orang tersebut.

Bukan kepalang kagetnya orang itu, ia merasakan lima jari-jari tangannya seperti mau patah. Sehingga, ia pun segera menarik tangannya dari cekalan tangan Pandu.

"Besar sekali kekuatan anak muda ini?" kata pria itu dalam hati.

Kemudian kawannya menghampiri. Lantas berkata, "Sebaiknya kita hadapi anak muda ini secara bersama-sama! Kita tidak mungkin bisa mengalahkannya jika bertarung satu lawan satu."

"Ya, aku pun berpikir demikian, karena pemuda ini bukanlah anak muda biasa," jawab kawannya, kemudian segera bersiap untuk kembali melakukan serangan terhadap Pandu.

Kedua pendekar itu langsung menyerang Pandu dengan sangat ganas, memburu dari berbagai arah.

Melihat pemandangan seperti itu, Pandu tak tinggal diam. Ia langsung menggetarkan tangan kanannya. Bersamaan dengan gerakan tangannya itu, meluncur satu kekuatan tenaga dalam yang tersembunyi dengan warna kuning keemasan. Cepat bagai anak panah meluncur dari busurnya menyerang ke arah dua pendekar itu.

Namun, dua orang pendekar itu ternyata bukanlah pendekar sembarangan. Mereka masih dapat menghindari serangan dari Pandu, secara bersamaan mereka meloncat ke arah yang berbeda untuk menghindari serangan jurus tenaga dalam yang Pandu kerahkan.

Salah seorang dari mereka kemudian tertawa lepas sambil berkacak pinggang, "Hahaha!"

"Kau tidak mungkin dapat mengalahkan kami dengan mudah. Justru kau sendiri yang akan kami binasakan, dan hutan ini akan menjadi kuburanmu!"

Tanpa terduga, satu pendekar lainnya langsung terbang meluncur ke arah Pandu. Satu pukulan keras hinggap di kepala Pandu hingga ia pun terjatuh tak dapat menahan gempuran tersebut.

"Mereka memang bukanlah para pendekar sembarangan. Tapi siapa sebenarnya mereka?" desis Pandu sambil menyeka darah yang mengalir di ujung bibirnya.

Di saat itu, Pandu pun melihat ada tiga bayangan hitam yang berlarian ke arah timur. Entah siapa mereka? Sehingga muncul berbagai pertanyaan dalam benak Pandu kala itu.

"Benar saja, apa yang dikatakan oleh ramaku. Ternyata hutan ini memang rawan sekali, dihuni oleh orang-orang sakti," kata Pandu dalam hati.

Dua bola matanya yang tajam terus mengamati tiga orang pendekar yang tengah berlarian. Mereka hanya tampak berupa bayangan hitam saja yang berkelebatan tersorot sinar bulan yang masuk ke celah-celah rimbunnya dedaunan pohon di hutan tersebut.

Para pendekar itu bergerak sangat gesit dan lincah, kecepatan lari mereka sangat luar biasa. Menandakan bahwa mereka bukanlah para pendekar biasa.

Setelah itu, Pandu kembali berpaling dan mengarahkan pandangannya ke wajah seorang pendekar yang baru saja memberikan pukulan keras terhadap dirinya. Kemudian, ia bangkit lagi.

"Sebenarnya kalian ini siapa? Apa kesalahanku, kenapa kalian tiba-tiba menghajarku?"

Pandu tetap bersikap tenang, dan tidak terpancing emosi oleh sikap para pendekar itu, meskipun dirinya sudah dipukul secara tiba-tiba.

Mendengar pertanyaan dari Pandu, maka kedua pendekar itu tertawa lagi sambil bertulak pinggang. Lantas, salah seorang dari mereka melangkah maju mendekati Pandu.

"Perlu kau ketahui, bahwa kami memang tidak ada urusan denganmu. Tapi, kami diutus oleh Raden Andaresta untuk segera membinasakanmu!" bentak pendekar itu bersuara lantang dengan sikap jemawa.

Seakan-akan pendekar itu merasa dirinya sebagai pendekar yang memiliki kepandaian ilmu kanuragan yang tinggi, hingga berani sesumbar di hadapan Pandu.

Pandu menarik napas dalam-dalam, lalu tertawa dingin sambil terus meluruskan bola matanya yang tajam ke wajah dua pendekar itu. Akan tetapi, ia lebih fokus kepada seorang pendekar yang tengah berhadap-hadapan dengannya.

"Oh, ternyata kalian ini pengikut Andaresta yang saat ini tengah menjadi buruanku?!" bentak Pandu sambil memperkuat pijakan kakinya dalam berdiri.

Sikapnya sungguh penuh kewaspadaan, mengantisipasi pergerakan mendadak dari kedua orang itu.

"Kami akan menangkap dan menyiksamu terlebih dahulu, Anak muda. Setelah itu, baru kami akan menculik ramamu dan paman angkatmu itu!" ancam pendekar berikat kepala merah kembali sesumbar dengan suara lantangnya.

Ancaman dari pendekar itu, sontak membuat amarah Pandu semakin bergejolak, hingga memuncak di ubun-ubun kepalanya. Seakan-akan, dirinya ingin sekali menelan mentah-mentah dua pendekar tersebut yang secara terang-terangan melibatkan orang tuanya dalam persoalan itu.

"Bedebah, kau!" bentak Pandu.

* * *

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status