Part 31Tengah malam, entah kenapa Dhea merasa sangat haus, dia juga kebelet ingin buang air kecil, matanya yang masih mengangtuk akhirnya terbuka dengan malas, ketika dia akan duduk, tubuhnya tertahan sesuatu, dan sesuatu itu sebuah tangan yang mengerat di pinggangnya, mengingat dia tengah berada di rumah sendirian, tentu saja hal itu sangat mengejutkannya dan membuatnya sangat ketakutan. Tak ayal diapun berteriak."ARRGGGHHHH!!!"Kamar yang hanya memasang lampu tidur tampak temaram, sehingga tidak jelas sosok yang tengah tidur di sampingnya. Akibat keterkejutan dan ketakutannya, Dhea secara refleks berdiri dan mengambil sapu lantai yang tadi sore dipakainya untuk menyapu lantai kamarnya.Suara jeritan seorang perempuan yang cukup keras itu membangunkan sosok lelaki yang tengah tidur terlelap tersebut, refleks lelaki itu juga berjingkat duduk untuk menyadari situasi yang sebenarnya, belum sadar sepenuhnya, lelaki itu merasakan kepalanya sangat kesakitan akibat pukulan benda tumpul."
Part 32Suara panggilan telepon menggema di dalam kamar yang sepi, membuat Bram yang masih terlelap terganggu dalam tidurnya, setelah beberapa saat akhirnya suara itu terhenti, membuat lelaki itu kembali memejamkan matanya, namun baru saja beberapa detik, bunyi itu kembali terdengar dengan nyaring. Dengan kesal Bram menyambar ponsel yang ada di atas kabinet tempat tidur."Halo!" kata Bram dengan kesal."Pak, anda masih tidur? Ini sudah jam sembilan pagi, Pak. Anda ada temu janji dengan pemilik Griya Arsitektur. Mereka sudah menunggu di kantor." Suara Fikri terdengar cemas di seberang sana.Fikri hapal betul suara khas Bram yang baru bangun tidur, suaranya tampak serak-serak basah."Iya, tunggu sejam lagi!" Bram segera bangkit setelah mematikan telepon, dia menyibak jendela yang langsung tampak terang benderang, matahari sudah terlihat tinggi. Ketika dia akan melangkah ke kamar mandi, di kaca rias dia menemukan catatan yang ditinggalkan istrinya.(Bang, Dhea pergi kerja dulu, ya? Di
Part 33"Kamu belanja di pasar saja, gak usah ikut ke mall! Aku bersyukur, kamu sudah nikah, Dhea! Kalau nggak, nanti semua Bos baru atau stafnya naksir kamu lagi." Gracia berkata sinis sambil berlenggok dan berlalu mengabaikan Dhea, Nilam yang merasa tidak enak hanya bisa meminta maaf pada temannya itu. Mendapatkan kado yang cukup besar dan berat membuat Dhea tentu akan kesulitan membawanya, wanita itu jadi mengurungkan rencananya untuk membeli bahan pangan di mall.Ketika Dhea tengah menunggu lift, ternyata ponselnya berdering, ternyata Intan yang menghubungi, Dhea sampai lupa sejak dia pulang dari Jakarta, wanita itu belum pernah menghubungi sepupunya itu."Assalamu'alaikum, Tan?" "Walaikumsalam, Dhea! Ke mana aja sih, kamu? Gak pernah menghubungi aku lagi!" "Maaf, aku lagi sibuk. Apalagi ini di kantor akan ada bos baru, semuanya sibuk melakukan persiapan," ujar Dhea memberi alasan yang kebetulan memang tepat."Ya sudah. Pokoknya aku gak mau tahu, kamu harus datang ke rumahku. K
Part 34Bram sampai rumah kurang dari dua puluh menit, Dhea sudah bersiap dengan baju gamis warna putih gading dan jilbab hitam yang kontras dengan wajahnya yang seputih susu. Dhea hanya mengoleskan krim wajah dan memakai lipbalm untuk bibirnya yang memang sudah berwarna merah muda alami.Bram yang menatap penampilan istrinya yang berbeda itu cukup terkesima, diam-diam dia mengamati betapa istrinya menjadi sangat anggun jika memakai jilbab. Cantik! Lidahnya hampir saja mengeluarkan kata pujian itu, tetapi entah kenapa gengsi dalam dirinya menahannya."Kamu sudah bersiap-siap?" tanya Bram yang tengah melepaskan jasnya."Iya, kutunggu di ruang tamu, ya?" "Tolong pilihkan pakaianku!""Sudah, itu di atas tempat tidur, Bang."Bram tersenyum penuh arti melihat baju yang masih terlipat di atas tempat tidur, baru sehari dia di rumah ini, istrinya itu sudah cukup memberinya pelayanan. Tadi pagi saja sandwich buatannya untuk sarapan sangat enak walaupun sudah dingin, dia rasanya belum cukup wa
