Meski panik, Viola berpura-pura polos dan tidak mengerti. "Foto apa?""Foto kita tidur bersama. Kamu menyebarkan foto itu pada Laura di pesta ulang tahun Ibu, karena itu kalian bertengkar?""Aku tidak mungkin melakukan itu. Aku seorang aktris, bagaimana mungkin aku menyebarkan hubungan intim kita," ujarnya pura-pura tersinggung, lalu melanjutkan kalimatnya menatap Lucian dengan cemberut sedih. "Apa itu yang dikatakan Kakak tentangku? Lucian, apa kamu percaya pada Kak Laura dibandingkan aku?""Sebaiknya kamu tidak melakukan itu." Lucian tidak mengakui ia percaya Laura, tetapi menegur Viola. "Jika ini sampai tersebar, reputasi Wilson Group akan hancur dan Kakek tidak akan membiarkan aku memimpin Wilson Group."Ia berbalik pergi meninggalkan Viola yang menggertakkan gigi di belakangnya."Laura, apa yang sudah kamu lakukan pada Lucian-ku, dasar jalang!" Andai Laura ada di depannya, ia akan memukul wanita sialan itu!.."Ayah, Ibu...." Laura menyapa Seline dan Philip sopan di ruang tam
Semua orang terkejut dengan kata-kata Laura, kecuali Lucian. Dia menatap wanita itu tajam.Kakek Billy terlihat khawatir. “Laura, Lucian memang bersalah padamu dan dia sudah meminta maaf. Jika kamu masih tidak senang, biarkan dia berlutut padamu.”“Ayah, mengapa kamu memaksa Lucian sampai sejauh itu? Memangnya siapa Laura? Dia hanya anak angkat dan beruntung menikah dengan Lucian,” Seline kesal karena putranya dipaksa berlutut pada wanita yang dia remehkan.“Lucian, apa kamu akan berlutut atau tidak?” Kakek Billy mengabaikan protes Seline dan menatap Lucian tajam.“Ayah, Lucian hanya berselingkuh sekali. Ini bukan masalah besar. Semua pria di keluarga kaya melakukannya. Jika Lucian berselingkuh, pasti ada yang salah dari Laura!”“Diam! Ini pasti ajaranmu yang membuat Lucian menjadi orang yang tidak bermoral!” Kakek Billy membentak, membuat Seline terdiam dengan ekspresi kesal.Lucian mengepalkan tangannya, tidak mengalihkan pandangannya dari Laura.“Kakak, ini semua salahku! Aku akan
Menggigit bibir bawahnya, Laura berusaha menahan agar matanya tak berkaca-kaca di depan Lucian dan menggertakkan gigi. "Aku tidak berusaha menarik perhatianmu, aku sungguh-sungguh ingin bercerai!" Lucian mencengkram lehernya. "Aku memperingatkanmu, jangan menguji kesabaranku. Aku sudah mengatakan padamu, akulah yang akan mengajukan gugatan cerai. Aku yang akan menceraikanmu, apa kamu mengerti? Kamu tidak akan mengajukan gugatan cerai kecuali aku yang mengizinkanmu.” Laura memejamkan mata, berusaha menahan amarahnya. “Kamu tidak berhak mengaturku! Aku tidak bertahan dengan bajingan sepertimu.” Dia mendorong Lucian dengan sekuat tenaga. Lucian menekannya ke dinding, berbisik dengan suara mengancam di tangannya. “Kita tidak bercerai. Kamu yang lebih dulu menghianatiku.” Dia menarik napas dalam-dalam ketika aroma manis wanita membuainya, membangkitkan kenangan lama. saat dia tidak bisa melihat, hanya aroma wanita yang selalu memenuhi kegelapan hidupnya dan malam-malam intim yang merek
