Share

3. Moment Yang Tepat

"Ok Alfred, meeting kita kali ini sampai di sini saja. Capek juga ya ngurus bisnis ini. Untunglah ada kamu yang bisa diandalkan. Good job Alfred." kata Carl sambil berjabat tangan dan menepuk bahu Alfredo. 

"Dan jangan lupa, urusan pribadimu tadi, oke. Cari waktu yang tepat, ungkapkan perasaanmu." kata Carl menggoda. 

Alfredo hanya membalas dengan senyum khas nya. "Wish me luck, ya Carl" katanya sambil tertawa berjalan beriringan mengantar Carl keluar menuju loby.

Setelah kepulangan Carl. Alfred menggumam perlahan. "Cari waktu yang tepat, Alfred".

Tapi tanpa sengaja gumaman itu terdengar oleh Thania yamg saat itu berpapasan dengan dia, bersama setumpuk berkas laporan keuangan. Yang tanpa sengaja bertabrakan saat melewati lorong depan kantor divisinya. Akibatnya map laporan itu tercecer berantakan. 

"Maaf - maaf - maaf. Mr. Alfred" katanya langsung menunduk hendak memunguti berkas berkas itu.

Tetapi malah kepala nya berbenturan dengan dada Alfredo yang tiba tiba ikut membantu memungut berkas yang berserakan.

Suasana menjadi kikuk. Sesaat Thania bingung harus berbuat apa. Bukan hanya itu, ada sensasi aneh di hati nya. Entah apa namanya, Thania tidak mengerti. Thania secepat mungkin membereskan berkas dan kembali ke ruang kerjanya.

Mr. Alfredo berkulit putih, tinggi dan tampan. Dadanya yang bidang, mata coklat gelapnya dan wangu parfumnya tak bisa dia lupakan. Entah beberapa waktu bekerja di gedung ini sebagai tenaga finance, tapi tidak pernah sedikitpun Thania memperhatikan pesona Mr. Alfredo. 

"Thania ke ruangan saya" suara dari telepon menyadarkan Thania.

Ah, Mr. Alfredo memanggil. Aku harus bagaimana? Kenapa aku menjadi panik begini? Tidak seperti biasanya. Dan kenapa jantung ini berdebar? Kenapa... ? Sebelum beranjak dari kursinya, dia minum banyak air mineral, supaya kegugupannya berkurang. Tetapi tak berguna, ketika dia mengetuk ruangan CEO muda itu, kembali jantungnya bergemuruh. 

Alfredo mengangkat wajahnya setelah membubuhkan beberapa tandatangan di berkasnya. Dia tersenyum melihat Thania yang hanya berdiri mematung. 

"Duduklah Thania," katanya. 

"Ada yang perlu aku bicarakan." kalimat kalimat ini tetap tak dapat membuat dada Thania berhenti bergemuruh.

"Nanti malam saya butuh partner untuk menjelaskan tentang proyek ADT. Sekitar jam tujuh malam. Bisakah kamu membantu saya? " tanya Alfredo.

"E eh, tapi - Mr. ... " jawab nya masih gugup. 

"Ok. Setengah jam sebelumnya kamu akan saya jemput, lalu kita berangkat ke lokasi bersama."  lanjutnya tanpa menunggu jawaban Thania. 

----------------------------

"Ok. Setengah jam sebelumnya kamu akan saya jemput, lalu kita berangkat ke lokasi bersama."kata kata ini terngiang di kepala Thania. 

Dengan situasi seperti ini, apa aku harus pakai pakaian resmi, gaun atau bagaimana nih. Kegalauan di wajahnya terbaca oleh ibunya.

"Kamu kenapa Thania? " tanya ibunya.

"Bingung mom. Thania diminta untuk menemani meeting proyek ADT, jam tujuh malam ini. Thania bingung mau pakai baju apa nih. Baju kerja, gaun atau gimana sih mom?" kata Thania sambil mengacak acak rambutnya sendiri. 

"Mau mom bantu, Thania? " kata Mrs. Smith sambil tersenyum.

"Simple aja. Jadilah dirimu sendiri." lanjutnya.

