Beranda / Pendekar / Pangeran Pendekar Terasing / Penyamaran Empat Pendekar Wangi

Share

Penyamaran Empat Pendekar Wangi

Penulis: Afzah Nujati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-04 02:36:10

“Tenanglah, jangan sampai kau membangunkan Pangeran Zhao Ming dan Putri Zhao Rong,” Bu Sengku mengingatkan.

“Aku tak tahu lagi harus bagaimana? Keadaan Pangeran Zhao Shing dan adik keempat membuatku sangat cemas.”

“Ya, ya, aku mengerti. Satu-satunya tugas kita sekarang adalah mengantarkan mereka ke Taiyuan secepat mungkin. Di sana Pangeran Zhao Shing akan mendapat pengobatan lebih baik. Itulah satu-satunya harapan kita,” kata Bu Peng.

“Semoga Pangeran Zhao Shing dapat bertahan,” ucap Bu Huang sambil menggelengkan kepala.

“Aku akan mencari kereta kuda untuk mengangkut mereka,” tanpa menunggu persetujuan dari saudara-saudaranya, Bu Sengku langsung berdiri dan bergegas pergi.

Bu Peng berdiri dan berkata setengah berteriak, “Tunggu!”

Tepat di pintu kamar penginapan, seketika Bu Sengku berhenti. Dia membalikkan badannya dan bertanya, “Ada apa?”

“Kau harus berhati-hati dan cepat kembali. Kita akan berangkat tengah malam nanti,” Bu Peng mendekati Bu Sengku dan menepuk-nepuk bahunya.

“Jangan terlalu khawatir, aku akan baik-baik saja,” ujarnya dan berlalu pergi dengan sebuah siratan senyum kecil.

Setelah sesaat sempat melamun mengantar kepergian Bu Sengku. Bu Peng dan Bu Huang dikagetkan dengan suara tangis yang cukup kencang.

Rupanya Pangeran Zhao Ming telah bangun, dan tak berselang lama giliran Putri Zhao Rong.

“Cepat kau pergi mencari susu, Pangeran Zhao Ming tampaknya mulai lapar,” Bu Peng menyuruh Bu Huang turun ke bawah dan mencari susu.

Tanpa berpikir panjang, Bu Huang langsung menindakkan kakinya keluar kamar penginapan. Di sore-sore begini mencari susu memang bukanlah hal yang sulit. Hanya saja banyak mata pengawal kerajaan yang membuatnya cukup cemas.

Karena itu dia harus berhati-hati dalam segala hal yang dilakukannya, termasuk mencari susu untuk Pangeran Zhao Ming dan Putri Zhao Rong.

Bu Peng menggoyang-goyang tubuh Pangeran Zhao Ming dan Putri Zhao Rong dengan lembut. Dia mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk mencegah tangis mereka menjadi lebih keras.

Untungnya pria empat puluh enam tahun ini memiliki pengalaman mengurus anak. Dia mempunyai dua orang anak yang tinggal bersama istrinya di Xingqing, salah satu kota di daerah Kekaisaran Xi Xia (Xia Barat).

Empat Pendekar Wangi memang berasal dari sana. Mereka pertama kali bertemu Pangeran Zhao Kong di Chengdu. Saat itu hidup mereka terancam oleh Dua Macan Tibet, Zhi Xia Yi dan Zhi Yuan Ti.

Meski ilmu Empat Pendekar Wangi terbilang tinggi, tapi di atas langit tentu masih ada langit lagi. Ilmu Dua Macan Tibet masih jauh lebih tinggi dari mereka, entah dalam hal tenaga dalam, maupun tenaga luar.

Cakar Macan Memeluk Naga milik Dua Macan Tibet menjadi salah satu ilmu yang paling ditakuti di dunia persilatan. Jika pun jumlah Pendekar Wangi lebih dari empat, mereka tetap bukan tandingannya.

Waktu itu, Pangeran Zhao Kong dengan Pukulan Tangan Hampa menahan gempuran Dua Macan Tibet dan menyelamatkan hidup Empat Pendekar Wangi.

Setelah bertarung lebih dari setengah hari, Dua Macan Tibet dibuat terluka parah dan dipaksa untuk mengaku kalah. Akan tetapi mereka masih berjanji akan menuntut balas kekalahan mereka hari itu.

Sejak saat itulah persahabatan yang kemudian menjadi persaudaraan di antara Pangeran Zhao Kong dan Empat Pendekar Wangi terjalin. Mereka bersumpah akan membagi senang dan duka bersama, meski nyawa yang akan menjadi taruhannya.

