Share

2-Sempurna

"Kak Mery?"

Mery menoleh, sementara Arga membuang napas berat.

"Eh, Syifa? Sini-sini, duduk sama kakak." Mery menepuk space kosong di sampingnya.

Syifa tengah berdiri tidak jauh sambil merekah senyum. Gadis berkepang itu kemudian mendekat bersama boneka teddy bearnya. 

Arga hanya bisa menghela berat, padahal sore ini ia berniat menghabiskan waktu bersama Mery. Tapi, enyahlah niat itu karena ada Syifa di sini.

"Kak Mery lagi pacaran ya di sini? Hayo ngaku ... " goda Syifa, matanya memicing, sementara Arga terkekeh.

Pipi Mery memerah malu. "Eng ... enggak kok. Kakak mampir aja tadi beli es-krim. Terus karena capek, kita milih duduk deh."

"Oh. Terus kakak ini ... siapa sih namanya? Aku lupa nih. Oh iya, Kak Arga, ya, kan? Yang sering nganter Kak Mery pulang."

Arga mengangguk, diacaknya gemas rambut Syifa. Gadis bergaun pink itu tersenyum lalu mengambil duduk di antara keduanya. Arga nyaris saja protes karena Syifa berdesakan antara ia dan Mery. Arga pun pasrah dan menggeser sedikit duduknya.

"Ganggu bentar nggak papa, nih? Soalnya papa lagi bicara sama temennya," kata Syifa.

Mery menaikkan alis lalu menatap Arga yang menghembuskan napas berat. "Nggak papa, kok. Terus Syifa sendirian aja ke sini? Nggak takut dicariin sama papa?"

Syifa menggeleng. "Syifa udah bilang mau jalan-jalan bentar, nanti balik lagi. Jadi, papa nggak bakal nyariin."

"Oh."

"Kak Mery nggak mau main lagi ya sama, Syifa? Udah jarang banget lho Kak Mery ke rumah," tanya Syifa, nadanya terdengar kecewa.

"Kak Mery lagi ujian, makanya nggak ada waktu buat main." Kali ini Arga yang menjawab, cowok itu mengusap lembut rambut Syifa. "Syifa harus ngerti ya."

Syifa mengangguk. Ia menatap Arga lamat-lamat. "Terus kenapa sama Kakak, Kak Mery ada waktu? Katanya ujian," tanya Syifa polos. Arga pun bingung menjelaskannya bagaimana pada seorang bocah seperti Syifa.

Mery hanya tersenyum menatap Arga, sebelum akhirnya Mery bersuara. "Syifa nggak mau jalan-jalan?"

"Jalan-jalan?" tanya Syifa. "Kemana emang?"

"Ya sini-sini aja, daripada duduk mulu, kan bosan. Yuk!" ajak Mery.

Anggukan pasti dari Syifa, ia segera turun dan menggandeng tangan Mery. Namun Arga, mengerucutkan bibir sesaat ia ditinggalkan begitu saja. Tapi, Mery sempat memberi isyarat lewat delikan mata agar Arga ikut dengannya.

Mereka pun berjalan bersisian, Syifa berada di tengah Arga dan Mery. Membuat Arga yang tadinya ingin menggenggam tangan cewek itu mengurungkan niatnya. Kini, Arga hanya bisa menyembunyikan tangan di saku celana seraya melihat-lihat sekeliling taman yang penuh bunga. 

"Kak Mery liat tuh, bunganya cantik banget. Boleh dipetik nggak ya?" tanya Syifa.

"Nggak boleh," jawab Arga.

"Tapi kenapa di telinga kak Mery ada bunga tuh? Nemunya dimana?"

Mampus. Dua kali, Arga dibuat kicep oleh Syifa. Sementara Mery tertawa mengejek Arga. Cowok itu mengusap leher salah tingkah. Au ah. Jika bukan anak kecil, Arga usir dari tadi dah.

"Gue nemunya di jalan," jawab Arga datar.

"Kok bisa mirip banget ya?" Kepolosan Syifa membuat Arga mengusap wajahnya frustasi. Cowok itu akhirnya memilih jalan beberapa langkah lebih dulu.

"Yah, kakaknya duluan," ucap Syifa.

"Nggak papa, kita jalan aja lagi."

★★★

Di sisi lain, Arga mendesah cepat, kesunyian menyusuri jalan sendiri membuatnya bosan. Sementara Mery dan Syifa sedang cekikikan geli entah karena apa di belakangnya. Dua cewek berbeda usia itu nampak senang menikmati perjalanannya.

Arga sesekali melirik mereka, sesekali pula berdecak sebal sebab nggak ada Mery di sampingnya. Bosan, Arga mengedar pandang, dan menemukan beberapa pria berumur 20 tahunan sedang bermain gitar.

Satu ide brilian tiba-tiba muncul di benak Arga, tanpa buang waktu, ia menghampiri kumpulan pria itu.

"Bang, boleh minjem gitarnya, nggak?" Arga bertanya pada salah satu pria berjaket kulit. "Bentar aja, Bang."

"Yah, gue make ini."

"Emang buat apa?" tanya teman pria berjaket kulit yang memakai kacamata itu.

Arga tidak menjawab, malah mendelik ke arah cewek berseragam SMA sama dengannya, Mery. 

Pria itu tertawa singkat, ia menepuk pundak Arga. "Woah. Buat itu, hahaha, gue ngerti lah. Nih ambil. Buat aja cewek lo kesemsem."