Tristan mengajak Laura makan siang di restoran Enchanted. Seorang pelayan menghampiri Laura dan bertanya dengan penuh hormat, "Nona Laura Adams?""Ya…""Saya manajer restoran. Silakan ikuti saya, Tuan Adams sudah menunggu Anda." Manajer itu menunjukkan sikap yang sangat hormat, membawa Laura ke lantai dua sebelum berhenti di sebuah ruang privat VVP."Silakan masuk, Nona." Manajer membuka pintu dan mempersilahkan Laura masuk.Laura melihat seorang pria yang sudah berada di dalam: Tristan Adams, seorang pengusaha yang sangat dikagumi Kakek Billy, milyarder jenius, dan orang yang sulit didekati—kakak kandung Laura.Wajahnya sangat dingin dan memancarkan aura kharismatik. Dia tampak mengintimidasi, dengan aura dingin. Namun, saat menatap Laura, wajah acuh tak acuh itu memudar menjadi senyuman."Adik, apa kabar?" Suaranya ramah dan lembut.Laura menghela napas lega, tanpa sadar menahan napas. Dia melangkah masuk."Kak Tristan?""Ya, duduklah, Adik." Tristan menghampiri dan menarik kur
"Aku akan memberitahumu lagi sampai aku siap bercerai."Mata Tristan menyipit tidak setuju, tetapi dia tidak bisa memaksa adiknya jika itu yang diinginkan. Adiknya baru saja kembali, dan mereka harus membuatnya nyaman, jangan sampai dia berpikir keluarga Adams mengatur dan ikut campur dalam masalahnya. Tetapi bukan berarti dia akan melepaskan Lucian Wilson begitu saja karena telah berselingkuh dari adiknya."Kamu menikah terlalu muda," kata Tristan, agak menyayangkan nasib adiknya. Dia yang berusia 30 tahun saja belum menikah, tetapi adiknya, yang baru berusia 20 tahun, sudah menikah dan memiliki anak berusia 2 tahun. Orang-orang di keluarga Samson keterlaluan memaksa Laura menikah dan akhirnya dia diselingkuhi dengan adiknya."Apa kamu pernah sekolah?""Ya, aku hanya tamat SMA dan tidak kuliah," jawab Laura malu. Keluarga Wilson tidak mengizinkannya kuliah karena dia harus menikah dan tidak boleh menyaingi Viola. Dia takut membuat malu keluarga Adams."Apa yang kamu lakukan set
"Wah, bukankah dia dayangmu, Viola? Mengapa dia di sini?" Amy berkata dengan nada merendahkan. Teman-teman Viola sangat mengenal Laura, anak angkat yang selalu mengikuti Viola ke mana-mana seperti dayangnya."Jadi dia pelanggan penting? Serius, bagaimana dayangmu bisa di sini, Viola?""Tidak mungkin dia pelanggan di ruangan privat VVIP. Dia pasti bekerja membersihkan ruangan di dalam,” ejek Windi.Teman-teman Viola tertawa mengejek Laura.Viola menatap Laura dengan tatapan menusuk dan penuh kebencian atas masalah yang terjadi tadi malam, tetapi harus menjaga sikapnya dan berpura-pura masih menganggap Laura sebagai kakak perempuannya."Kak, mengapa kamu di sini? Kamar ini sudah ku pesan. Apa kamu bekerja di sini?"Laura tersenyum dingin. "Aku nggak kerja di sini, aku sedang makan siang saat suara-suara kalian sangat berisik dan mengganggu.""Wah, lihat sikap soknya itu, memangnya kamu pikir kamu siapa. Kamu hanya dayang Viola! Kamu pasti menggunakan kartu anggota platinum Viola untuk
"Aku hanya ingin makan siang dengan Laura, kamu hanya mengganggu. Pergilah."Meskipun tersinggung, Viola tetap tersenyum sambil mengulurkan tangannya. "Ah, maafkan aku, namaku Viola Samson, adik Laura. Bagaimana kamu mengenal kakakku?"Tristan menatapnya acuh tak acuh, kilatan penghinaan di matanya tampak sangat jelas."Adik? Jadi kamu selingkuhan Lucian Wilson? Ini pertama kali aku melihat orang yang paling tidak tahu malu merayu kakak iparnya dan bersikap sok akrab."Wajah Viola memerah malu. Dia memelototi Laura; pasti dia yang menjelekkan namanya di depan Tristan Adams."Tuan Adams, Anda pasti salah paham. Aku tidak mengerti maksud Anda.""Tidak apa-apa, aku juga malas bicara dengan orang bodoh," balas Tristan mencemooh lalu meraih kedua bahu Laura lembut. "Ayo masuk, jangan ladeni sekumpulan orang bodoh ini. Mereka hanya membuatmu tidak berselera makan."Keduanya hendak masuk ke dalam ruang privat VVIP itu. Viola menggertakkan gigi marah dan berkata, "Tuan Adams, apa hubunganmu d