“Kakak pertama, kita harus bergerak cepat. Aku dengar prajurit kerajaan dari Bianjing sedang menuju He’nan untuk menangkap orang-orang yang membunuh dan membakar kediaman Putra Mahkota Zhao Kong. Kita mesti cepat meninggalkan kota ini sebelum mereka tiba.”

Tiba-tiba Bu Sengku muncul di hadapan Bu Peng yang tengah repot menenangkan Pangeran Zhao Ming dan Putri Zhao Rong. Jika Bu Peng saja terkaget-kaget, apalagi dua anak kecil yang belum genap berusia lima tahun. Mereka berdua pun kembali menangis keras.

“Aduh, kau ini. Kenapa mesti berteriak? Lihat, kau membuat mereka menangis. Minumlah dulu, tenangkan nafasmu.”

Bu Peng menggeleng-geleng melihat perilaku adiknya. Meski kedua pangeran itu telah berusia lima tahun, tapi anak kecil akan selalu menangis saat terkaget-kaget dan bangun dari tidurnya.

Dengan nafas masih terengah-engah, Bu Sengku mengambil sebuah poci berisi teh dan buru-buru meminumnya sampai terdengar sedakan-sedakan kecil dari tenggorokannya.

Bu Peng kembali menggelengkan kepala melihat kecerobohan adiknya. Di antara mereka berempat, Bu Sengku bisa dibilang saudara yang paling ceroboh, sembrono, dan sering bertindak tanpa berpikir.

Akan tetapi sifat-sifat itu tidak menunjukkan kelemahan bagi dirinya, malahan sebagai lambang keberanian yang di luar batas.

“Kau sudah dapatkan keretanya?” tanya Bu Peng dengan kedua tangannya sibuk menenangkan Zhao Ming dan Zhao Rong.

“Kereta itu di luar. Tapi, ke mana adik ketiga?” tanyanya.

Bu Peng menggeleng untuk kesekian kalinya. Ucapnya: “Daripada kau sibuk berdiri dan bertanya, lebih baik kau kemari dan membantuku menenang-kan mereka.”

****

Suara derik jangkrik mengalun, menyenyakkan tidur burung-burung di pepohonan. Sisa-sisa cahaya bulan purnama kemarin masih jelas membekas, meski hari ini bulan itu tidak lagi sebundar kemarin.

Di awal malam, tiga Pendekar Wangi keluar dari penginapan. Mereka keluar sebelum penggeledahan dilakukan. Rencana mereka berangkat tengah malam harus berubah.

Hal ini dikarenakan Pangeran Zhao You sudah memerintahkan semua prajurit kerajaan, khususnya yang memiliki hubungan dekat dengannya untuk menangkap para Pendekar Wangi.

Pangeran Zhou You mendapat informasi tentang keterlibatan Empat Pendekar Wangi setelah menyiksa salah satu pelayan di kediaman Pangeran Zhou Kong.

Karena itu, dia menjebak Empat Pendekar Wangi sebagai tersangka pembunuhan Pangeran Zhou Kong dan keluarganya. Bahkan gubernur He’nan, Chin Yu Lao turut serta memburu mereka karena kabar kejahatan mereka mencelakai putra mahkota.

Sejak kabar para pembunuh Pangeran Zhao Kong berada di He’nan. Kota itu langsung berubah terbalik. Terjadi pemeriksaan di sana-sini. Semua penginapan digeledah. Semuanya tiba-tiba menjadi kacau.

Gambar Empat Pendekar Wangi terpampang jelas di setiap sudut kota. Rupanya, agak mustahil bagi mereka untuk lari dari situasi sulit ini.

“Apa yang harus kita lakukan, Kakak pertama?” tanya Bu Sengku tanpa henti. Dia sudah mengeluarkan pertanyaan yang sama berkali-kali. Bukan karena takut akan kehilangan nyawanya, tapi keselamatan tiga putra Pangeran Zhao.

“Penyamaran ini hanya akan bertahan sementara, Kakak,” kata Bu Huang cemas. Air mukanya, pada saat itu tidak mencerminkan seorang pendekar tangguh. “Aku takut keselamatan mereka akan terancam,” lanjutnya dengan melihat wajah polos Pangeran Zhao Shing yang masih belum sadarkan diri.

“Apapun yang terjadi, kita harus menyelamatkan mereka. Meskipun nyawa taruhannya. Hanya itu yang bisa kita lakukan,” Bu Peng menanggapi kecemasan kedua adiknya.

