Setelah kunjungan suaminya yang sekaligus adalah Raja negeri ini. Permaisuri tampak sangat marah.
"Argh... Bajingan... Sialan..." Dia berteriak penuh dengan emosi. Dia juga membanting segala sesuatu yang ada di meja yang ada didepannya. Cangkir teh terlempar dengan tidak beraturan, lalu membentuk dinding dan jatuh ke lantai dengan kondisi yang hancur berantakan. Kamarnya penuh dengan baling berbahaya. Isna yang menekan emosi di depan suaminya itu kini benas mengekspresikan dan mengeluarkannya.Suaminya yang kejam terhadapnya dan anaknya yang sampah. Hidup sebagai wanita no 1 di Kerajaan ini malah membuatnya tertekan dan tidak bahagia. Tapi ini dulu adalah pilihannya jadi Dia ingin membereskan semua masalah yang menghalanginya. Hari ini Dia harus benar benar membuat anaknya sadar diri dengan posisinya. Sampah itu harus sadar bahwa lahir dari seorang Raja dan Permaisuri saja tidak akan cukup untuk memimpin negeri ini. Perlu usaha dan kerja keras juga, utamanya otak yang cerdas sehingga bisa tahu celah dalam memanfaatkan seseorang. Itu juga butuh kemampuan dan anaknya tidak ada di level itu."Viscountess Muna...." teriak Isna kepada salah seorang dayangnya."Ya... Yang Mulia..." Muna yang sudah hafal bagaimana kelakuan sang Ratu itu pun harus bersabar saat menghadapi kemarahan Isna."Berikan aku daftar Putri dari para bangsawan yang siap pada usia menikah,""Apakah itu termasuk mereka yang sudah punya tunangan?" Tanya Muna memastikan."Ya... aku tidak perduli jika dia sudah punya tunangan atau tidak!""Baik Yang Mulia..." Muna segera pergi dari hadapan Permaisuri.Merasa stres, Isna memilih untuk memakan makanan manis meskipun sehabis ini Dia harus berolahraga ekstra agar berat badannya tidak naik. Biasanya dia memilih untuk menunggang kuda atau latihan memanah.Sejam kemudian, Muna datang dengan tumpukan dokumen. Disana berisi potret wajah wanita cantik anak para bangsawan lokal. Isna yang tahu kalau anaknya busuk tak mau ambil pusing dengan menikahkan anaknya dengan putri dari Kerajaan lain karena kalau putri itu kenapa-kenapa malah akan menimbulkan permusuhan. Anak bangsawan lokal lebih berguna, dengan berdalih kesetiaan dan rasa royal mereka terhadap Kerajaan, mereka harus menyerahkan anak mereka sebagai daging kurban yang siap digunakan untuk kepentingan keluarga Kerajaan.Semuanya Isna lihat dengan teliti, dia tahu selera anaknya wajah cantik dengan body aduhai. Kalau bisa dia dari keluarga bangsawan rendahnya agar kalau ada apa-apa mereka tidak bisa berkomplot atau memberontak. Ada satu dokumen yang menarik perhatian Isna, itu adalah potret kosong, disana berisi informasi mengenai seorang Putri dari kadipaten Lexid."Kenapa dia tidak ada wajahnya?""Ah itu..." Kata Muna ragu-ragu. "Putri Lesha tidak pernah menampakkan dirinya di pergaulan sosial Yang Mulia, dia hanya keluar di wilayahnya saja. Tidak pernah dibawa pergi ke Ibukota,"".....?"Apakah itu masuk akal? pikir Isna. Dia adalah Putri dari keluarga Pahlawan yang juga kaya raya. Ibukota yang penuh dengan gemerlap dan banyak hiburan tak menarik minatnya? Bahkan bangsawan yang mengirim anaknya ke luar negeri saja masih mengajak mereka ke Ibukota untuk sekedar berbelanja dan cuci mata."Bagaimana dengan rumor mengenainya?" Isna tampaknya sangat penasaran dengan Putri dari kadipaten Lexid."Tidak ada yang buruk Yang Mulia, tapi informasi bagaimana rupa sang Putri sangat dirahasiakan," Muna juga tahu bahwa dengan kekuatan Kadipaten Lexid, menutup informasi mengenai anaknya bukanlah