Jaka menyematkan cincin, yang dikeluarkannya dari kotak Tiffany Blue, ke jari manis Nuning. Kemudian keduanya saling memandang penuh cinta. “Menikahlah denganku, Ning?” pinta Jaka.
Nuning mengangguk cepat. Tiada keraguan lagi yang menggelayuti hatinya. Segala kegalauannya tentang pernikahan pupus sudah. Tak perlu menunduk takut menghadapi pernikahannya yang ketiga kali ini.
Dia siap menikahi Jaka, pria yang sejak kecil sudah menunjukkan loyalitas persahabatannya pada Nuning. Lelaki itu menyenangkan dengan segenap kekurangan dan kelebihannya. Nuning sudah memahaminya luar-dalam, demikian pula sebaliknya, Jaka pun memahami Nuning. Mereka hanya perlu mengikat lebih erat hatinya dengan saling percaya. Kenyamanan dan kedamaian dalam jiwa yang tenang, adalah wujud nyata dari cinta sejati yang mereka rasakan.
Tuan Rain dan Nyonya Rose yang mendengar rencana pernikahan mereka, berbesar hati menerimanya. Nyonya Rose menjadikan momen itu sebagai latihan
“Maaaak?! Nasinya manaa???” protes Pak Priyo menggelegar ke seluruh isi rumah. Menggetarkan jendela. Mengguncang lantai. Dan menggoyang kasur Bu Parmi yang tengah asyik leyeh-leyeh di kamarnya. Perempuan berusia lima puluhan itu pun terbirit-birit ke dapur. Meringis saat suaminya memelintir kumis. “Perasaan tadi masih penuh loh, Pak,” katanya kebingungan ngeliat isi magic com yang tiba-tiba tinggal kerak. “Ya udah sih, Mak.... Tinggal masak lagi apa susahnya?” Tau-tau Nuning nongol sambil bersendawa, mengelus perutnya yang kekenyangan usai menyikat habis isi meja makan hingga licin mengkilat sampai-sampai bisa bikin kepleset lalat yang hinggap. “Oooh pasti ini dia biang keroknya!” omel Bu Parmi sambil menuding anak gadisnya dengan centong nasi. Nuning ambil langkah seribu sebelum centong itu sempat mendarat di kepalanya. Ngibrit ninggalin emaknya yang ngomel-ngomel di belakangnya, ngepot-ngepot mengejarnya sambil ngacung-ngacungin cento
Jaka Wibawa. Daya tariknya emang udah bawaan orok. Nggak heran begitu lahir jadi rebutan mbak-mbak perawat yang kepingin gendong duluan. Pipi gembulnya jadi bahan cubitan. Tangisnya yang kesakitan justru jadi hiburan. Sampai-sampai Rumah Sakit melarangnya pulang bukan karena telanjur sayang, tapi orang tuanya belum lunas aja bayar tagihan melahirkan. Begitulah drama kehidupan menyambutnya.Meski kondisi finansial keluarganya pasang surut, tapi ketampanannya tidak. Justu cakepnya makin jadi dan suka nantangin mata orang yang lihat. Bikin susah kedip. Bikin ngompol anak-anak perempuan yang niatnya kebelet mau ke WC tapi gak jadi karena masih kepingin menatap anak pindahan dari SD Jakarta itu. Bikin anak-anak lelaki keki lantas menyabotasenya dalam pergaulan.Saat semua anak perempuan dibuat gugup pas anak pindahan itu menanyakan letak alun-alun tempat festival layangan, Nuning justru langsung memalaknya. “Wani piro?” tanyanya seraya nadahin tangan. J
Jaka nggak habis pikir Nuning habis kesambet apa. Tiba-tiba ngebet banget pengen pindah hidup ke Jakarta. Jangankan minggat ke ibukota negara, nginap melewati batas kecamatan aja dikejar sama Pak Priyo pake pentungan kok. Meskipun otaknya gesrek dan kelakuannya menceng, tetap saja yang namanya orang tua peduli dan menyayanginya. Apalagi anak gadis satu-satunya. Masalahnya justru Nuning yang kayaknya nggak ngerti disayang. Makin dilarang malah makin ngebet kepingin minggat.“Pokoknya aku mau ikut kamu ke Jakarta. Titik! Bosen akutuuu, sejak lahir sampe segede ini hidup di kampung. Bisa mati engap aku makan buah colongan mulu. Aku juga kan pengen ngerasain makan pizza, makan steak, makan donat yang macem-macem toppingnya kayak yang sering nongol di TV. Pengen mejeng di mall, bukannya nongkrong di sawah mulu liat kebo sama bebek,” oceh Nuning merutuki nasib. Kebanyakan membayangkan wajah ibukota yang gemerlap yang menjanjikan kesenangan dalam pikiran sederhananya.