Matanya berair saat melihat Pangeran Zhao Ming dan Putri Zhao Rong yang sengaja dibius agar tidak mengeluarkan suara tangis.

Dengan kereta yang ditarik dua ekor kuda, tiga Pendekar Wangi melanjutkan perjalanan. Bu Peng bertindak sebagai kusir, sementara kedua adiknya berada dalam kereta mengurusi para pangeran.

Mereka menyamar dengan mengenakan pakaian rakyat biasa dengan kumis buatan. Untuk menghindari bahaya sekecil apapun, mereka terpaksa harus membuang pedang berharga pemberian gurunya dan menggantinya dengan peralatan pertanian.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih empat puluh li (sekitar 500 m), mereka hampir sampai di gerbang pintu keluar kota He’nan. Di sana para prajurit dengan ketat memeriksa satu persatu pelancong yang keluar-masuk.

Bu Peng mendadak menghentikan keretanya karena takut.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
semakin misterius
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pangeran Pendekar Terasing   Akhir dari Sebuah Cerita

    Lalu dia menanggapi perkataan mereka dengan mengucapkan:“Baiklah. Tapi Perkumpulan Pendekar Song merupakan sesuatu yang merdeka, tidak terikat dengan Kekaisaran seperti para tentara. Kalian mempunyai hak penuh untuk melakukan apa pun yang kalian suka, asalkan tidak melanggar hukum dan mengganggu kehidupan rakyat Song yang berjalan dengan damai. Di samping itu, Kekaisaran tidak akan ikut campur lebih jauh dengan tindakan maupun sikap yang diambil Perkumpulan, meskipun Kaisar Song adalah Ketua Perkumpulan. Selain itu perintah kaisar tidak mutlak harus dipatuhi jika bertentangan dengan asas keadilan, dan kalian diperbolehkan untuk melawan. Aku mengeluarkan keputusan ini, karena takut kelak anak atau cucu-cucuku ada yang bertindak semena-mena terhadap rakyat. Karena itu, aku menghendaki Perkumpulan Pendekar Song sebagai penyeimbang yang bisa menjadi penilai antara kebaikan dan kejahatan!”Kata-kata Kaisar Song Yingzong yang cukup panjang itu membuat semua orang terperangah, khususnya para

  • Pangeran Pendekar Terasing   Kaisar yang Membuat Semua Orang Terkejut

    Air mata menetes deras di pipi Chiu Kang dan Zhao Rong.Kemudian Zhao Ming datang. Mereka bertiga akhirnya berpelukan dengan sangat erat, seperti orang tua yang lama tak bertemu anak-anaknya.Perasaan bahagia dan haru bercampur aduk di hati mereka. Setelah sekian lama terpisah, hidup dalam pelarian dan selalu bersembunyi, akhirnya mereka bisa bersama, memadu kasih dalam naungan rindu yang tak pernah berkarat.Kesedihan itu, benar-benar seumpama pelangi yang terpisah-pisah warnanya menjadi tujuh bagian dan tidak pernah kembali menyatu.Lalu tiba-tiba, di sebuah hari yang cerah, tujuh warna pelangi itu dapat kembali bersama, memberi keindahan yang tidak hanya dinantikan oleh manusia, tapi oleh dirinya sendiri.Orang-orang yang berada di sekitar mereka juga ikut menangis, terutama Jenderal Besar Li Guzhou dan orang-orang yang tahu betul kesukaran hidup yang pernah mereka bertiga alami.“Maafkan aku, Kakak,” bisik Zhao Rong lirih. “Hari itu aku telah berlaku kasar kepadamu,” tangis Zhao R