Arga tersenyum. Ia menerima gitar berwarna coklat dari pria itu. "Thanks, Bang. Nih gue bayar." Arga hendak mengeluarkan uang dari saku seragam namun ditahan oleh tangan pria itu. 

"Nggak usah. Gua ngerti kok. Cepet dah sana samperin cewek lo."

Arga mengangguk lagi, tanpa membuang waktu ia menarik satu kursi kayu kosong ke tengah lapangan luas tak jauh dari taman. Pastinya, tak jauh dari Mery dan Syifa berada.

Berlatar belakang air mancur, menambah suasana semakin berkesan, apalagi ketika petikan gitar mengalihkan perhatian beberapa pengunjung menatapnya. Bersamaan pula, suara indah milik Arga mengalun.

Kau begitu sempurna... 🎼🎼

Di mataku kau begitu indah..

Kau membuat diriku akan s'lalu memujamu....

Arga menjeda, bersamaan setelahnya, beberapa pengunjung mendekat dan mengelilinginya. Begitu pula untuk Mery dan Syifa, kedua cewek itu bergegas menyalip demi menghampirinya. 

Arga tersenyum ketika mendapati Mery tengah menatap lurus ke arahnya. Arga yakin, Mery terkejut, tapi dapat ia lihat pipi cewek itu merona malu. Arga memilih melanjutkan nyanyiannya.

Di setiap langkahku... 🎼🎼

Ku 'kan s'lalu memikirkan dirimu..

Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cintamu...

Penonton mulai bertepuk tangan, bahkan ada yang terbawa suasana dengan bersandar di bahu pasangannya. Ada pula, yang menaruh sejumlah uang. Mereka kira Arga sedang ngamen apa?! Arga tidak peduli, yang penting dilihatnya saat inilah hanyalah senyum manis milik Mery.

Penonton kian banyak membentuk lingkaran, Arga semakin semangat melanjutkan nyanyiannya.

Janganlah kau tinggalkan diriku 🎼🎼

Takkan mampu menghadapi semua

Hanya bersamamu ku akan bisa

Kau adalah darahku...

Kau adalah jantungku...

Kau adalah hidupku...

Lengkapi diriku...

Oh sayangku, kau begitu...

Sempurna.. Sempurna...

Lagu berakhir, bersamaan setelahnya tepukan tangan begitu meriah, terutama Mery, cewek itu menatapnya tanpa henti. Hati Arga berdesir hangat.

"Kak Mery, kak Dian nyanyi itu buat Kakak deh. Syifa yakin," ujar Syifa. Entah kenapa mendadak air mata Mery menetes begitu saja. Mungkin ia terlalu bahagia.

Melihat Mery meneteskan air mata, Arga lekas menaruh gitarnya dan menghampiri cewek itu.

"Ry, kenapa nangis? Suara aku nggak bagus? Maaf, Ry. Aku emang nggak bakat nyanyi. Tapi, lagu tadi beneran tulus buat kamu." Arga mengusap air mata Mery dengan ibu jari. Penonton lantas saling berpandangan dan bersorak cie-cie.

Mery mengusap air matanya, tak peduli banyak orang ia langsung memeluk Arga.

"Aku enggak nangis, Ga. Ini air mata bahagia. Btw, makasih lagunya. Aku suka. Suara kamu ternyata juga bagus banget."

Arga tersenyum membalas pelukan Mery lalu mengacak gemas rambut cewek itu. "Sama-sama, Ry. Aku cuman belum siap kita pisah."

"Kalau gitu kak Dian nyanyi lagi aja? Betul nggak penonton?" sergah Syifa, penonton tanpa pikir panjang bersorak lagi.

"LAGI! LAGI! LAGI!"

Mery mengurai pelukan, sementara Arga mengusap turun rambutnya lalu berbicara pada penonton.

"Kalau begitu, saya hanya akan menyanyi jika pacar saya ikut juga."

"IKUT! IKUT! IKUT!"

"Kak Mery ayo dong, Kak. Nyanyi bareng Kak Dian. Entar Syifa ikut deh." Syifa menarik ujung seragam Mery.

Ya, mau gimana lagi. Mery akhirnya menyetujui. Dian pun mengganti posisi dengan duduk di kursi panjang tidak jauh dari mereka.

Sekarang, tiga orang di kursi panjang itulah yang akan membuat suasana taman di sore hari ini semakin ceria. Petikan gitar terdengar, tepukan tangan Syifa mengajak penonton, sebelum bernyanyi Arga lebih dulu berbisik di telinga Mery.

"Ini khusus buat kamu. Jadi, siapin hati ya, Ry. Jangan nangis, aku nggak mau liat kamu nangis."

Mery menggangguk, lantas Arga memulai nyanyiannya seraya menatap mata coklat milik Mery.

Kau begitu sempurna..

Di mataku kau begitu indah.

Kau membuat diriku akan s'lalu memujamu...

Di setiap langkahku..

Ku 'kan s'lalu memikirkan dirimu..

Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cintamu...

Janganlah kau tinggalkan diriku

Takkan mampu menghadapi semua

Hanya bersamamu ku akan bisa

Kau adalah darahku..

Kau adalah jantungku...

Kau adalah hidupku...

Lengkapi diriku...

Oh sayangku, kau begitu...

Sempurna.. Sempurna...

- P a r a c e t a l o v e-

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status