Part 35Pagi hari seperti biasa Dhea setelah azan subuh berkumandang, Bram juga ikut terbangun. Mereka bangun dalam posisi Bram memeluknya dari belakang, seperti malam tadi. Sepertinya Bram cukup nyaman dalam posisi seperti itu. Mereka masih salat berjamaah, Dhea juga masih mencium punggung tangan suaminya. Setalah salat Dhea langsung berkutat mengerjakan pekerjaan rumah, mencuci pakaian, mencuci piring, membuat sarapan dan menyapu lantai. Dia belum memiliki asinten rumah tangga, mungkin jika nanti pekerjaannya lebih sibuk dia akan menyewa jasa pembersih rumah, mengingat rumahnya ini cukup besar hanya dihuni oleh dua orang.Bram turun ke lantai satu dengan pakaian olah raganya, lelaki itu berpamitan untuk melakukan joging setelah salat subuh, Dhea tentu tidak keberatan, mungkin karena rajin olah raga makanya suaminya yang sudah tua itu masih memiliki fisik yang prima.Setelah membereskan semua pekerjaan, Dhea hanya cukup memanaskan makanan dari rumah Tante Maria untuk sarapan, dia j
Part 36Mobil Maybach itu berhenti di carport lobi kantor, seorang ajudan yang sudah bersiap dengan sigap membukakan pintu belakang mobil. Seorang pria bertubuh tinggi dengan badan porposional turun dari mobil dengan sikap yang elegan, wajahnya yang terlihat tampan dan berwibawa terlihat seperti raja zaman kerajaan, bibirnya membentuk senyum profesional. Semua wanita cantik yang menyambut di depan terperangah melihat pria yang memakai baju stelan jas hitam yang dijahit khusus, sungguh, lelaki yang mereka tunggu-tinggu ini melebihi ekspektasi mereka.Para pejabat manajemen atas langsung menyambut kedatangan pria itu dengan jabat tangan hangat, seorang wanita cantik dan elegan, mengalungkan kalung bunga pada pria itu. Tetapi setelah kalung itu terpasang, beberapa saat pria itu melepaskannya dan memberikan pada asistennya."Itu bos baru kita?" seru Nilam tak bisa mengendalikan diri."Astaga! Astaga! Oh my God! Aku jadi semangat kerja sekarang!" pekik Gracia, sedangkan para pria hanya me
Part 37"Sudah kubilang, kan? Kalau Lidia saja yang harus pergi, kenapa kau malah memaksakan diri, Gracia!" dengus Hendro kesal."Aku mana tahu kalau bos kita itu menyebalkan sekali! Dia menghina dan mempermalukan aku di depan umum! Aku batalin mengaguminya! Walaupun marah-marah gitu, dia tetap tampan, sial!" gerutu Gracia membuat sebagian mereka tertawa."Sudah, gak usah diambil hati, Bu Grace. Bukan cuma ibu saja yang dimarahi, semua orang juga dimarahi kecuali Mario.""Kecuali Mario?" Kini Dhea bersuara."Iya, berkat presentasi buatanmu itu, Dhe!" jawab Mario dengan wajah senang."Pak Faisal mana?" tanya Lidia."Dia sedang rapat internal season dua, khusus untuk para manajer," jawab Reno. *****Dhea cukup lega karena Bram masih rapat season kedua seperti yang dikatakan Reno. Sehingga dia bisa pulang dengan tenang tanpa perlu takut diketahui oleh suami dan anak buah yang dikenalnya, seperti Adi dan Fikri. Setalah pulang, dia sempatkan mampir di supermarket yang tidak jauh dari kant
Part 38Pagi hari berjalan seperti biasanya, Dhea membuat sarapan, mau goreng dan teh manis untuk mereka berdua, kali ini nasi goreng paket komplit topingnya, ada telur orak-arik, sosis, suir ayam dan kacang polong ditambah daun bawang dan bawang goreng. Ketika bangun tidur dia tidak mendapati Bram, lelaki itu sudah pergi ke masjid. Dhea sendiri salat sendiri dan langsung ke dapur."Pagi, Dhe! Udah mau ngantor?" Sapa Bram dengan bersimbah keringat, rupanya lelaki itu habis berlari di treadmill."Sarapan dulu, Bang."Dhea sudah duduk di meja makan, Bram menyusulnya."Ini baru jam tujuh, kau sudah mau berangkat?""Iya, sebagai karyawan biasa aku harus lebih disiplin.""Abang antar, ya? Dhea bekerja di mana?"Uhuk ... Uhuk ....Dhea terbatuk-batuk mendengar perkataan Bram, lelaki itu langsung menganggarkan segelas air putih ke hadapannya."Tidak usah ngantar, Bang. Kita beda arah, lagi pula Abang juga belum bersiap," ujar Dhea setelah meminum air putih."Memangnya Dhea tahu Abang kerja d