  • Pangeran Pendekar Terasing   Zhao Ming dan Zhao Rong Menjadi Sandera

    Yang Mingyu dan Wei Sun bergegas mengikat tangan dan kaki Pangeran Zhao You, Fu Gang dan Qi Renshu.“Bawa mereka ke depan ruang pertemuan,” perintahnya lagi.Di depan ruang pertemuan, meskipun sangat lebar, tapi memiliki atap yang dapat melindungi dari terik matahari. Atap itu dipenuhi tiang, memanjang sampai gerbang utama Istana Kaisar.“Liao akan menaklukkan kalian. Aku dengar mereka sudah melintasi Zhending,” ujar Pangeran Zhao You terbata-bata dengan darah kental di bibirnya. Meski dalam keadaan terluka parah, dia masih menampakkan kesombongannya.Chiu Kang tersenyum.“Kau tidak tahu apa-apa tentangku, sementara aku tahu semuanya tentangmu,” ujarnya.Dari samping ruang pertemuan, muncullah Zhao Bingwen, Zhao Nianzu, Zian Zhong dan beberapa tentara menyeret Zhao Ming, Zhao Rong, Tai Kun Lun dan beberapa orang lainnya.Chiu Kang melihat ke arah mereka dengan mata berkaca-kaca. Dia tak kuasa melihat darah memenuhi tubuh kedua adiknya.“Lepaskan Ayahku!” seru Zhao Bingwen. “Atau aku a

  • Pangeran Pendekar Terasing   Pertarungan Mematikan Chiu Kang dan Pangeran Zhao You

    Qi Renshu menyaksikan pertarungan itu dengan mata berkaca-kaca. Dia senang masih ada orang yang berhasil menguasai jurus tertinggi gurunya.Setelah berhasil menghindari Tinju Pengendali Angin milik Chiu Kang, Pangeran Zhao You balik menyerang dengan jurus Naga Menghantam Bumi. Dia mengubah bentuk tangannya seperti cakar, dan terus berusaha mencabik-cabik tubuh Chiu Kang.Setiap kali cabikan cakarnya meleset, bangunan istana di bawah mereka hancur cukup parah. Tapi Chiu Kang berhasil menangkis dan menghindari semua serangan mematikan dari Pangeran Zhao You.Mereka terus bertarung tanpa henti. Jurus demi jurus digunakan, tapi belum juga menemukan pemenanganya.Chiu Kang berkali-kali menghantamkan pukulannya dengan hawa semesta, tapi Pangeran Zhao You mampu menghindari dan menahannya.Ini pertama kalinya Chiu Kang menghadapi lawan yang sangat sulit dikalahkan. Setiap jurus dan tenaga dalamnya seakan-akan selalu gagal mengenainya.Begitu pun sebaliknya, Pangeran Zhao You merasa tidak bisa

  • Pangeran Pendekar Terasing   Chiu Kang vs Pangeran Zhao You

    Namun, Chiu Kang tidak menggubris ejekan tersebut. Dia harus melakukan sesuatu untuk mengulur waktu, dan salah satu caranya adalah melompat-lompat ke seluruh tempat seperti monyet kelaparan.Di sisi lain, Pangeran Zhao You berbisik kepada Zian Zhong dan kedua putranya. Agaknya dia memerintahkan sesuatu kepada mereka, karena setelah itu mereka bertiga pergi ke belakang.Melihat saudara-saudaranya terlibat pertempuran, Pangeran Zhao You tidak bisa tinggal diam. Akhirnya dia menyerang Kong Kuanyin dan lainnya dengan hebat, apalagi lima ratus tentara pengamannya telah banyak yang meregang nyawa di tangan Qi Peizhi, Wang Jiang, Kong Kuanyin dan pendekar-pendekar lainnya.Pangeran itu mengamuk, menghantam siapa saja yang menjadi penghalang di jalannya.“Kakak Ketiga!” teriak Yang Mingyu setelah melihat Hong Chuntao muntah darah dan mati terkena pukulan Pangeran Zhao You.Gu Buchou dan Duan Fang You yang masih dalam keadaan lemah pun turut bertarung dengan hebat. Setelah tali yang melilit di

  • Pangeran Pendekar Terasing   Jurus Pedang Sembilan

    Pangeran Zhao You menuding Chiu Kang dengan mata merah karena marah.“Bunuh seluruh keluarga si brengsek itu!” perintahnya.“Ketua Kang, apa yang harus kita lakukan?” tanya Jian Jun, Ketua Perguruan Jingshan.Chiu Kang diam. Kemudian dia menatap Tie Butong dan orang-orang yang berada di bawah pengaruhnya dengan pekat.Sreeet... sreettt...Ikatan Tuan Chao, Nyonya Chao dan Chao Chengping terlepas seketika. Rupanya Tie Butoang, Kam bersaudara dan lainnya mengerti arti tatapan Chiu Kang.“Bawa mereka jauh-jauh dari sini!” teriak Chiu Kang sembari menerjang ke depan mencegah orang-orang Pangeran Zhao You mengejar mereka.Pangeran Zhao You marah.“Kalian telah mengkhianatiku! Bunuh mereka semua!”Liu Sing Ming dan Fu Gang langsung bergerak hendak menyerang Tie Butong, Kam bersaudara dan lainnya yang telah membebaskan keluarga angkat Chiu Kang.Namun, dengan sigap Chiu Kang menghalangi mereka berdua. Terjadilah pertarungan hebat.Fu Gang menghantamkan pukulan kanannya ke dada Chiu Kang, sem