Lucian jarang berada di rumah. Sejak dia berselingkuh dengan Viola, Lucian pindah dari rumah dan tinggal dengan selingkuhannya. "Kenapa kamu di sini?" Laura berkata dengan tenang. "Ini rumahku, apa aku nggak boleh di sini?" balas Lucian muram. "Tidak, kupikir kamu sudah lupa punya rumah dan menetap permanen dengan kekasih gelapmu," desis Laura dengan suara rendah agar Amelia tidak mendengar. Lucian mengabaikan sindiran Laura. Dia sudah terbiasa dengan perubahan sikap Laura yang tiba-tiba menjadi membangkang. Dia menatapnya tajam. "Siapa pria yang datang bersamamu?" Sebelah alis Laura terangkat. Dia menatap putrinya dan tersenyum. "Sayang, pergi ke kamarmu, oke? Mama belikan kamu mainan. Simpan di kamarmu, ya..." Dia membujuk putrinya sambil menunjukkan kotak besar berisi boneka Barbie. "Wah, Barbie...." Amel mengambil mainannya dan pergi ke kamarnya, tak menyadari orang tuanya yang akan bertengkar. Setelah Amelia pergi, Laura menegakkan tubuhnya dan menatap Lucian dingin. "Bisa
Laura mengalihkan pandangannya ke samping. Posisi ini sangat intens dan membuatnya tidak nyaman.“Mengapa kamu peduli padaku? Saat itu kamu sudah bersama Viola. Apalagi yang kamu inginkan? Aku sudah melepaskanmu agar kalian hidup bahagia. Jadi, tolong menjauhlah dari hidup—”Laura tak sempat menyelesaikan kalimatnya karena bibirnya tiba-tiba terkunci dalam ciuman panas Lucian.Matanya melebar. Dia berusaha meronta dan mendorong pria itu, namun tubuh dan bibirnya tertawan oleh pria itu, dan dia tak bisa menggerakkan tubuhnya.“Lucian...” Laura tak sempat menyelesaikan kalimatnya karena lidah pria itu menyelinap masuk ke dalam mulutnya.Ciumannya sangat intens dan panas, mencuri nafas Laura. Lidahnya menggodanya dalam mulutnya membuat sensasi geli di bawah perut Laura.Laura menggelengkan kepala menyangkal ciuman ini sangat menggairahkan. Dia menggigit bibir bawah Lucian dengan kuat, menyebabkan pria itu mendesis dan melepaskan bibirnya.Dia dengan cepat mendorong lengan Lucian.“Dasar
“Papa, kapan lagi Amel bisa ketemu Papa?” Amel menatap Lucian dengan penuh harap setelah Lucian selesai membayar makan siang mereka di kasir dan keluar dari restoran.Lucian berlutut di depan Amel dan mengusap kepalanya.“Amel bisa menghubungi Papa kapan saja. Apa Amel punya ponsel?”Amel menggelengkan kepala. “Mama nggak mengizinkan Amel pegang ponsel, nanti Amel jadi malas belajar.”“Benarkah, bagaimana ini? Kalau Amel punya ponsel, Amel bisa telepon Papa kapan saja. Bagaimana kalau telepon Papa dengan ponsel Mama?” Lucian berkata sambil melirik Laura yang berada beberapa langkah dari mereka, sedang menelepon seseorang di halaman parkir.Mata gadis kecil itu berbinar, lalu dia berlari menghampiri Laura dan menarik tangannya.“Mama, mama, mama!”Laura menunduk menatap Amel yang menarik-narik lengannya. “Ada apa, sayang?”Amel tersenyum lebar. “Boleh Amel pinjam ponsel Mama?”“Oh, tunggu sebentar, sayang.” Laura mengusap kepala Amel tanpa bertanya, lalu berbicara kembali di teleponnya
