Share

58. Rival Sejati

Jaka menelan ludah. Tangannya memang menggenggam erat Erna yang sedang menangis kesakitan, tapi tatapannya tak lepas ke ranjang sebelah. Menatap Nuning yang sedang menggigit bibirnya, menahan sakit tanpa merengek sedikit pun. Jaka akan lebih lega kalau Nuning mengumpat saja. Melihat wanita itu pura-pura tegar sekarang, justru menyakiti perasaannya. Jaka tahu, Nuning tak ingin terlihat cengeng di depannya. Sejak dulu Nuning memang suka gengsi gede-gedean di depannya.

"Apa lihat-lihat?" omel Bambang kekanakan. Membuat Jaka terpaksa mengalihkan tatapannya kepada Erna yang masih saja menangis saat dokter membuka perban elastisnya, dibantu seorang suster. Lalu Erna menjerit saat dokter yang bertugas jaga hari itu menyentuh lututnya dan memeriksa area sekitarnya.

"Kebetulan lukanya yang belum sembuh membentur lantai, makanya nyeri. Sabar ya, Bu. Yuk, coba lututnya diangkat sedikit," kata dokter berpapan nama Putri itu sembari membantu Erna menaikkan lututnya ke posisi yang l

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status