hal yang sulit. Sepertinya mereka sangat melindungi anaknya dari dunia luar."Apakah dia sangat jelek karena tidak pernah dibawa ke hadapan sosial," itu bisa menjadi salah satu spekulasi yang keluar atau mungkin sebaliknya, Putri itu sangat cantik sehingga menghalangi para serangga untuk mendekatinya."Ya itu tidak masalah karena aku tidak akan memilihnya. Membuat anak Duke Lexid sengsara karena putraku hanya akan menambah musuh dalam selimut, terlebih mereka punya basis dukungan rakyat yang kuat."Muna menganggukkan kepalanya."Singkirkan dokumennya," Perintahnya lagi."Baik Yang Mulia,"Setelah membolak-balikkan beberapa protet dipilihlah 5 potret yang paling mendekati dengan selera anaknya. Mereka berasal dari keluarga Count, Baron dan Viacount. Sebenarnya ada satu lagi tapi dia berasal dari keluarga Marquess yang cukup bergengsi. Menyenggol keluarga bergengsi hanya akan merugikan Isna dan anaknya ke depannya. Untuk urusan negara, Isna juga harus memilih ajudan yang pandai dan disiapkan untuk menjadi anjing pesuruh. Dia harus menurut da tidak banyak protes. Alangkah baiknya jika dia merasa punya hutang budi dengan keluarga Kerajaan. Untuk urusan ini, Isna sudah menyuruh Mona untuk menyiapkan nama-nama bangsawan muda yang menonjol dan cakap dalam mengurus masalah banyak hal. Kalau bisa mereka yang bukan pewaris gelar agar ambisi untuk bisa berada di puncak jabatan menjadi tujuannya. Isna yang pandai dan licik sudah menyiapkan segalanya untuk anaknya. Hanya anaknya saja yang tidak pernah sadar dan semakin menjadi jadi kelakukan buruknya.Rubia dan Isabella cukup kaget setelah tahu pelabuhan hari ini begitu ketat. Pemeriksaan dilakukan dan prajurit Kerajaan Mormon terlihat lebih banyak. "Tuan Putri..." Bisik Rubia, "Ada yang tidak beres." Isabella mengangguk setuju. "Pasti sedang terjadi sesuatu!" Balas Isabella. Kali ini Rubia yang mengangguk. "Kita harus bagaimana?" "Bagaimana lagi..." Pertama mereka akan menjual kuda mereka. Tidak dibutuhkan kuda mahal seperti ini. Uangnya bisa digunakan untuk keperluan lain juga, mengingat mereka telah kehabisan bekal uang juga. Kemudian setelah sampai di Negara lain, mereka bisa membeli kuda yang lebih murah. Masalahnya adalah, sulit menemukan pembeli dengan kondisi keadaan terburu-buru. Yang ada malah, mereka tidak akan mendapatkan harga yang bagus. Sulit bagi Isabella untuk melepas Max, kudanya. Tapi mau bagaimana lagi, keadaan mendesak. "Tuan Putri pasti berada disini." Wakil kapten menyakinkan Kaptennya. Metty juga setuju akan hal itu. Mereka juga melakukan
Setelah selesai membereskan semua preman itu, Felix kembali menghampiri dua wanita itu. "Terimakasih Tuan, saya berhutang budi pada anda." "Perjalanan seringkali menghadapi marabahaya, tidak dibekali ilmu beladiri, maka harus pandai menilai situasi. Perbuatan kalian di kedai tadi sangat berbahaya. Kedepannya akan banyak bahaya juga. Harap berhati-hati." Isabella tersentuh dengan kata-katanya. "Perbuatan baik dan perkataan baik mudah di ingat. Terimakasih banyak." Isabella kemudian menyerahkan jepit rambut kesayangan nya. "Nona itu..." Rubia hendak protes tapi langsung ditangkis perkataan nya. "Tidak apa-apa, ini hanya sebuah jepit. Kalau dia memang ditakdirkan jadi milikku. Maka dia akan kembali lagi nanti." "Hanya menawarkan bantuan. Tidak menerima imbalan." Kata Felix. Dia sudah kaya, tidak lagi membutuhkan harta. "Harap diterima Tuan. Ini adalah ucapan terimakasih ku." Karena tidak enak menolak. Akhirnya Felix menerima saja. "Terimakasih kalau begitu." Dan mereka pun
