Halo apa kabar? Author ingin memberitahu bahwa cerita samping Mia-Tristan akan dilanjutkan dalam cerita ini^_^
Mia mendengus, muak dengan sandiwara murahan pasangan paruh baya di depannya. 'Aku tahu kalian akan membuat drama seperti ini.” Dia dengan acuh tak acuh mengeluarkan ponselnya, menelepon penjaga apartemen. “Halo Pak Ilham, tolong datang ke apartemenku. Ada orang yang membuat keributan di apartemenku.”“Mia!”Abraham menarik ponsel Mia dan melemparkannya ke lantai. Kemudian, ia mengangkat tangannya, menampar putrinya.“Mengapa kamu terus bersikap kasar dan tidak hormat pada orang tua?!”“Benar, anak ini harus diberi pelajaran keras agar bersikap sopan pada orang tua! Mentang-mentang sudah kaya, dia memperlakukan kita seperti sampah!” Alya memanas-manasi. “Dia lupa bahwa ayahnya yang membesarkannya dari kecil dan tidak tahu diri!'” Mia mengusap pipinya yang terasa perih akibat tamparan Abraham. "Kamu seharusnya mendengarkan orang tua!" Abraham menunjuk wajahnya dengan marah. "Dulu, saat kita masih jaya, siapa yang membiayai semua les, makanan, dan tumbuh kembangmu? Aku, ayahmu! Tak ped
Namun, baru tiga tahun pernikahan, pabrik ayahnya bangkrut dan hidup ayah dengan ibu tirinya meralat. Ketika Mia berusia 20 tahun dan mulai menghasilkan uang, keluarga Moore mulai menginginkannya kembali untuk dijadikan tulang punggung karena Abraham cacat kaki akibat kecelakaan dan mulai berjudi.Semua menjadi lebih buruk dengan Mitha, adik tirinya, mengalami kecelakaan karena bertengkar dengan Mia. Mitha koma dan masih dirawat di rumah sakit. Alya menyalahkan Mia atas kecelakaan itu, memaksanya untuk membayar biaya rumah sakit. jika tidak, ia akan memasukkan Mia ke penjara dan menghancurkan masa depannya. Sejak itu, mereka memeras Mia untuk menanggung beban keluarga Moore, utang judi ayahnya, dan perawatan rumah sakit Mitha.Tiga tahun yang lalu, Mia berhasil melarikan diri dari keluarga Moore ketika ia mendapatkan beasiswa dari Wilson Group. Oleh karena itu, ia sangat berhutang budi pada Tuan Billy yang memberinya beasiswa saat Mia ditolak oleh Adams Group. Uang yang dia dapa
Jadi di sinilah dia, berdiri di depan gedung perusahaan Adams Group yang megah. Mia berjalan menuju gedung megah Adams Group, tangannya mengepal di sisi tubuh. Ia menarik napas dalam-dalam, mengambil langkah pertama memasuki lobi dan menuju meja resepsionis. Sebelum sempat bertanya arah ke kantor CEO pada resepsionis, ponselnya berdering. Sekilas pandang, ia melihat nama pengasuhnya, dan segera beranjak menjauh dari meja resepsionis untuk menjawab panggilan dari pengasuh si kembar.“ada apa?”“Nona Mia. Ada masalah di rumah. Bisakah Anda segera kemari?” Suara pengasuh itu terdengar meringis dan cemas.Dari balik telepon, Mia dapat mendengar tangisan Alana.“Apa yang terjadi? mengapa Alana menangis?”“Itu—”Tiba-tiba terdengar suara gaduh di telepon, diikuti suara familiar.“Mia, ini Ayah… Ayah datang berkunjung ke rumahmu. Mengapa kau tidak bilang sudah pulang ke Capital?”Mia menegang. “Ayah, apa yang Ayah lakukan di rumahku? Dan apa yang Ayah lakukan pada Alana?!” desis Mia, suara
“Apa?! Dipindah tugaskan?!” Mia bingung menerima pemindahan dirinya.“Ya. Wilson Group dan Adams Group akhirnya mencapai kesepatakan untuk proyek kerja sama taman hiburan. Ini membutuhkan perhatian dan pengawasan ketat karena aku ingin menjaga hubungan baik dengan Adams,” ujar Lucian mendongak menatap Mia.“Posisi sekretaris Tristan sedang kosong selama tiga bulan ini dan Tristan menemukan sektretaris yang cocok. Untuk menjaga hubungan baik dengan kakak iparku, aku menawarkan sekretarisku untuk mengisi posisi sekretaris Tristan yang sedang kosong.”“Tapi mengapa aku? Ada karyawan yang lebih baik daripada aku,” bisik Mia.“Tristan sangat selektif dan tidak mudah menerima karyawan. Aku membanggakan kemampuan dan pendidikkanmu pada Tristan, dan kalian berdua sudah saling kenal. Tristan akan lebih mudah menerimamu daripada karyawan baru.”“Bagaimana dengan Ferdi?”“Ferdi sudah bekerja denganku selama lima tahun. Aku tak bisa melepaskannya. Hanya kamu yang bisa menjadi sekretaris Tristan.”
"Ugh…" Tubuhnya merosot ke lantai."Tuan Tristan…" Mia bergegas menopang tubuhnya agar dia tidak terjatuh ke lantai. "Apa kamu baik-baik saja? Mau kubantu?"Tristan mendongak dengan tatapan dinginnya. Nafasnya terengah-engah. Wajahnya memerah seperti orang mabuk. Mia menyadari ada yang salah dengan pria itu."Tuan Tristan, apa yang—"Mia tidak menyelesaikan kalimatnya karena pria itu tiba-tiba memutar tubuh mereka dan menekannya ke dinding samping pintu.Nampan di tangan Mia terjatuh ke lantai. Matanya membelalak menatap pria di depannya."Tu-tuan Tristan… apa yang kamu lakukan?"Tristan mendesis, mencengkeram rahangnya dan tiba-tiba menunduk mencium bibirnya.“Tu-tuan Tristan… Tunggu sebentar… Apa yang kamu sedang kamu lakukan… Hmph!” Mia menatap kosong wajah pria itu dengan mulut sedikit terbuka saat pria itu memasukkan lidahnya ke dalam mulutnya, menghisapnya dengan keras, membuatnya mengeluarkan suara aneh.“Ah….” Mia malu mendengar suaranya sendiri, bibir dan lidahnya mati rasa k
Manajer itu berdecak dan meninggalkan Mia. "Apa yang kalian lihat, cepat kembali bekerja." Ia menegur para pelayan yang menonton. Mereka buru-buru mengalihkan pandangan dan kembali bekerja, mengantar minuman ke ruangan lain.Mia mendekati meja bartender dan meletakkan nampan di atas meja sambil mendesah. Seorang wanita berpakaian seksi dan cantik mendekatinya. Ia duduk di kursi dan menghisap rokok sambil melirik Mia."Kamu pelayan yang mengantar minuman di kamar VVIP itu kan?"Mia meliriknya, ragu-ragu menjawab. Yuli, wanita itu adalah wanita penghibur eksklusif di klub."Jangan khawatir, aku tahu pelanggan di kamar VVIP itu Tuan Adams karena aku beberapa kali melayaninya." Ia mengedipkan matanya pada Mia dan menghembuskan asap.Mia tak bisa berkata-kata menanggapinya. Wanita itu melanjutkan kalimatnya, mengamati Mia dari atas ke bawah. "Kamu sangat cantik. Ah, tidak… lebih cantik dari para aktris di TV itu. Apa kamu melakukan operasi plastik?""Tidak… aku tidak melakukan operasi pla