Lucian mengalihkan pandangannya dari Amel dan menatap Laura tenang.“Mama ….” Senyum lebar di wajah Amel perlahan-lahan memudar, dia memandang Laura dengan cara yang sama seperti Elina.Laura sesaat tertegun melihat ekspresi putrinya dan mengernyit. Amel terlalu peka. Dia mencoba tersenyum padanya.“Hai, sayang. Apa kamu sedang makan? Apa yang kamu makan?” Dia membungkuk dan mencium pipi putrinya.Amel menatap takut-takut. “Mama jangan marah ya. Amel cuma sekali ini makan spaghetti. Habis ini Amel nggak makan lagi ….”Hati Laura tercubit melihat tatapan cemas putrinya. Dia tersenyum lembut mengusap rambut Amel.“Nggak apa-apa, sayang. Amel bisa memakannya sekali-kali. Kalau Amel mau lagi, Mama akan bawa Amel makan spaghetti kapan-kapan.” Dia kemudian melirik Lucian tajam. “Bukankah Mama sudah bilang Amel nggak boleh menerima ajakan orang asing? Amel sudah bikin Mama khawatir.”“Tapi Papa kan bukan orang asing.” Amel mengerjap dengan polos.Laura mencoba mempertahankan senyum di wajahn
Laura baru selesai dengan laporan keuangan departemen Store dan menyerahkannya pada Anna.“Apa ini yang terakhir?” tanyanya sambil meregangkan lehernya yang pegal karena seharian menunduk mengerjakan laporan departemen Store yang menumpuk karena peralihan jabatan Direktur sebelumnya.“Ya, Direktur. Ini yang terakhirnya. Sisa laporan dari departemen lain akan diserahkan setelah jam makan siang. Ini sudah jam makan siang. Apa Anda ingin makan siang?”“Ya, aku ingin menjemput putriku dan makan siang bersamanya. Kamu boleh pergi istirahat makan siang.”“Baik Nona,” Anna menanggapi sopan dan berbalik pergi meninggalkan kantor Laura.Setelah Anna pergi, Laura meraih ponselnya dan menghubungi Elina, pengasuh Amel.“Halo Bibi, apa Amel sudah pulang sekolah?” Laura merapikan barang-barang pribadinya ke dalam tasnya dan berdiri dari kursinya.“....”"Sudah pulang? Siapa yang menjemputnya? Apa kakakku?" Langkah kakinya tiba-tiba berhenti saat hendak keluar dari kantornya."Siapa kamu bilang? Luc
Halaman sekolah itu sangat ramai dengan anak-anak yang keluar dari kelas saat bel pulang sekolah berbunyi. Anak-anak keluar dengan seorang pengasuh atau guru berlari menghampiri orang tua mereka yang sudah menunggu, menjemput mereka.Lucian mengamati dari luar mobil sambil bersandar di mobil Bentley dengan kacamata hitam di wajahnya.Beberapa ibu muda dan guru melirik-liriknya dengan wajah tersipu. Lucian mengabaikan semua perhatian itu karena fokusnya mencari wajah putrinya di antara anak-anak TK yang pulang sekolah.Kemudian dia melihat sosok anak yang menyerupai Laura versi mini keluar dari kelas sambil menggandeng lengan pengasuhnya. Lucian merasakan kehangatan dan kerinduan di dalam hatinya saat memandang putrinya. Amel sangat menggemaskan dengan seragam biru muda dan rok hitam kotak-kotak dan bertali. Tas merah muda bergambar stroberi tersampir di punggungnya yang kecil.Wajahnya benar-benar menyerupai Laura dalam versi kecil. Sangat menggemaskan. Lucian tak bisa menahan senyu
“Apa yang harus aku lakukan sayang? Aku nggak bisa menjauh dari Jayden barang sedetik saja,” Viola bersandar dengan manja di pelukan seorang pria yang cukup tua. Dia duduk di atas pangkuannya dan memeluk lehernya.“Bersabarlah. Selama Jayden kita mendapat warisan Lucian, gak apa-apa kamu menjauh dari keluarga Wilson dan Lucian. Jangan membuat kakek tua itu marah lagi.” Philip mengelus rambut wanita itu menenangkan di atas tempat tidur. Keduanya tak mengenakan sehelai benangpun di tubuh, hanya selimut yang menutup bagian bawah mereka.Setelah diusir dari kediaman Wilson dan tidak diizinkan mendekati Lucian atau Jayden, Viola sangat frustasi dan marah. Dia mendekati satu-satunya pria yang bisa membantunya dan sekaligus ayah kandung Jayden. Mereka bertemu diam-diam di sebuah hotel.“Aku nggak bisa bersabar lagi. Aku sudah cukup marah selama tiga tahun ini dicemooh karena digantung, tanpa kepastian kapan Lucian akan menikahiku sementara Jayden tumbuh semakin besar,” ujar Viola sangat tida