Detak jantung Isabella telah berpacu sedemikian rupa. Jarak mereka berpisah hanya beberapa waktu, tidak mungkin dia sudah bisa pergi sangat jauh. "Kumohon... Tuan... dimana anda?" Isabella bergumam was-was sambil terus menarik tali kekang kudanya untuk terus melaju. Para pengejar itu juga menggunakan kuda. Tapi kuda mereka tidak sebanding dengan kuda milik Isabella dan Rubia. Kuda kerjaan itu sudah terlatih untuk ke Medan perang dan Kerajaan Romton dikenal sebagai pengendali kuda. Seperti sebuah keberuntungan, Isabella melihat ke arah depan, lelaki itu memacu kudanya dengan sangat kencang. Seperti sedang dikejar dan terburu-buru. Felix yang mengendarai kuda kudanya kini hanya bisa tersenyum. Dia jelas bisa mendengar suara banyak kuda yang berlari dibelakang nya. Kalau tidak salah menebak pasti dua Nona itu yang dikejar. "Rasakan sendiri!" Felix menambah kecepatan kudanya. "Sialan!" Umpat Isabella, dia melihat dengan jelas bahwa Tuan pengelana itu menambah kecepatan kudanya.
Mungkin Isabella dan Rubia beruntung, karena dibantu oleh seorang lelaki gagah dan kekar, membuat pemilik penginapan tidak berkutik. Selesai merebut barang barang itu, Rubia dan Isabella langsung mau pergi. Dia tidak tahu bahwa kehidupan di masyarakat bisa begitu licik. Cuih ... Rubia ingin sekali meludahi penginapan tersebut. Kasur keras dan makanan tidak enak. Belum lagi tipu muslihat mereka. Beruntung mereka hidup di Kerajaan Mormon. Coba saja mereka hidup di Romton. Habis sudah mereka digorok olehnya. Rubia, meski sebagai perempuan dia belajar juga bertempur. Sebagai pelayan pribadi Tuan Putri, kalau mengahadapi bahaya, dia juga harus bisa menyelamatkan Tuan Putri. Kuda mereka juga sudah selesai beristirahat, kini saatnya mereka melanjutkan perjalanan. Rubia merasa aneh. "Nona... kenapa lelaki itu membuntuti kita?" Isabella menengok ke belakang. Benar juga perkataan Rubia. Isabella mengentikan kudanya dan langsung menghampiri lelaki yang tadi membantunya. "Berpura-pura
Karena tempat itu adalah satu satunya penginapan di kota tersebut, Rubia dan Isabella terpaksa harus menginap disana. Awalnya Isabella tidak masalah kalau harus dipanggil Nona. Tapi demi keamanan, sepertinya mereka berdua sepakat untuk menyamar menjadi seorang laki laki. Isa dan Rub, nama samar yang seperti laki laki. Ditempat asing, para pengelana selalu menjadi sasaran empuk di peras. Tak jarang mereka dirampok, dibegal dan lain sebagainya. Kalau mereka masih mempertahankan identitas mereka sebagai perempuan, mungkin bukan hanya perampokan tapi juga pemerkosaan. Keamanan harus jadi yang utama saat ini. Ketika hendak pergi ke kamar penginapan dilantai dua, Isabella yang fokus melihat lantai kayu yang berderit setiap mereka lewat tak sengaja menabrak seseorang. "Aduh..." Katanya pelan. Orang itu adalah seorang laki laki dengan tinggi 190 cm, bahunya lebar dan badannya sangat keras. Mungkin sering berlatih otot. "Anda tidak apa apa?" Tanya orang tersebut. Meski ini salah Isab