Thania tertegun sejenak. Berpikir. Ya, jadi diri sendiri. Thania yang suka segala yang simple, akhirnya memakai setelan kemeja motif kotak berwarna merah marron dipadukan celana panjang hitam. Rambut coklat gelapnya dibiarkan terurai. Mulut mungilnya di hias dengan lipstik warna pink lembut. Cantik sekali. Dan dia telah siap untuk berangkat sore itu.

"Thank you mom. Ide yang briliant" katanya sambil mencium pipi Mrs. Smith sebelum melangkah keluar rumah. 

Dan memang, di depan rumah telah menunggu Alfredo. Siap.dengan mobil sport putihnya untuk berangkat. 

Alfredo turun dari mobilnya, dan mempersilahkan Thania untuk masuk. Thania ragu-ragu untuk duduk di depan, bersebelahan dengan Alfredo.

Alfredo membaca gelagatnya, tersenyum dan berkata " Duduklah di depan. Karena aku bukan sopir kamu, Thania."

Thania menjadi canggung

 " ehm - bukan maksud saya bukan begitu Mr."

"Cepatlah masuk. Jangan buat saya menunggu terlalu lama." 

Thania segera masuk sebentar kemudian pintu ditutup oleh Alfredo. 

Rasa canggung menghampiri sepanjang perjalanan. Entah kenapa jantung Thania kembali berdetak kencang. Berdekatan dalam satu mobil, kembali tercium aroma parfum Alfredo. Tiba-tiba Thania teringat kembali kejadian siang tadi dan pipinya kembali merona merah. 

" Oh ya, Thania, Mr. Geoffrey baru saja menelponku. Dia tidak bisa hadir pada meeting hari ini. Tapi resto sudah terlanjur terpesan bahkan menu makanannya. Tidak keberatan bukan, jika kamu membantuku menghabiskan makan malam berdua saja kali ini?"

"Eh, Mr. Alfredo, Bukankah sebaiknya saya pulang saja kalau begitu?"

"Saya tidak dapat membatalkan pesanan dan bahkan saya tidak mungkin menghabiskan semua menu pesanan sendirian." jawab Alfredo terkekeh kemudian kembali dia bertanya " Apakah kau ada jadwal lain, sehingga tidak mungkin menemani saya makan malam, Thania?"

"Eh, ti -tidak ada, Mr." jawab Thania.

"Baiklah. Kita sudah sampai, mari kita turun." kata Alfredo sambil memarkirkan mobilnya.

Lee Mary's BBQ and shake malam itu terlihat sangat sepi. Entah kenapa tempat populer ini menjadi sepi hari ini. 

Mereka duduk berhadapan di sudut ruangan dimana terdapat tanaman bambu hias dalam pot panjang yang indah.

Alfredo menatap Thania, melihat manik mata bulat berwana coklat yang indah itu, lalu tersenyum.

"Thania "

"Mr. Alfred" entah kenapa mereka berdua membuka percakapan secara bersamaan. 

Yang akhirnya, Alfredo mengawali pembicaraan. "Thania, panggil aku Alfred. Ok. Kita tidak sedang di kantor. Jangan terlalu formal" katanya.

"Sekarang katakan, apa yang ingin kau katakan, Thania"

"Hmm. Mr - ehm - Alfredo, kenapa tempat yang biasanya ramai ini, jadi sepi pengunjung?"

Thania melihat sekeliling nampak meja meja kosong.

Alfredo tersenyum. "Karena ini moment yang tepat, Thania" katanya dalam hati.

"Apa kau ingin tau jawabannya? Nikmati saja makan malam ini terlebih dahulu. Kau akan menemukan jawabannya nanti." 

Seorang musisi tiba tiba datang menghampiri meja mereka dan menggesekkan biolanya memainkan lagu yang sangat indah.

'Oceans apart day after day

And I slowly go insane

I hear your voice on the line

But it doesn't stop the pain

If I see you next to never

How can we say forever

Wherever you go

Whatever you do

I will be right here waiting for you

Whatever it takes

Or how my heart breaks

I will be right here waiting for you

I took for granted, all the times

That I thought would last somehow

I hear the laughter, I taste the tears

But I can't get near you now

Oh, can't you see it baby

You've got me going crazy

Wherever you go

Whatever you do

I will be right here waiting for you

Whatever it takes

Or how my heart breaks

I will be right here waiting for you

I wonder how we can…

Entah kenapa Thania kembali merasa debaran yang asing yang tak bisa dia pahami. Ada apa denganmu, Thania!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status