Jaka nggak jago main bola. Jagonya main layangan. Tapi dia lagi nggak mood main layangan. Angin pun tampaknya enggan bertiup sejak Nuning mulai ngaco ngajakin nikah. Jadilah Jaka ikut main bola meski cuma kebagian jagain gawang.Tugas jagain gawang bukan karena tubuhnya yang kebetulan jangkung, tapi Jaka emang nggak becus nendang bola. Padahal energinya luar biasa. Tapi sayang aja mainnya nggak bisa kalem. Jadinya dia sering nggasruk jatuh nyium lapangan karena tendangannya malah nyangkul tanah. Teman-temannya juga lebih milih menghindar kalau Jaka mau ngoper ke arah mereka. Takut mandul karena testisnya pecah ketimpuk bola. Soalnya operan Jaka sangat kuat, tapi nggak kira-kira.Ternyata jagain gawang sulit juga. Mungkin karena pikirannya yang lagi galau akut, tiba-tiba bola yang melayang ke gawangnya berubah jadi kepala Nuning yang senyum-senyum horor ngajakin kawin. Jaka pun panik ngucekin mata, bikin pandangannya mblawur, bolanya pun beranak banyak
Dulu, malam Minggu bagi Jaka tiada bedanya dengan malam-malam biasa. Namun sejak mengenal Erna, Jaka jadi bisa merasakan istimewanya. Jaka pernah sekali bermalam minggu di rumah Erna. Indahnya luar biasa. Romantis tiada habis. Tapi, malam minggu ini. Jaka lagi-lagi harus kembali terjebak bersama Nuning. Tiada lagi suap-suapan cokelat sama Erna. Yang ada justru sikut-sikutan berebut tempe penyet yang tersisa di cobek sama Nuning. Dan berakhir kena pentung centong Bu Parmi yang pusing mendengar keributan keduanya di dapur. Kenyang makan malam di rumah Nuning, Jaka cuci piring dan menimba air. “Jangan lupa, ... gentong dan bak kamar mandi dipenuhin semua!” kata Nuning malah ngebos setelah sama-sama kenyang makan. Berani nolak? Benjol. Biarlah, anggap-anggap nimba air sumur itu workout. Membentuk otot bisepnya. Tapi Jaka sedih, buat apa punya otot dan tubuh bagus kalau nggak bisa dipamerin ke Erna, gadis pujaan hati. Boro-baru ma
Sudah sejam Nuning nangkring di jendela kamarnya yang terbuka lebar. Menatap bintang-bintang di langit dalam diam. Membiarkan angin sepoi-sepoi mencipoki wajah masamnya. Emaknya kebingungan. Kalau anak perawannya guling-guling koprol sampai kamarnya mirip kapal pecah sudah malah tak heran. Tapi. Nuning yang hiperaktif bisa anteng mematung seperti itu, bisa dibilang peristiwa langka! Si emak mondar-mandir di depan pintu kamar Nuning seperti setrika yang sedang meluruskan baju yang kusutnya sudah kronis, sampai-sampai Bu Parmi tak bisa duduk manis. Kalau anaknya kesambet setan sepertiny atak mungkin. Bah, yang ada juga setannya gumoh duluan melihat Nuning. Lagipula, hobinya yang suka menyamar jadi setan buat menakuti anak-anak pulang mengaji, bikin para setan tak bisa membedakan lagi Nuning itu temannya apa manusia. Salah-salah nanti bukannya Nuning yang kesurupan setan, tapi setannya yang kesurupan Nuning. “Kenapa lagi tuh anak ya, Pak?” keluh Bu Parmi
“Saya terima nikah dan kawinnya Wahyuning binti Supriyo dengan mas kawin Tiket Damri ke Jakarta dibayar tunai!”Kepingin rasanya Bu Parmi nutupin mukanya pake gentong. Mestinya ikut lega karena Jaka bisa begitu fasih mengucap akad nikahnya dengan sekali tarikan napas. Kedua saksi pun menyatakan kalau pernikahan itu sah! Sah secara hukum dan agama. Tapi... mas kawinnya itu loh! Bikin Bu Parmi minder sama kasak-kusuk dan tawa lirih mengejek di sekitarnya.Bu Parmi menyarankan seperangkat alat salat saja buat mas kawinnya kalau Jaka belum mampu beliin emas meski segram. Maklum, pernikahan ini terlalu mendadak dan nggak banyak persiapan. Begitu kelulusan sekolah, Jaka datang ke rumah sama pamannya. Bikin Pak Priyo dan Bu Parmi melongo anaknya dilamar secara tiba-tiba. Meski senang akhirnya Nuning ‘sold out’, diam-diam Bu Parmi sedih kehilangan secepat ini. Bagaimanapun tetap ingin mempersiapkan pernikahan ini sebaik-baiknya, meski dengan da
Kata siapa sih malam pertama itu enak? Hoax banget. Soalnya, malam pertama Jaka nggak seasyik ledekan teman-temannya yang pas kondangan pada bawel ’cie-cie’in mulu. Malah ada yang iseng ngadoin obat kuat dan kondom sebungkus. Edyann!Entah apa isi otak teman-temannya sampai ngasih kado macem gituan. Memangnya mereka lupa ya, siapa cewek yang dinikahi sama Jaka? Cewek itu tetaplah buto cakil yang kebetulan terperangkap dalam tubuh mungil Nuning!Mana ada sih perawan yang tidurnya macem orang pencak silat? Habislah badan Jaka ditendangin pas lagi tidur bareng, padahal matanya merem. “Sana aaahhh. Sempit akutuu,” omelnya sambil dorong-dorongin bokong Jaka yang lama-lama jatuh juga dari kasur.Sudah tidur di lantai, kedinginan, digigitin nyamuk, masih juga dikentutin. Mana bauuu banget! Kayaknya ampasnya ikut keluar juga tuh. Bikin Jaka sakit perut karena kekenyangan ngirup bau kentut Nuning yang busuk banget.“Hoeeeekkk