Setelah mendengar berita di kedai dia makan, Felix tidak terlalu memikirkan nya. Yah, dia sendiri sudah berpikiran bahwa pernikahan nya memang bukan karena cinta. Jadi selebihnya hanya sebuah penyesuaian saja. Sebagai Putri Kerajaan yang mungkin saja dia dimanja, setidaknya dia tidak akan mempermalukan dirinya kan. Para bangsawan itu seperti itu. Mereka pandai memakai topeng untuk menutupi kedok brengseknya. Masih di Kerajaan Mormon, Felix melanjutkan perjalanan nya kembali. Jujur saja, wanita di negeri Mormon itu cantik cantik. Makanya banyak dari mereka yang dinikahi oleh para petinggi kerajaan-kerajaan lain. Itu membuat Kerajaan ini aman dari serangan dan ancaman. Pondasi aliansi mereka kokoh. Para wanita disini memang diajari trik manipulasi dan mengontrol laki laki. Sungguh menyeramkan. Berbeda dengan kerajaan Romton. Dimana wanita kadang hanya sebagai budak nafsu belaka. Menuju senja dia mampir disebuah kedai di kota kecil. Perjalanannya masih akan memakan sehari semalam lag
Karena harus bertanggungjawab dengan semua keputusan berangkatlah Felix menuju Kerajaan Romton. Ekspedisi nya berjalan diam diam saja. Karena berita aliansi pernikahan mereka harus rahasia. Kalau tidak keluarga Kerajaan pasti akan turun tangan dan ikut campur masalah pernikahan nya. Tali kekang itu harus mereka pegang, agar pergerakan keluarga Lexid dibatasi. Sungguh licik sekali. Felix berangkat sendiri, tadinya Lesha bersikeras ingin ikut, tapi Felix tidak memperbolehkan nya. Dengan berat hati Lesha menekuk bibir nya kecewa. Dengan mengendarai kuda nya, dia pergi meninggalkan kadipaten. *** Suasana nya cukup sepi tapi tegang. Isabella berhasil turun lewat tali yang sudah disiapkan oleh Rubia. Tak lupa dia juga memakai baju pelayan agar tidak ketahuan. Setelah berhasil turun dan berhasil menghindar dari tatapan para ksatria, Isabella segera meninggalkan istana menuju taman. Di taman ada sebuah pintu belakang yang tembus dengan istal kuda. Rencananya dia juga akan pergi denga
Isabela sudah merencanakan dengan matang. Kemana dia akan pergi. Sebuah benua sebrang dengan segudang ilmu. Dia suka belajar dan kesetaraan, meskipun di negaranya perempuan hanya diajarkan cara untuk menyenangkan laki laki. Sungguh kuno dan terbelakang. Isabella tidak suka akan hal tersebut. Baginya, semua nya sama. Laki laki dan perempuan harus setara dalam hal pendidikan dan punya kesempatan yang sama dalam pekerjaan juga. Belum juga dia menggapai mimpinya, sudah mau dinikahkan juga dirinya. Isabela hanya berkeyakinan bahwa calonnya sama patriarki nya dengan laki laki di negerinya. Untuk apa jauh jauh ke negeri seberang kalau pemikirannya akan sama saja. Pembodohan! Itu adalah salah satu semboyan favorit nya. Memang belum kenal dan sudah menilai seenaknya tidaklah adil. Tapi feeling-nya berkata demikian. Jadi, kabur adalah solusinya. Putri Isabela sebenarnya tidak sendiri, dia dukung oleh Rubia, dayangnya. Rubia adalah anak pengasuhnya dan sekarang menjadi dayang pribadin
Lesha pulang dengan wajah kesal. Tantangan itu akan dia terima dengan senang hati. Karena bukan hanya Ayahnya yang akan berjuang, ada kakak dan dirinya. Segala daya pasti akan diusahakan dengan maksimal. Sampai rumah Lesha cukup kaget, karena kakaknya dan Ayahnya terlihat sedang berdebat "Ada apa ini, Kakak... Ayah ..." "Lesha..." "Putri Ayah..." Usut punya usut, kakaknya yang gila itu ingin mengusulkan pernikahan dengan Kerajaan Romton. "Apa?" Lesha bahkan juga ikut kaget. Kakaknya itu tidak pernah terlibat skandal dengan perempuan. Juga dia populer dan digilai perempuan, perempuan akan antri untuk bisa berkencan dengannya. Tapi apa sekarang? Usulan pernikahan. "Kakak sudah tidak waras!" "Benar." Lexid langsung menyetujui pendapat anak perempuan nya."Kamu tahu kalau kita menjalin aliansi pernikahan dengan Kerajaan Romton, kita pasti di pihak yang menang."Secara militer mereka pasti akan mendapatkan dukungan."Kakak, pasti ada cara lain. Jangan mengorbankan dirimu untukku