  • Pangeran Pendekar Terasing   Berhadapan dengan Pangeran Zhao You

    Pangeran Zhao You marah. Dia berdiri dari tempat duduknya.“Aku akan mencincangmu jika sehelai rambut putraku hilang. Bawa mereka semua kemari!” perintahnya.Dari samping ruangan besar itu, para prajurit menyeret beberapa tahanan dengan tanpa belas kasihan.Melihat wajah para tahanan itu membuat wajah Chiu Kang memerah marah. Matanya berair karena alasan tertentu.“Ibu?” kata Chiu Kang dengan bibir bergetar.Wanita itu memandang Chiu Kang dengan mata basah. Wajah wanita itu dipenuhi dengan kotoran. Tubuhnya tercabik bekas cambuk besar mengenainya.“Kang-er?” gumam wanita itu pelan.Chiu Kang sangat marah melihat keadaan Nyonya Chao yang sangat buruk dan dipenuhi luka.“Kalian salah! Dia bukan anakku!” teriak Nyonya Chao.Kemudian Chiu Kang mengalihkan pandangannya. Dia melihat laki-laki tua dengan keadaan jauh lebih mengenaskan dari Nyonya Chao. Di samping laki-laki itu ada seorang gadis muda dengan tatap yang tak henti-henti memandang wajah Chiu Kang.“Ayah? Adik?” gumamnya dengan bi

  • Pangeran Pendekar Terasing   Peperangan di Bianjing

    “Aku juga ingin Ketua Kong, Ketua He, Ketua Jia, Ketua Jun, Ketua Bojing dan beberapa pendekar yang bersedia untuk mengikutiku menyerang Istana Kaisar,” kata Chiu Kang. “Dan jangan lupa, bawa kedua putra Pangeran Zhao Yaou juga,” lanjutnya.“Apakah kita akan langsung menyerang istana Kaisar sekarang?” tanya Kong Kuanyin.Chiu Kang menggeleng.“Tidak. Kita harus menunggu satu dari tiga pintu gerbang Benteng Bianjing terbuka.”Selain mereka, para ketua seperti Ong Fei Yin, Ye Tao, Cao Ehuang, Lin Qiao, Lin Yao, Shu Shaiming, dan beberapa lainnya bertugas memimpin para pendekar menghancurkan pintu gerbang Benteng Bianjing.Sementara Heng Tingfeng dan Quan Shirong diberi tugas khusus untuk memimpin para pendekar membuka pintu gerbang Benteng Selatan oleh Chiu Kang.“Kita harus menunggu sekarang,” ujar Chiu Kang dengan kedua tangan mengepal.Pemuda itu memandang langit yang biru laut di atas sana. Dia terdiam dengan wajah dipenuhi keringat cemas. Bagaimana pun juga, rasa takut sangat kuat

  • Pangeran Pendekar Terasing   Pengepungan Bianjing

    “Kalian berdua tunggu di sini, aku akan menyelinap keluar Bianjing,” ujar Kaisar Song Yingzong.“Bukankah itu terlalu berbahaya, Yang Mulia?” tanya Yang Mingyu.“Kalian tak usah khawatir, aku tahu apa yang sedang kulakukan,” kata Kaisar Song Yingzong. “Kalian berdua tunggulah di sini, aku akan segera kembali,” lanjutnya.Kedua jenderal muda itu berlutut dan menganggukkan kepalanya.“Semoga Yang Mulia Kaisar panjang umur,” ucap mereka bersamaan.Gelapnya malam sedikit memberi ruang bagi Chiu Kang untuk keluar dari Bianjing. Saat membawa kakeknya, Kaisar Song Renzong ke Daming, dia diberitahu bahwa ada sebuah jalur rahasia dari dalam istana untuk keluar benteng tanpa diketahui.Jalur itu hanya cukup untuk satu orang, karena luasnya yang tidak besar. Jalur itu berada di bawah tanah, semacam gua buatan yang khusus dibuat untuk keselamatan Kaisar jika ada bahaya.Chiu Kang menyelinap memasuki Istana Kaisar yang besar. Dia melihat para penjaga sedang berdiri siaga, ada juga yang mondar-mand

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status