“Ayah kamu sangat peduli sekali pada Jayden lebih dari ayahnya sendiri. Orang lain akan berpikir Jayden adalah putramu.”“Jayden, jangan bicara sembarangan. Itu fitnah yang kejam!” Viola yang membantah paling cepat.Philip tersentak dan membantah dengan marah. “Omong kosong apa yang kamu ucapkan! Jayden adalah cucuku, memangnya aku tidak boleh peduli padanya!”Raut wajah Seline juga terlihat jelek. “Lucian, berhati-hati dengan apa yang kamu ucapkan.”“Ibu, ayah tidak pernah peduli padaku dan tak pernah melakukan peran atau tanggung jawabnya sebagai seorang ayah. Aneh sekali dia terlalu peduli pada Jayden. Kamu juga orang paling mengenal ayah. Apa kamu tidak curiga?”Seline terdiam, terlihat bingung dan curiga menatap antara Philip dan Viola.Viola menangis mendengar kata-kata Lucian. “Lucian, kamu sangat keterlaluan. Apa kamu menuduhku berselingkuh dengan ayahmu? Tidak apa-apa kamu nggak mencintaiku lagi, tapi mengapa kamu merendahkan aku di depan keluargamu dan Jayden!” Dia menutup
“Lucian! Tegas sekali kamu mengatakan itu di depan Jayden!” Viola berseru terluka “Lucian, tega sekali kamu ngomong begitu di depan Jayden!” Seru Viola meraih tangan lengan Lucian. “Apa kamu nggak merasa kasihan pada Jayden!”“Benar Lucian, Nggak peduli apa, kamu nggak bisa menyangkal bahwa Jayden adalah putramu!” Kata Seline.“Lucian! Minta maaf pada Viola dan Jayden sekarang juga!” Philip memelototinya.Lucian menatap seluruh anggota keluarga Wilson tanpa ekspresi.Ini bukan pertama kalinya mereka bertengkar tentang hal ini setiap kali dia diminta kembali ke keluarga Wilson jadi dia tidak repot-repot meladeni mereka.Lucian mengalihkan pandangannya pada Kakek Billy.“Aku datang ke sini atas permintaan Kakek. Kakek, jika nggak ada yang penting dibicarakan, aku akan kembali.”Kakek Billy menghela napas.“Duduklah Lucian. Apa kalian nggak bisa berdamai? Aku nggak mau mendengar pertengkaran lagi.” Dia mendelik pada Philip.Philip mendengus. “Ayah, kamu juga harus mendidik Lucian atas ta
Mia tersedak kopinya mendengar kata-kata Laura dan menolak dengan tegas.“jangan!”Penolakannya sangat tegas dan keras hingga menarik perhatian orang-orang di sekitar.Laura dan Cassie menatapnya heran sementara Mia bersusah payah mengendalikan batuk-batuknya karena tersedak.“Apa kamu baik-baik saja?” Laura bertanya khawatir memberi tisu padanya.Mia mengangguk setelah menenangkan napasnya. Wajahnya yang cantik memerah malu. Dia mengelap mulutnya dengan tisu.“Ada apa denganmu? Kenapa sangat keras menolak tawaran Laura?” Tanya Cassie.“Aku hanya kaget.”“Kenapa?”Mia memaksakan senyum di wajahnya dan menghindari tatapan kedua temannya.Bagaimana dia tidak kaget mendengar kata-kata Laura yang ingin menitipkan kedua anaknya pada Nyonya Adams, yang merupakan nenek kandung si kembar.Identitas si kembar pasti akan langsung ketahuan jika Nyonya Adams menyadari kemiripan Alister dengan Tristan.“Siapapun akan kaget jika anak-anaknya dititipkan pada Nyonya Adams, matriarch keluarga Adams.”“