Ainsley berjalan menuju ruangan kelasnya sambil bersiul-siul. Hari ini suasana hatinya membaik. Bagaimana tidak, ia tidak perlu khawatir karena selama satu bulan kedepannya Austin sudah berjanji tidak akan menyentuhnya. Bahkan semalam pria itu lebih memilih tidur di sofa."Kau kemana saja kemarin?" tanya Dara pada Ainsley yang kini duduk di sebelahnya."Pulang." jawab Ainsley seadanya. Ia memang langsung pulang setelah dari kantin kemarin."Kau tahu Alfa mencarimu?"kali ini Ainsley fokus menatap Dara. Alfa mencarinya? Masih mencarinya? Kenapa?"Kenapa?" tanyanya tanpa sadar. Dara mengangkat bahunya cuek."Sepertinya dia ingin bertanya tentang pernikahanmu." katanya acuh tak acuh.Di antara ketiga sahabatnya, yang paling banyak tahu rahasia Ainsley adalah Dara. Bisa dibilang Dara yang paling dekat dengannya. Ada rahasia-rahasia yang hanya bisa di ceritakan Ainsley pada Dara karena gadis itu pintar menyimpan rahasia. Termasuk dengan dirinya yang menyukai diam-diam Alfa dulu."Jawab aku
Kira-kira jam dua belas siang Austin menelpon Ainsley. Sebenarnya Ainsley bosan mengangkatnya. Tapi ia tidak mau membuat pria itu marah dan membatalkan janjinya semalam. Dia yang rugi nantinya.Austin mengajak Ainsley makan siang bersama. Awalnya gadis itu mau mencari alasan untuk menolak. Namun sekali lagi, gadis itu tidak mau membuat Austin marah. Ia memilih menurut saja.Akhirnya disinilah mereka sekarang, di sebuah restoran mahal yang berada tak jauh dari kantor Austin.Mereka tidak hanya berdua. Ada perempuan lain yang dulu memperkenalkan dirinya sebagai sekretaris Austin, juga seorang wanita yang lebih tua beberapa tahun darinya. Tentu saja ia tidak kenal wanita itu."Kakak ini pacarmu?" tanya Ainsley dengan tiba-tiba. Narrel langsung terbatuk-batuk mendengar pertanyaan itu. Sedang gadis yang duduk di sebelahnya tetap mempertahankan wajah datarnya. Meski dalam hati ia merasa malu.Iren memang selalu begitu. Kalau ada pembicaraan tentang dirinya yang membuatnya malu, ia akan teta
Ainsley bangun pagi-pagi. Ia mandi dan bersiap-siap. Hari ini ia berencana ke rumahnya dulu sebelum ke kampus.Pandangan Ainsley jatuh ke Austin yang masih terlelap. Sepertinya pria itu kelelahan. Biasanya Austin yang bangun duluan dan jam delapan sudah berangkat kantor. Tapi hari ini tidak.Awalnya Ainsley mengangkat bahu tidak peduli. Tapi ketika melirik jam tangan, ia jadi merasa bimbang. Hampir jam delapan. Haruskah ia membangunkan Austin? Tapi pria itu adalah bos perusahaan. Terserah dia mau datang jam berapa, menurut Ainsley."Ah, bangunkan saja." decak Ainsley mengambil keputusan. Ia melangkahkan kakinya ke sofa yang di tiduri Austin.Ainsley lalu mengulurkan tangannya menggoyang-goyangkan badan Austin."Austin, Austin bangun. Sekarang sudah jam delapan. Memangnya kau tidak masuk kantor?"cukup lama Ainsley menggoyang-goyangkan badan Austin sampai pria itu terbangun.Austin mengucek-ngucek matanya. Masih belum sadar betul. Ainsley yang melihat langsung menyimpulkan lagi kalau p
Ainsley memutuskan langsung pulang ke rumah Austin selesai pelajaran terakhirnya di kampus. Sebenarnya para sahabatnya mengajaknya ke tempat karaoke tapi dia terlalu capek hari ini. Ia ingin tidur cepat supaya bangun pagi besok tubuhnya bisa lebih fresh.Masih ada beberapa pembantu yang tengah membersihkan halaman rumah ketika Ainsley sampai. Mereka menunduk hormat ke Ainsley. Gadis itu sendiri merasa agak kaku karena selama ini tidak pernah ada yang hormat padanya seperti itu. Ia belum terbiasa namun berusaha menyambut mereka dengan hangat.Ketika masuk ke dalam rumah, dua pembantu wanita yang biasanya menyiapkan sarapan dan makan malam mereka sedang sibuk di dapur.Ainsley memang belum melihat mereka karena ia belum mencapai dapur, namun bunyi-bunyi yang di dengarnya yang berasal dari dapur itu cukup untuk membuktikan keberadaan mereka."Nyonya muda sudah pulang?" Langkah Ainsley terhenti. Ia menoleh saat mendengar seorang pelayan yang lebih tua menyebutnya dengan panggilan lain. N
