Share

Peringatan Ares

"Dari mana saja kamu Arthur?" Tanya iblis yang sedang menunggu kedatangan Arthur.

"Aku habis mencari udara segar di luar."

"Apa kau sudah mencari tahu tentang keberadaan keturunan mereka, orang-orang yang telah membantai orang tuamu hingga tewas, kau harus membalaskan dendam Edward dan kedua orang tuamu!"

"Tentu saja, tak ada satupun orang yang akan bisa lepas dari kejaran ku."

"Ingat tujuan kita tinggal di bumi, jangan sekali-kali kamu mengingkari janjimu kepada Tuan Lucifer, dia bisa murka dan akan menghukummu, ingat berkat dialah kau bisa hidup abadi dan punya kekuatan."

"Apa maksudmu?"

"Jangan berpura-pura bodoh, aku tau apa saja yang kau lakukan di luar sana, siapa wanita itu?" tanya Ares Iblis yang paling disegani.

"Aku tak kenal siapa dia."

"Benarkah?"

"Tentu saja."

"Ingat perkataanmu akan selalu aku pegang, jangan sampai kau mengecewakanku, dan satu lagi, jangan sampai kau jatuh cinta pada manusia, karena itu bisa mempengaruhi kekuatanmu."

"Tak perlu kau beritahu pun aku sudah mengerti."

"Setelah kau berhasil mencari tahu keberadaan mereka, segera selesaikan urusanmu dan kembalilah bersamaku ke neraka."

"Hahaha.. percuma parasmu tampan, kau tak akan bisa menjalani hidup layaknya manusia normal, ragamu sudah terikat dengan alam kami," sahut salah satu iblis yang baru datang.

"Kau tak akan pernah tau bagaimana rasanya jadi manusia, karena dari kecil darahmu sudah bercampur dengan darah kami, kau tak punya cinta dan belas kasih, di hatimu hanya ada amarah dan balas dendam."

"Lebih baik kalian diam, aku sedang tak ingin diganggu!" hardik Arthur, seketika para iblis itu menghilang dari hadapan Arthur.

Arthur tinggal seorang diri di sebuah kastil di pinggiran kota, karena orang yang telah mengurusnya dari kecil sudah meninggal, Arthur sudah terbiasa dengan kesendiriannya.

Dia hidup dalam kegelapan, jiwanya sudah bersatu dengan iblis, dia seperti mayat hidup, tak punya detak jantung, dan tak punya perasaan, di hatinya hanya ada dendam yang membara.

Tak ada sedikitpun rasa belas kasihan di dirinya, dia akan membunuh semua keturunan yang telah membantai keluarganya, tak pandang usia meskipun itu seorang bayi dia akan tetap menghabisinya.

Setiap pagi Arthur akan pergi ke taman di belakang kastil, dia terbiasa menghabiskan waktunya di sana, dia akan duduk bersantai sambil menghilangkan rasa rindunya pada Ayah dan Ibunya.

hanya batu nisan keluarganya yang selalu menemani keseharian Arthur.

Malam hari seperti biasa dia akan keluar rumah untuk memburu mangsanya, kali ini dia akan pergi ke sebuah apartemen, di sana ada sepasang kekasih yang sedang menikmati makan malam.

Arthur melanjutkan mobilnya dengan cepat, seperti pembalap liar, dia bisa menyalip semua mobil yang menghalangi jalannya dengan lincah.

Tak butuh waktu lama Arthur sudah datang di tempat tujuannya, targetnya kali ini berada di lantai 30, dengan mudah Arthur melompat dan masuk melalui balkon.

"Hai, apa kabar?" tanya Arthur yang tiba-tiba muncul di tengah mereka.

"Siapa kau? Bagaimana caranya kamu bisa masuk kemari?" ucap sang pria yang terlihat kaget.

"Santai saja jangan panik, aku hanya ingin berkenalan dengan kalian," ucap Arthur dingin.

"Apa maumu, silahkan ambil apa yang kamu mau, di brankas ada sejumlah uang dan emas, ambilah sesuka hatimu, tapi tolong jangan sakiti kami."

"Aku tak perlu uang."

"Kami tak punya apa-apa lagi selain itu?"

"Aku ingin nyawa kalian."

"Tolong jangan sakiti kami, kami tak pernah mempunyai musuh, siapa yang menyuruhmu."

"Aku datang dari masa lalu untuk membalas dendam atas kematian orang tuaku, keluarga kalianlah yang telah membuat aku berpisah dengan orang tuaku."

"Aku tidak mengerti, kumohon lepaskan kami!"

"Kalian tenanglah, ini tidak akan menyakitkan, aku akan melakukannya selembut mungkin, aku hanya ingin mengantarmu berkumpul dengan keluargamu."

"Tolong.. tolong.."

Mereka berlari ke depan pintu, namun sayang pintunya tiba-tiba terkunci.

"Mari kita selesaikan malam ini juga!" ucap Arthur, sorot mata Arthur berubah menjadi merah menyala, dua taring muncul dari mulutnya.

"Aaaaaaaaa."

Keadaan seketika menjadi hening.

"Bukankah sudah kubilang bahwa ini tidak akan menyakitkan." Arthur tersenyum puas.

Dia menyelesaikan misinya dengan baik, setelah menghilangkan semua barang bukti, Arthur kembali pulang ke kastilnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status