Entah kenapa Ainsley merasa kesal pada pramugari itu. Ia merasa pramugari itu tidak menganggap keberadaannya sama sekali. Dasar tidak sopan. Memangnya perempuan ini tidak malu apa menggoda suami orang dengan terang-terangan di depan istrinya.Austin sebenarnya ingin membalas perkataan pramugari itu, namun Ainsley yang lebih dulu bicara."Hei , siapa namamu? aku lihat kau tidak cocok bekerja sebagai pramugari. Kau lebih cocok menjadi wanita penghibur di sebuah club malam!" tukas Ainsley dengan wajah merendahkan. Ia sudah kesal dan sekarang malah di buat makin kesal oleh perempuan yang berstatus pramugari itu.Austin memilih diam. Ia tampaknya menikmati tontonan didepannya itu.Pramugari itu ternganga seolah tak percaya dengan apa yang dikatakan Ainsley. Ia ingin membalas perempuan sialan yang menghinanya itu namun tidak bisa. Perempuan itu sedang bersama dengan lelaki yang di godanya tadi. Dan lelaki itu tampak seperti orang penting. Sekali lihat, pramugari itu bisa menyimpulkan kalau
Ketika Ainsley mau pergi mandi, ia menyadari sesuatu. Baju gantinya tidak ada. Apa Austin tidak menyiapkan beberapa helai baju untuk dia pakai?Ainsley mencari-cari ke seluruh kamar, mungkin saja ada koper yang berisi bajunya namun nihil. Ainsley mengerang kesal. Austin tidak membawa apapun barangnya saat mereka berangkat? Rumah ini memang rumahnya dan ia pasti punya banyak pakaian ganti di rumah ini. Tapi Ainsley? Mau pakai apa coba?Sialan. Austin pasti sengaja. Gadis itu menggeram kesal."Austin, kau bawa pakaian ku?" tanya Ainsley. Mungkin saja Austin memang membawa pakaian gantinya tapi ia yang tidak lihat. "Tidak," jawab Austin santai."Apa? Lalu aku pakai baju apa?" tanya Ainsley jengkel. "Tenang, aku sudah menyuruh seseorang untuk membelikanmu baju.""Gampang sekali tinggal beli." sindir Ainsley. Dasar orang kaya."Sekarang mana bajunya? Aku mau mandi." kata Ainsley lagi."Belum diantarkan. Sudah, mandi saja dulu, nanti aku ambilkan." ucap Austin. Mau tak mau Ainsley setuj
Paginya Ainsley terbangun. Ia duduk sambil menguap. Matanya memandang sekeliling ruangan kamar.Kemana dia? batin Ainsley.Ia mencari-cari keberadaan Austin.Apa pria itu tidak balik saat keluar semalam? Dia tidur di mana? Di kamar lain?Ainsley terus bertanya-tanya dalam hati. Matanya berpindah ke nakas dan melihat sebuah catatan kecil di atas sana bersama sebuah kartu. Kartu kredit? Ainsley lalu mengambil memo kecil itu dan mulai membaca."Aku ada pekerjaan mendadak di kantor cabang, mungkin belum bisa pulang sampai pagi. Kalau kau ingin jalan-jalan, minta sopir mengantarmu. Pakai saja kartu ku untuk belanja apapun yang kau mau."Ainsley kembali meletakkan memo yang ia baca tadi ke atas nakas dan mengambil kartu kredit milik Austin. Ia menatap lama kartu itu lalu menarik nafas panjang.Entah kenapa Ainsley malah lebih suka Austin ada di sini, bersamanya. Dia sekarang berada di negara asing dan hanya Austin satu-satunya yang ia kenal. Dirinya memang bisa berbahasa Inggris jadi tidak
Setelah Diana pergi, Ainsley mulai merasa jenuh. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi keluar.Di luar, ia melihat sebuah sedan hitam terparkir di driveway. Seorang laki-laki berpakaian rapi sedang duduk di depan garasi.Ia langsung berdiri setelah menyadari kehadiran Ainsley."Mau pergi, nona?" tanyanya."Iya," jawab Ainsley. Laki-laki itu berjalan mendahului Ainsley dan langsung membukakan pintu mobil untuknya. Sepertinya ia sopir yang di maksud Austin.Setelah Ainsley duduk dan ia menutup pintu belakang mobil, sopir itu duduk di belakang kemudi. Umurnya terlihat cukup muda di pertengahan dua puluhan. Wajahnya sangat bule, membuat perbedaan antara Ainsley yang sangat Asia itu dan sih bule terlihat jelas."Anda mau ke mana, Miss Hugo?" tanya sopir itu."Ke pantai saja," jawab Ainsley.Sopir itu menurut. Ainsley menatap keluar jendela. Daerah rumah Austin berada bukan di daerah ramai, tapi sepertinya termasuk kawasan elit. Lihat saja bangunan rumahnya yang terkesan sangat mewah itu.Sepa